Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

MENJADI TEMAN YANG TAK MENYANDERA

Gambar
Memiliki teman adalah keistimewaaan tersendiri dalam kehidupan kita. Terutama di saat fenomena kehidupan dunia semakin menggeliat, keberadaan teman menjadi niscaya. Bukan saja tempat kita untuk berbagi cerita dan cita-cita, tapi juga berbagi senyuman dan tawa. Bahkan untuk hal-hal sederhana yang kerap kita lalui sehari-hari. Pertemanan pun terlihat dan terasa lengket. Karena kita terus memupuk atau menumbuhkannya dalam berbagai macam cara. Kadang janjian bersua di sebuah tempat, berkunjung ke toko buku, berbincang santai di rumah, saling mengunjungi, menjenguk di saat sakit, hadir di saat akad nikah, dan bisa jadi membantu mencarikan jodoh untuk teman kita. Lalu, bisa juga dengan memudahkan urusan atau kebutuhan hidup sang teman. Memompa semangatnya, mendoakan dan membangun optimisme bahwa teman kita bisa menjadi yang terbaik. Bahkan bisa melakukan hal-hal penting dan besar bagi diri, keluarga dan siapapun yang mendoakan dia dalam sepi. Berteman memang kebutuhan kita sampai kap

MEMBANGUN KELUARGA PEMBACA BUKU

Gambar
Hiruk pikuk di luar rumah sejatinya hanyalah selingan kecil bagi kehidupan kita. Sementara di dalam rumah adalah aspek pertama dan utama dalam kehidupan kita. Sebab tanggungjawab besar kita dalam berbagai aspeknya sangat ditentukan oleh kualitas kita di lingkungan keluarga atau rumah. Sebagai orangtua, kita perlu memastikan diri kita sebagai orangtua pembelajar. Orangtua yang terus menerus belajar meningkatkan kualitas diri agar mampu dan sukses menjalankan peran secara maksimal dalam berbagai aspeknya, terutama dalam melakoni kehidupan rumah tangga. Baik dalam menggapi hak maupun dalam menunaikan kewajiban kita. Dengan demikian, anak-anak kita juga punya pemahaman yang sama bahwa mereka mesti menjadi anak-anak pembelajar. Yaitu anak-anak yang terus menerus belajar tentang banyak hal, termasuk untuk membaca berbagai judul buku. Sekadar memantik, Fauzil Adzim dalam bukunya "Saat Berharga Untuk Anak Kita" (2009) mengutip sebuah pepatah populer. "Historia vitae

SURAT CINTA UNTUK MAHASISWA

Gambar
Membincang tentang mahasiswa memang tak ada habisnya. Baik sukanya kita maupun bencinya kita kepada mereka. Karena mereka memang berbeda. Usia mereka muda. Pikiran mereka sederhana. Mereka tak suka yang rumit. Semuanya sederhana. Juga ada cinta yang menggelora. Untuk Indonesia yang mereka cinta. Hari-hari ini adalah hari dimana mahasiswa muncul di berbagai stasiun TV dan media massa. Begitu banyak latar dan pesan dari setiap episode mereka muncul di ruang publik semacam itu. Semuanya punya dampak, kesan dan makna tersendiri. Itulah mahasiswa. Nama untuk pejuang ilmu dan amal, cita-cita dan perjuangan. Salah satunya termanifestasi dalam satu kerja besar: aksi mahasiswa. Foto-foto ini hanya sebagian sisi dari banyak sisi aksi mahasiswa yang aku maksud. Di sini ada banyak pesan yang bisa diungkap. Bahwa lelah dalam perjalanan dan panas di tengah banyak orang, tak boleh menghilangkan rasa peduli kepada sesama. Mungkin ada yang sakit, ada yang terluka, ada yang kelaparan dan ada yan

MAHASISWA MELAWAN MALING RADIKAL ALIAS TERORIS APBN?

Gambar
Baguslah, mahasiswa bersuara lagi. Biar engga adem-adem aja. Yang jadi tersangka kasus korupsi atau yang dapat cipratan dana hasil korupsi APBN tak mungkin ikut aksi atau minimal tak suka dengan demo mahasiswa. Kecuali yang mau cari sekaligus pamer muka, atau biar dianggap anti korupsi, pasti ikutan aksi juga. Uniknya, konten aksi mahasiswa kali ini beragam. Ada yang pro KPK, ada yang kontra. Ada yang pro DPR, ada yang kontra. Ada yang pro presiden, ada yang kontra. Sampai-sampai ada juga yang mengatakan mosi tidak percaya ke DPR. Seru dan ramai tentu saja. Tapi ingat, mosi tidak percaya ke DPR-nya, ke semua anggota DPR ya. Termasuk senior kalian di kampus atau organisasi dulu. Karena seluruh anggota DPR itu sama. Tak ada yang spesial. Semua sama-sama dipilih oleh rakyat secara langsung. Kalian juga mesti konsisten dengan sikap kalian. Karena sudah tak percaya dengan DPR, mestinya kalian jangan menagih janji kepada DPR lagi. Kan kalian sudah tak percaya dengan salah satu cabang

