Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

KERBAU DAN AKAL TUMPUL PARA PENJUAL JANJI PALSU 

Gambar
TAK tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal. Itulah identifikasi yang paling tepat dan memang begitu adanya. Jauh dari pembangunan yang kerap dijanjikan oleh para politisi dan digembar-gemborkan oleh pejabat negara dalam berbagai momentum politik seperti Pilpres, Pileg dan Pilkada.  Bayangkan saja, transportasi warga masih menggunakan kerbau. Kerbau ya kerbau. Kerbau menjadi andalan utama. Walaupun belakangan ada yang punya motor, itu hanya berapa orang. Itu pun tak benar-benar bisa diandalkan. Sebab jalan raya pun sangat jauh dari kelayakan. Jalan raya sekadar nama. Aslinya adalah batu!  Memiliki kerbau adalah sebuah prestasi sekaligus kebanggaan tersendiri warga kampung. Walau belakangan hanya beberapa orang saja yang masih memiliki kerbau peliharaan. Karena memang habis dijual untuk kebutuhan pokok. Kerbau pun benar-benar multi fungsi. Selain berfungsi sebagai alat transportasi juga sebagai sahabat petani sawah tadah hujan dalam membajak sawah.  Kelak

BANGKIT DAN BERGERAKLAH MAHASISWA! 

Gambar
"Kurung mereka, penjarakan mereka, para mahasiswa itu. Toh mereka tak berani bergerak. Karena mereka terbius beasiswa dan janji palsu para benalu. Maka gantunglah almamater mereka, gantung juga mereka, para mahasiswa itu. Karena bila mereka tetap tak bergerak, itu pertanda lebih baik mereka mati!" Itulah coretan lama yang dulu kerap dibaca bila suasana pergerakan mahasiswa mulai lunglai dan tak berdaya. Dibaca berkali-kali, bikin adrenalin pergerakan muncul kembali. Semacam dogma yang cenderung memaksa, namun ia dilapisi atribut rasional. Maka membacanya pun membuat kaki kembali melangkah. Minimal untuk sekadar menjawab pertanyaan pemantik: Indonesia mau dibawa ke mana?  Ah itu sekadar kenangan. Kini, bangkitlah mahasiswa, singsingkan lengan baju kalian. Lalu bergulat dan perjuangkan idealisme kalian. Bergeraklah ke depan. Menenun sejarah baru bagi diri dan bangsa kalian. Bila dianggap perlu, tamparlah seluruh penguasa yang tuli dan culas. Agar mereka tersadarkan b

CERENG YANG MENTERENG! 

Gambar
KETIKA Pak Syamsudin Kadir mengundang saya untuk bergabung dalam grup CERENG MENULIS saya merasa sebuah penghargaan dari grup literasi ini. Terima kasih! Lebih dari itu  saya juga kagum akan kehebatan pak Syam  dalam hal tulis menulis. Entah di media sosial, media cetak bahkan buku. Sepertinya tidak ada pasang surut. Sebagai pendiri grup CERENG MENULIS, dia merasa terpanggil untuk menggiatkan budaya menulis di tengah masyarakat terutama generasi sekarang. Terus terang lewat media ini baru saya  kenal beliau. Secara tatap muka (face to face)  belum pernah. Namun tulisan-tulisannya yang muncul di media ini memberi kesan kuat bahwa Pak Syam benar seorang penulis super produktif.  Ide atau gagasan yang ingin diungkapkan (ditulis) bagai berlompatan dari ruang otak kemudian dikembangkan jadi sebuah menu lezat yang siap saji di media baca atau layar narasi digital. Alur kata-kata yang abundant (mengalir, berlimpah-limpah), dengan bahasa yang sederhana, lugas, tidak berat dan isi yang b

