KERBAU DAN AKAL TUMPUL PARA PENJUAL JANJI PALSU 

TAK tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal. Itulah identifikasi yang paling tepat dan memang begitu adanya. Jauh dari pembangunan yang kerap dijanjikan oleh para politisi dan digembar-gemborkan oleh pejabat negara dalam berbagai momentum politik seperti Pilpres, Pileg dan Pilkada. 

Bayangkan saja, transportasi warga masih menggunakan kerbau. Kerbau ya kerbau. Kerbau menjadi andalan utama. Walaupun belakangan ada yang punya motor, itu hanya berapa orang. Itu pun tak benar-benar bisa diandalkan. Sebab jalan raya pun sangat jauh dari kelayakan. Jalan raya sekadar nama. Aslinya adalah batu! 

Memiliki kerbau adalah sebuah prestasi sekaligus kebanggaan tersendiri warga kampung. Walau belakangan hanya beberapa orang saja yang masih memiliki kerbau peliharaan. Karena memang habis dijual untuk kebutuhan pokok. Kerbau pun benar-benar multi fungsi. Selain berfungsi sebagai alat transportasi juga sebagai sahabat petani sawah tadah hujan dalam membajak sawah. 

Kelak bila dalam kondisi terjepit, kerbau pun bisa menjadi sumber kebutuhan pokok. Bukan untuk menambah kekayaan, tapi untuk sekadar menahan perut dari rasa lapar yang kerap datang. Kerbau dijual dengan harga yang tentu saja sangat murah, lalu uangnya dipakai untuk beli kebutuhan pokok terutama beras. Atau bisa juga ditukar dengan jagung, ubi dan sebagainya. 

Selain itu, uang hasil jual kerbau dipakai untuk menambah uang untuk biaya pendidikan anak. Kalau tidak cukup, karena memang kebanyakan tidak cukup, nanti beberapa keluarga membiayai sanak keluarga secara keroyokan. Itupun tak seberapa. Hanya menutup sebagian biaya pendidikan. Jauh dari pemenuhan kebutuhan. Sehingga bila ada keluarga yang merantau untuk melanjutkan pendidikan, bisa dipastikan mereka pernah dan mungkin jarang makan. 

Begitulah kondisi ril sebuah kampung dan warganya yang sangat jauh dari infrastruktur pembangunan yang memadai. Orang menyebutnya dengan kampung "cikot". Namanya kampung Cereng. Kampung ini terletak di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT. Cikot artinya terisolasi, jauh dari hiruk pikuk kota. Dan memang jauh dari ibukota kecamatan dan kabupaten. 

Terima kasih banyak kerbau. Jasamu di atas rata-rata. Kau memang binatang, tapi daya jangkau otakmu melampaui kebanyakan binatang. Bahkan mungkin juga melampaui akal manusia yang mendapat mandat di pesta politik tapi kerap ingkar janji dan sekadar basa-basi politik. Setelah terpilih, semuanya jadi kenangan pahit yang hadir berulang kali. 

Kadang, manusia yang punya akal menjadi tumpul karena kerap menghibur sesama manusia dengan berbagai jargon yang pada dasarnya hanya tipuan dan basa-basi semata. Mungkin kita menganggap kerbau binatang yang tak bisa apa-apa. Tapi faktanya di kampung-kampung, malah kerbau lebih bermanfaat daripada para elite atau pejabat yang pamer statistik pembangunan yang terlihat wah padahal palsu.

Menulis semacam ini pun seperti akumulasi dari kegelisahan kolektif yang kerap muncul dalam berbagai momentum. Walau kegelisahan semacam ini hanya sebentuk upaya parsial dan sepertinya agak susah menemukan jalan keluar. Karena semua jalan keluar seperti disekat oleh berbagai praktik culas. Hal ini terlihat dari perilaku, sikap, cara berpikir dan mentalitas yang hibuk, kacau, gamang, bahkan khaotik di semua lini. Tapi bersuara dengan cara menulis mesti disuarakan berkali-kali. 

Maka marilah berterima kasih banyak kepada kerbau di kampung kita. Kerbau yang luar biasa, peran dan fungsimu selama ini benar-benar lebih dari segalanya. Kau tak pernah sekolah namun kau seperti giat dalam belajar. Kau tak pernah menjadi politisi tapi tulus membantu tuanmu dalam segala urusan. Sungguh, kau binatang unik dan asing serta punya jasa besar. 

Kalau saja kelak ada pesta politik yang melibatkan atau mengikutsertakan binatang, sebagai sesama makhluk yang berasal dari kampung, saya berupaya mencalonkanmu di pesta politik itu. Bukan saja di Pilpres dan Pileg tapi juga di Pilkada. Tapi itu bila aturan memungkinkan untuk itu. 

Bila pun tidak ada ruang untuk itu, bagi saya kerbau adalah sosok binatang yang bukan saja peduli dan empati tapi juga tulus dan berani berkorban dengan semua yang dia punya. Bukan saja tenaga dan fisik yang ia korbankan, bahkan nyawanya pun dikorbankan. Semuanya demi manusia, demi saya dan keluarga besar di kampung Cereng. (*)


* Judul tulisan 
KERBAU DAN AKAL TUMPUL PARA PENJUAL JANJI PALSU 

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis" 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!