MENAGIH JANJI DAN PERAN PARA POLITISI

Gambar
PAKAR politik ternama Robert A Dahl (Polyarchy : Participacion and Opposition, 1971), pernah mengungkapkan, ketika demokrasi sebagai sebuah keharusan maka dimensi politik yang sifatnya generik yakni partisipasi dan kompetisi akan begitu menyeruak. Mengamini Robert, konteksnya dengan dinamika pasca Pemilu yang baru saja berlalu, saya memahami bahwa gegap gempita rakyat pada proses politik (demokratisasi) dan pasca-nya mengandung persoalan serius. Di satu sisi merupakan wujud sukses demokrasi, pada sisi yang lain sekaligus wujud gagalnya. Sukses, sebab kesadaran kultural muncul begitu rupa. Bahwa politik bukan lagi hanya hak kolektif semata—yang dalam hal ini dikoordinasikan elite melalui mekanisme partai politik (Parpol)—tapi juga hak individualistik (orang). Dengan demikian, partisipasi dalam politik tidak lagi hanya pekerjaan elite Parpol tapi juga menjadi pekerjaan masing-masing individu.  Sebaliknya, gagal, sebab sebagian rakyat hanya mencukupkan dirinya sebagai “pengge

KORUPTOR SEJATI PASTI RADIKAL DAN ANTI PANCASILA 

Gambar
Kasus korupsi yang menimpa Imam Nahrawi memang mengagetkan banyak pihak. Ini tentu membuat isu korupsi di Indonesia semakin hangat dan layak dikaji secara mendalam perihal pola dan biangnya. Termasuk ideologi para koruptor yang sebenarnya. Apakah Pancasila atau malah sekadar menumpang beken di balik nama Pancasila? Status tersangka yang menimpa Imam Nahrawi di saat ia menjabat sebagai Menpora memang mendapat perhatian semua elemen. Sebab ia sangat dekat dengan Presiden. PKB, Parpol di mana ia berasal pun mendukung secara penuh Presiden Jokowi pada hampir semua kebijakan. Selain itu, Nahrawi kerap menentang upaya dari siapapun yang merusak keutuhan NKRI. Termasuk praktik korupsi yang dianggapnya merusak alias merongrong moral bangsa. Tapi kini Nahrawi malah tersangkut kasus korupsi. Lalu, moralitas apa yang dimaksudkan selama ini? Begitu salah satu pertanyaan yang muncul dalam benak kita. Walau sudah tak menjadi Menpora lagi, karena beberapa hari lalu ia sudah mengundurkan diri,

GENERASI CERENG, OPTIMISME YANG SELALU MEMBARA

Gambar
Sebelum Indonesia merdeka 1945, Kampung Cereng sudah berkontribusi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk Indonesia. Kontribusi SDM yang dimaksud adalah berdirinya Sekolah Dasar Katolik Cereng pada tahun 1925. SDK Cereng tempat orang menimba ilmu yang bukan hanya masyarakat Cereng tetapi orang luar pun datang sekolah di sekolah tersebut. Misalnya masyarakat Hamente Matawae secara umum, Kempo (Werang) dan dari Golo Mori. Mengingat derah-daerah tersebut belum ada Institusi pendidikan sebagai tempat belajar. Secara histories Generasi Cereng bangkit karena ada jalan cerita masa lalu bahwa Cereng sebagai pusat peradaban waktu itu (sekolah). Tetapi hari ini bukan hanya soal history tetapi kami memiliki kesadaran  secara kolektif  begitu pentingnya dunia pendidikan untuk sebuah kemajuan. Selain cita-cita kemajuan tentu cita-cita keilahiyaan lah yang membuat Optimisme makin membara (Surat Al Alaq dan Al Mujadalah). Jika generasi terdahulu, Kota Ruteng dan Bima menjadi destinasi