GENERASI GILA ASAL CERENG

Gambar
BEGINILAH kondisi terkahir generasi muda Cereng akhir-akhir ini. Sebagian dari mereka sudah mulai menekuni dunia kepenulisan, padahal mereka adalah petani atau anak petani di kampung Cereng. Mereka menulis sambil menjaga padi di sawah, menjaga kerbau, nongkrong di halaman rumah dan sebagainya.  Sebagian yang lain belum menekuni dunia kepenulisan, tapi sudah terbiasa membaca berbagai tulisan di media sosial. Termasuk mengkritisi berbagai tulisan yang hadir begitu rupa di berbagai media yang sama. Kritiknya bukan ngasal, tapi konten atau substansi tulisan yang mereka baca.  Bahkan tak sedikit diantara mereka yang sudah berani mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tak selaras dengan aturan dan sekera publik. Bukan saja kebijakan di Desa dimana mereka berada atau berasal, tapi juga kebijakan pemerintah di semua level. Dari RT hingga Presiden.  Bila ditelisik, fenomena semacam itu terjadi karena dampak dari kemudahan dalam mengakses internet dan menjamurn

KENANGAN BERSAMA PASTOR MARSEL AGOT

Gambar
AWAL Oktober 2019 lalu saya mendapat kesempatan untuk pulang ke Labuan Bajo, Manggarai Barat atau Mabar-NTT. Kali ini saya pulang untuk silaturahim dengan keluarga besar, sekaligus mengamini hasrat saya selama ini untuk berkunjung atau melihat kampung halaman.  Walau hanya beberapa hari, sekitar 4 atau 5 hari di Mabar, termasuk di kampung saya Cereng yang berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, saya sangat bersyukur karena kala itu saya bisa silaturahim dengan keluarga besar dan banyak tokoh di Mabar. Baik pejabat pemerintahan dan politisi maupun tokoh agama dan masyarakat. Bahkan teman-teman diskusi di berbagai group media sosial seperti WhatsApp dan Facebook.  Salah satu tokoh yang saya kunjungi adalah Pastor Marsel Agot. Bukan karena beliau terkenal, tapi karena beliau sosok yang unik dan berbeda. Karena kondisi beliau waktu itu agak kurang sehat, akhirnya kunjungan ke beliau sekadar sampai di depan rumahnya saja. Saya sangat memaklumi, karena beliau memang

BELAJAR DARI KEUNIKAN PAK GUSTI DULA

Gambar
JUMAT 1 November 2019 silam adalah salah satu momentum terbaik bagi saya untuk belajar  tentang banyak hal. Bukan saja belajar mendengar tapi juga belajar menemukan inspirasi yang mungkin tak semua orang mendapatkannya. Suatu pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan saya.  Kala itu saya ditemani oleh kedua sahabat saya: Bung Syarif dan Bung Ahyar. Kami berkunjung ke Kantor Bupati Manggarai Barat atau Mabar untuk silaturahim dan berbincang banyak hal dengan Bupati 2 periode Mabar Bapak Drs. Agustinus Ch. Dula yang kerap dikenal atau disapa dengan sebutan Pak Gusti Dula ini.  Banyak hal yang kami peroleh, terutama saya yang selama ini masih berkutat dan memang fokus dengan dunia literasi. Karena saya bukan politisi dan sepertinya tak begitu paham dinamika atau persoalan politik di Mabar. Saya benar-benar sadar dan tahu diri. Saya hanya orang biasa yang tak punya kemampuan melampaui banyak orang di luar sana. Saya hanyalah anak kampung Cereng, di Golo Sengang, Sano Nggoa

BANYAK MENDENGAR, PASTI CANDU MENULIS! 

