MASJID NURUL HUDA CERENG MANGGARAI BARAT MENANTI KITA

Namanya Masjid Nurul Huda. Terletak di Kampung Cereng-Golo Molas, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar)-Nusa Tenggarai Timur (NTT).

Sebetulnya, embrio masjid ini sudah sejak lama. Diperkirakan didirikan pada tahun 1980-an. Bangunan asli dan awalnya berukuran sekitar 5 x 7 meter, dengan mengandalkan kayu batang, dasar tanah, dinding anyaman bambu dan atap alang-alang, yang belakangan hingga 1990-an menggunakan atap sink.

Sebagaimana umumnya masjid, dari tahun ke tahun mengalami kerusakan di sana-sini. Batang kayu, dinding dan atap sudah semakin tak nyaman lagi. Karena kondisi bangunan masjid sudah sedemikian rupa, akhirnya, pada 1990-an, warga kampung Cereng menyepakati untuk dilakukan pendirian masjid baru.

Seingat saya, di saat saya dan teman-teman saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), di SDK Cereng tahun 1990-1996, saya turut mengangkut batu-bata dari belakang rumah Kakek Jenu (almarhum). Tepatnya ujung paling belakang pekarangan, yang dekat dengan Air Timba (Wae Temba).

Ketika itu tukang yang membuat batu-bata adalah Amang Sakrias dan adik-adiknya dari Laba-Golo Ndaring. Sementara yang menjadi tukang pembangunan masjid ketika itu adalah Amang Bapaknya Majik atau Bapaknya Fudin.

Semua warga Cereng turut serta dalam membangun masjid ini. Kerja gotong royong terlihat begitu indah dan solid, sehingga masjid ini jauh lebih bagus dari bangunan masjid pertama, yang jaraknya hanya 15 meter dari masjid lama.

Sudah hampir 30-an tahun masjid ini dibangun bahkan belakangan direnovasi, belum juga selesai. Karena proses renovasi benar-benar mengandalkan hasil sawah umat Islam di salah satu kampung tertua di Mabar ini.

Sawah di kampung yang dihuni ratusan warga ini mengandalkan hujan musiman atau sawah tadah hujan. Kalau hujan turun secara teratur maka kemungkinan hasil sawah warga bisa maksimal dan tentu bisa diandalkan untuk renovasi masjid. Beberapa tahun belakangan, hujan rupanya belum bersahabat, sehingga pembangunan masjid masih membutuhkan sumber yang lain.

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Sebab masjid ini merupakan salah satu masjid besar di Kecamatan Sano Nggoang-Mabar, dengan jumlah jama'ah yang juga banyak. Selain orang tua yang belakangan sudah terbiasa menunaikan shalat lima waktu, juga anak-anak kampung Cereng yang semakin giat dalam menekuni agama termasuk untuk belajar membaca al-Quran dan Iqra'.

Hasil sawah tadah hujan warga kampung Cereng juga dijadikan sebagai sumber utama untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Dari SD dan SMP hingga SMA dan Perguruan Tinggi. Sehingga pembangunan masjid semakin terbengkalai. Bukan karena enggan merenovasi, tapi dana untuk itu belum mencukupi.

Kondisi tersebut tentu tak membuat warga kampung Cereng merasa risih dan gelisah. Sebab anak-anak mereka hingga kini banyak yang menempuh pendidikan di berbagai Kota. Dari pendidikan SMP dan SMA hingga Perguruan Tinggi. Bahkan sarjananya bukan saja S1 dan S2, tapi juga S3.

Sekadar informasi, sarjana yang dilahirkan dari kampung ini sudah mencapai 30-an lebih orang. Di samping mereka yang masih kuliah di beberapa kampus ternama di beberapa kota seperti di Bima, Mataram, Makasar, Surabaya, Cirebon, Bandung, Jakarta dan sebagainya.

Walau begitu, sebagai warga dengan idealisme, impian dan optimisme yang tinggi, para orangtua dan generasi muda Cereng, tetap berharap agar suatu saat renovasi masjid berukuran 8 x 10 meter ini semakin baik dan tuntas. Dengan begitu, masjid ini bisa dimanfaatkan secara maksiamal dalam menghadirkan generasi yang bukan saja bermoral tinggi tapi juga berakhlak mulia.

Renovasi masjid ini tentu akan selesai manakala adanya keterlibatan dan dukungan semua elemen. Bukan saja warga Cereng, tapi juga warga Mabar, bahkan warga luar NTT. Sebab kampung Cereng sangat strategis dan bersejarah. Karena itu, perlu kerjasama semua pihak.

Tulisan ini saya hadirkan sebagai tindak lanjut dari kerja keras adik-adik saya, adik-adik mahasiswa asal Cereng dan Sano Nggoang umumnya yang sedang menempuh pendidikan di Surabaya-Jawa Timur, yang pada Ramadhan 1440 (Mei 2019) lalu turut memberikan bantuan untuk melanjutkan renovasi masjid bersejarah ini. Jazakumullahu wa barakallahu lakum jami'an!

Mudah-mudahan upaya kita semua dalam merenovasi masjid ini bisa menjadi energi positif dan penyemangat bagi siapapun untuk menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan dalam menghadirkan peradaban yang semakin bermoral atau berkemajuan.

Para orangtua dan adik-adik kita yang kini masih menempuh pendidikan di kampung, terutama di MIS Leheng, SDK Cereng dan SMP Muhammadiyah Cereng diharapkan bisa memanfaatkan masjid ini dengan baik. Bukan saja untuk shalat Jumat dan shalat lima waktu secara berjama'ah, tapi juga untuk membincang hal-hal penting keumatan, termasuk untuk menekuni al-Quran sebagai tuntunan kehidupan.

Sebagai pribadi, saya layak dan perlu menyampaikan mohon maaf, bila selama ini belum berkontribusi apa-apa untuk renovasi masjid ini. Tentu bukan menafikan, tapi ada aktivitas lain yang mendesak dan sangat diprioritaskan. Semoga Allah mengampuni saya dan semua warga Cereng memaafkan saya!

Walau begitu, saya akan berupaya agar ke depan masjid ini bisa dikelola secara profesional. Bahkan di dekat masjid kita bisa membangun perpustakaan buku. Kebetulan tanah saya letaknya di sebelah barat masjid. Berbatasan langsung dengan tanah masjid. Jadi, saya akan berupaya agar kelak dekat masjid itu dibangun perpustakaan buku.

Akhirnya, tulisan ini sejatinya adalah doa sekaligus harapan. Karena itu, saya berharap agar setiap niat baik dan tujuan baik ini kita sama-sama "aamiin-kan", karena Allah menanti kesungguhan kita semua. Ya, Masjid Nurul Huda di Kampung Cereng-Golo Molas, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT ini, menanti kita semua. (*)


--SYAMSUDIN KADIR--
Reba Cereng-Golo Molas, anak ke-4 dari Bapak Abdul Tahami dan Ibu Siti Jemami (almarhumah). Nomor WhatsApp 085797644300.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!