PEMBINAAN DESA MODEL PKK NTT DI DESA GOLO SENGANG MANGGARAI BARAT

Gambar
Desa Golo Sengang merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai-NTT. Desa ini tergolong terpencil sekaligus jauh dari ibukota Mabar. Sehingga berbagai "barang mewah" ala kota jarang bahkan tidak ditemukan di Desa yang berprestasi dan unggul ini. Walau begitu, Desa ini telah melahirkan 100-an lebih sarajana. Bukan saja S1 dan S2 tapi juga S3. Kepala Desa Desa Golo Sengang dari periode pertama hingga sekarang memiliki prestasi masing-masing. Bahkan dalam berbagai kegiatan tingkat Kecamatan dan Kabupaten, Desa yang warganya terkenal santun dan ramah ini, kerap mendapatkan decak kagum dari berbagai pihak. Desa Golo Sengang sendiri terus meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap warga. Hal ini tentu butuh SDM yang berkualitas. Sehingga perlu pembinaan lebih serius dan berkanjut bagi mereka yang bertugas untuk itu, termasuk PKK sebagai salah satu garda pembangunan Desa. Beberapa foto ini adalah sebagian dokumen kegiatan Pembinaan

MENJADI ORANGTUA PEMBELAJAR

Gambar
Diantara tantangan terberat zaman ini adalah mendidik diri sebagai orang tua yang matang dan bertanggungjawab, di samping mendidik anak agar menjadi generasi yang matang dan bertanggungjawab. Dalam Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6, Allah mengingatkan: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." Di sini sangat jelas, menjaga diri dan keluarga dari api neraka adalah kewajiban. Menghindarkan diri dari neraka tentu mesti dengan ilmu. Dan itu bisa dimulai dari dunia. Sebab dunia adalah tempat beramal. Beramal baik hanya diperoleh dengan ilmu yang baik. Kata kunci ilmu dan beramal baik adalah beradab. Kunci pendidikan keluarga adalah adab. Karena itu sangat pantas ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa s

KAUM MUDA CERENG GOLO SENGANG SEGERA MENDIRIKAN  PERPUSTAKAAN BERISI 100.000 EKSAMPLAR BUKU DI CERENG 

Gambar
PADA Kamis 12 September 2019 lalu, dalam sebuah blog khas Kampung Cereng-Golo Molas (https://golomolas.blogspot.com/) dan di status akun facebook saya (Syamsudin Kadir), termasuk di group facebook DEMOKRASI MABAR, saya mempublikasi sebuah tulisan yang berjudul "Cereng; Kampung Terpencil Penuh Inspirasi". Selain di situ, saya juga men-share link tulisan tersebut ke berbagai nomor dan group facebook juga WhatsApp (WA) lainnya. Baik akun dan group yang dimiliki oleh warga Cereng khususnya dan warga Mabar umumnya maupun warga di luar Mabar, termasuk beberapa teman Jurnalis dan Akademisi di beberapa kampus di Cirebon (Universitas Muhammadiyah Cirebon, IAIN Syeikh Nurjati Cirebon), Bandung (ITB, UPI, Unpad, UIN Bandung), Depok (UI), Jogjakarta (UGM, UII), Surabaya (STAI Lukmanul Hakim), Makasar (UMI, UIN Makasar) dan sebagainya. Sepengetahuan saya, sampai tulisan ini selesai dibuat ( Ahad, 22 September 2019, pukul 08.30 WIB), tulisan sepanjang kurang-lebih sebanyak 9 para

KENALKAN, NAMAKU SISIL

Gambar
Kenalkan, namaku Silmy Nadhifah Aprilia. Aku sering dipanggil Sisil. Aku kelahiran Gebang Udik 9 April 2017. Nama Ayahku Fitra Minaldi. Mamaku Musni. Kedua orangtuaku tergolong masih muda. Berusia 25 dan 24 tahun. Kini usiaku 2 tahun 5 bulan. Aktivitasku sehari-hari temanin Ayah dan Mamaku, belajar membuat mereka bahagia. Aku juga hadir untuk membahagiakan Kakek-Nenek dan keluarga besarku yang jumlahnya begitu banyak. Sehingga aku pun punya keluarga besar. Aku punya Ua namanya Syamsudin Kadir dan Amahku namanya Eni Suhaeni. Anak Ua-ku masih lucu-lucu. Namanya Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin. Oke, begitu aja dulu ya. Sudah ngantuk nih. Mohon doakan agar aku menjadi anak yang solehah. Anak yang bermanfaat bagi kedua orangtuaku dan keluarga besarku. Terima kasih untuk semuanya. Dan wassalam.... Gebang Udik, Sabtu 21 September 2019 Sisil