Gambar
PADA group facebook Komunitas "CERENG MENULIS", yang baru saja berumur sepekan lebih, karena memang baru dibentuk atau dibuat pada 21 Mei 2020 lalu, saya sudah mulai menemukan bibit-bibit berbobot dalam kepenulisan. Saya tak menyebut mereka satu per satu. Sebab tulisan mereka di group khusus yang terinspirasi dari kampung Cereng ini bisa dibaca oleh siapapun secara gratis setiap hari.  Cereng sendiri merupakan salah satu kampung yang tergolong "cikot" di propinsi NTT. Cikot artinya terisolasi. Nyaris tak berhubungan dengan kampung lain. Kampung yang belum tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal ini terletak di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat.  Pada tulisan kali saya sekadar berbagi inspirasi dari tiga pertemuan saya yang sangat spesial berbeda tempat, kemudian pada satu tempat secara bersamaan, dengan tiga tokoh yang berbeda profesi, latar belakang dan aktivitas beberapa waktu silam di Labuan Bajo, Manggarai Bara

TULISAN LEPAS BISA MENJADI BUKU

Gambar
PADA awalnya saya enggan berbagi hal semacam ini. Tapi lintasan pikiran saya selalu terngiang untuk berbagi. Ya, ini sekadar berbagi sebagian dokumentasi acara bedah buku saya yang ke-21 dan buku sahabat saya Bapak Muhammad Achyar (Nana Achyar) yang berjudul "Selamat Datang Di Manggarai Barat" pada Sabtu 2 November 2019 silam di Hotel Pelangi, Labuan Bajo, Manggarai Barat-NTT.  Pada acara bertema "Mencintai Manggarai Barat Tanpa Tapi" yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Manggarai Barat ini menghadirkan Bupati Manggarai Barat Bapak Drs. Agustinus Ch. Dula sebagai Keynot Speaker dan Tokoh Muda sekaligus Politisi Muda Mabar Bapak Harun al-Rasyid sebagai Moderator.  Pada acara yang dihadiri ratusan undangan atau peserta dari berbagai elemen di Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur) ini turut hadir Tokoh Agama Katolik Manggarai Barat Bapak Marsel Agot, SVD dan Budayawan sekaligus Sastrawan Senior Bapak Usman

DARI COVID-19 KE RADIKALISME GLOBAL 

Gambar
KALAU sampai 30 Juni 2020 Covid-19 belum juga beres, nanti cara beresinnya dengan memunculkan tema baru: radikalisme global. Itu pada Juli 2020. Entah di awal atau di akhir. Dua kata yang diproduksi sebagai pemantik. Sengaja memang. Karena memang sengaja dibikin benar-benar tak selesai. Biar skenario terus bersambung. Pasti dibikin ramai dan heboh sedunia.  Bila untuk Covid-19 ada vaksin yang diobral, maka untuk isu radikalisme global ada bisnis senjata dan teknologi baru. Semua punya kata kunci. Punya brand. Selain sebagai pemantik juga untuk menutupi mata dunia dari agenda terselubung. Bahkan setelah itu sudah disiapin juga apa yang mesti dijual dan bikin skenario lagi. Paket sempurna untuk sebuah kepentingan isme tersendiri.  Radikalisme global bukan soal agama, tapi soal keyakinan berbisnis di level global. Walaupun sekian dekade ditempelkan pada agama. Cuman dunia sudah paham skenarionya. Dan berbagai hal yang menjadi ikutan atau dampaknya. Isme-nya benar-benar barbar.

KARENA MENULIS TIDAK SEKADAR KATA-KATA! 

Gambar
BAGI saya, pembaca adalah raja, hakim, penasehat dan motivator. Sebab di saat atau setelah mereka membaca tulisan saya, mereka begitu berani, ikhlas, jujur dan terbuka dalam mengomentari tulisan saya. Mungkin terkesan berlebihan, tapi itu konsekwensi yang mesti saya terima.   Bagi saya, pembantaian atau pembegalan  pembaca atas tulisan saya, baik dalam bentuk buku, artikel di Media Massa seperti Surat Kabar dan Majalah, serta tulisan lepas di Media Online juga Media Sosial adalah masa-masa indah yang selalu saya ingat dan nanti. Suatu momentum yang menegangkan sekaligus menyenangkan.  Dengan begitu, saya pun semakin tak puas dengan satu karya tulis yang saya tulis. Saya dipicu dan dipacu untuk terus menghadirkan tulisan yang lebih bernyawa dan bergizi. Saya semakin berupaya untuk belajar berbenah dalam menghadirkan tulisan dalam beragam jenis dan temanya.   Pujian atas tulisan, pada sisi tertentu memang menambah semangat saya untuk terus menulis. Itu sangat manusiawi. Na