DIREKTORAT PPK DAN URGENSI PENDIDIKAN KELUARGA

Gambar
PERAN dunia pendidikan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sungguh sangat besar dan tentu saja sangat menentukan. Ya, pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan bangsa ini dalam menentukan perjalanan sejarahnya. Karena pendidikan berperan penting dalam meletakkan dasar dan turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa, makanya sejak masa penjajahan, guru sebagai salah satu elemen penting pendidikan selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa yang bermartabat dan menanamkan semangat integrasi kepada peserta didik dan masyarakat bangsa. Pendidikan sendiri bukan sekadar di sekolah, tapi juga di rumah atau keluarga dan masyarakat dengan keragaman kultur, tradisi atau budayanya yang memiliki kandungan, konotasi atau terkait dengan pendidikan. Kita mesti bersyukur karena dalam pembukaan konstitusi negara kita, UUD 1945, sangat tegas dan jelas disebutkan, “Kemudian dari pada itu un

PRESA GANDA PORONG TAMBAH GANDA HAE PRESA AGU REZEKI

Gambar
Neka rabo da, ituna mek rasa le ru gaku tu da, toe mesae ranga reba pu'ung danong sange ho'o. Oke diu taung reba dise weki weru leso ho'o. Toe get manga banding na reba ho'o. Te ngance banding reba ho'o agu reba dise weki weru beo Cereng. Nggitu kole weki weru Desa Golo Sengang, toe ngance banding reba gakuo. Nggitu kole weki weru Manggarai Barat. Reba kai aku taung itu po ise. Hahaha... Neka hemong presa "ganda", porong pande ganda rezeki le Mori Mesa. Mai ga, mai inung kopi mince. Tamba ganda, tamba mince mose. Ome mince mose, te ma susa tau presa agu ata do. Ome mince mose, ngance pande do hae mose one linu ho'o. Neka serius na baca status facebook agu tulisan dise hae one facebook. Nggitu kole komentar data one facebook, neka serius na baca agu respon ra. Santai get. Ome santai baca ra, ngance pande tenang mose. Tapi ome ruak agu emosi, hitu ca pande rusak mose. Apa kole laing musim menjelang pilkada Mabar 2020, bawa santai get si. Degang

MENGENANG MENINGGALNYA EMKOE ABDUL IPUR

Gambar
Innalillahi wa innaa ilahi rooji'uun. اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرَنَا وَكَبِيْرَنَا وَذَكَرِنَا وَاُنْثَانَا. اَللهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِيْمَانِ. اَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَتُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Telah meninggal dunia Emkoe Abdul Ipur hari ini Rabu 12 Juni 2019 pkl 15.00 Waktu Indonesia Tengah di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Kami

MELACAK NARASI CALON PEMIMPIN MANGGARAI BARAT

Gambar
Manggarai Barat merupakan daerah yang menarik minat banyak orang, untuk ambil bagian dalam proses Pilkada mendatang. Mulai dari politisi, pegiat hukum, hingga pengusaha. Tapi bagi saya pribadi, mengintip pemikiran dan narasi calon - calon pemimpin itu masih relevan dilakukan sebelum menjatuhkan pilihan. Melacak jejak rekam tentu berangkat dari kesadaran bahwa, dalam memilih pemimpin diperlukan sejenak membuka kembali track record seorang kandidat. Sebab, tidak cukup hanya dalil popularitas, dan elektabilitas yang kini menghegemoni persepsi publik, sebagai alasan utama dalam menyeleksi dan memilih pemimpin. Di tengah kondisi daerah yang pekat dengan oligarki dan pragmatisme, Manggarai Barat memerlukan sosok pemimpin "bernafas panjang", yakni pemimpin yang sudah melampui tempaan, dan mengarungi turbulensi kepemimpinan, serta telah selesai dengan dirinya. Pemimpin yang kita harapkan adalah, mereka yang mampu mensinergikan antara kata dan perbuatan, tetapi juga cermat

MASJID NURUL HUDA CERENG MANGGARAI BARAT MENANTI KITA

Gambar
Namanya Masjid Nurul Huda. Terletak di Kampung Cereng-Golo Molas, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar)-Nusa Tenggarai Timur (NTT). Sebetulnya, embrio masjid ini sudah sejak lama. Diperkirakan didirikan pada tahun 1980-an. Bangunan asli dan awalnya berukuran sekitar 5 x 7 meter, dengan mengandalkan kayu batang, dasar tanah, dinding anyaman bambu dan atap alang-alang, yang belakangan hingga 1990-an menggunakan atap sink. Sebagaimana umumnya masjid, dari tahun ke tahun mengalami kerusakan di sana-sini. Batang kayu, dinding dan atap sudah semakin tak nyaman lagi. Karena kondisi bangunan masjid sudah sedemikian rupa, akhirnya, pada 1990-an, warga kampung Cereng menyepakati untuk dilakukan pendirian masjid baru. Seingat saya, di saat saya dan teman-teman saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), di SDK Cereng tahun 1990-1996, saya turut mengangkut batu-bata dari belakang rumah Kakek Jenu (almarhum). Tepatnya ujung paling belakang pekaran