SEJUTA MAAF DIUCAPKAN

Gambar
KATA maaf, adalah kata terbaik untuk diucapkan saat ini. Sejuta maaf sedang dilantunkan penduduk belahan bumi,  bentuk kemerdekaan hati,  kepekaan akan kesalahan dan dosa, baik secara vertikal maupun horisontal.  Bahwa kita manusia tak akan pernah luput dari sebuah kesalahan, baik disengaja ataupun tidak sengaja, cukup hanya dengan memberi maaf, dan memaafkan,  sehingga membuat kesalahan tersebut gugur bersama air mengalir. Kata maaf, pada momen Idul Fitri 1 Syawal 1441 H bertepatan dengan 24 Mei 2020, adalah bagian dari proses terintegrasi dengan ibadah shaum selama satu bulan penuh. Menahan hawa nafsu,  kebiasaan-kebiasaan lain selama sebelas bulan yang lalu, dan shaum dalam konteks meninggalkan kebiasaan aspek keduniawian, kemudian fokus beribadah kepada Sang Pencipta selama satu bulan penuh. Sehingga ucapan maaf pada hari ini tidak sama nilainya, ketika diucapkan pada hari dan momen yang lain.  Bisa kita lihat bentuk ungkapan maaf di berbagai media,  baik itu sosial dan

MENELISIK NILAI-NILAI WARISAN PARA TETUA CERENG

Gambar
ADA yang perlu kita lestarikan sebagai seorang anak atau generasi muda Cereng. Yaitu bagaimana dengan cara dan potensi kita masing-masing bisa menjaga dan memelihara nama baik dan kehormatan orangtua kita. Selain itu, menjaga, memelihara nama baik dan kehormatan nama Cereng, yang di masa lalu para leluhur kita sudah melakoninya dengan sangat bijaksana dan baik. Sehingga membuat banyak orang sangat segan dan menaruh hormat. Cereng dengan para tetuanya pun disegani dan didengar oleh banyak orang. Sikap ramah dan tegas serta bijaksana para tetua dalam menyelesaikan masalah juga tergolong apik. Warga masyarakat pun sangat mengormati para tetua, dengan mendengar nasehat mereka. Termasuk suka mendengar dengan baik tutur kata mereka dan mengikuti tingkah laku mereka. Ada suatu kejadian yang saya sendiri alami atau saksikan sendiri. Empo Ame Baba (Empo de Bapade Rifa) ditugaskan membagi daging kerbau liar yang tak tertolong waktu berburu kerbau liar tahun 1960-an. Beliau sendiri

YANG AKU TAKUT

Gambar
Yang aku takut Hatiku kian mengeras dan sulit menerima Nasehat, namun sangat pandai menasehati. Yang aku takut... Aku merasa paling benar, sehingga merendahkan orang lain. Yang aku takut Egoku terlalu tinggi, Hingga merasa paling baik di antara yang lain Yang aku takut... Aku lupa bercermin, namun sibuk berprasangka buruk kepada yang lain. Yang aku takut Ilmuku akan membuatku menjadi sombong, memandang yang lain berbeda denganku Yang aku takut... Lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aibku yang menggunung dan tak sanggup aku benahi Yang aku takut Aku hanya hebat dalam berkata namun buruk dalam berbuat. Yang aku takut... Aku hanya cerdas untuk mengkritik namun lemah dalam mengkoreksi diri sendiri. Yang aku takut aku membenci dosa orang lain, namun saat aku sendiri berbuat dosa aku enggan membencinya. Kiranya Allah subhanahu wata'ala menyadarkanku lebih rajin evaluasi dan intropeksi diri daripada mengurusi orang lain yang belum