Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Inuk Farhatun Najila dan Kematian Kita

Gambar
KABAR meninggalnya Inuk Farhatun Najila tersebar ke berbagai akun dan group media sosial keluarga besar Cereng sejak Jumat malam (29/7/2022) hingga saat ini. Ya, Inuk Farhatun Najila merupakan salah satu pelajar kelas 1 SMA dan berusia belasan tahun asal Cereng, Golo Sengang, Sano Nggoang, Manggarai Barat-NTT yang menempuh pendidikan di SMA Kartini di Makasar, Sulawesi Selatan. Berdasarkan berita yang beredar, anak dari Bapak Senudin yang akrab saya sapa Kae atau Kakak Senudin ini meninggal pada Jumat 29 Juli 2022 pada pukul 14.00 WITA atau pukul 13.00 WIB karena sakit. Kita doakan semoga ia mendapat ampunan dan maqom sebagai syahid dari Allah!      Sebagai bagian dari keluarga besar di tanah rantauan saya dan keluarga besar tentu turut berduka atas meninggalnya sosok yang ramah pada banyak orang ini. Seingat saya, saya belum pernah bersua dengannya. Namun sebagai orang yang lama di rantauan (merantau sejak 1996 hingga kini), saya merasa kehilangan. Sebab Inuk Farhatun meninggal dalam

Komitmen Merawat Indonesia

Gambar
INDONESIA adalah sebuah negara besar yang memiliki potensi alam tak berbilang. Jumlah pulaunya banyak, daratan dan lautannya luas, serta kekayaan yang dikandungnya benar-benar tak terhitung. Jumlah penduduknya kini sekitar 270 juta jiwa, dengan warna kulit, ras, suku, budaya, adat istiadat dan profesi warganya yang beragam. Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas warga negara, sehingga menyebabkan Indonesia menjadi negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, yang diikuti oleh beberapa negara mayoritas muslim lainnya.   Negeri ini berpengalaman dijajah dalam rentan waktu yang cukup lama. Konon tiga abad lebih lamanya, walau sebagian mengatakan hanya beberapa tahun. Walau begitu, negeri ini tak kehilangan jejak dan visi masa depan. Berbagai nilai-nilai luhur yang menjadi pijakan warganya sejak lama masih terjaga dengan baik hingga kini. Beradab, sopan, santun, tolong menolong, gotong royong, menghargai sesama, dan menghormati perbedaan masih menjadi aksi hidup masyara

Memfungsikan Kembali Partai Politik

Gambar
REFORMASI telah membuka kran bagi munculnya kebebasan dalam berbagai aspek kehidupan publik negeri ini, terutama  dalam ekspresi politik. Partai politik (parpol) sebagai intermediasi sekaligus saluran hasrat politik pun hadir begitu rupa dengan vitalitas yang besar. Hampir tak ada kebijakan strategis negara yang tidak melalui mekanisme yang berdimensi parpol, yang tentu saja beraroma politik, terutama melalui lembaga legislatif seperti DPR.  Bahkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 mengamini dan menggariskan secara jelas bahwa parpol memiliki fungsi penting yaitu fungsi komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik dan pencegah konflik. Dari sini sangat jelas bahwa keberadaan parpol menjadi sangat vital. Vitalisasi kekuasaan parpol semacam ini tentu saja menjadi berita gembira bagi kemajuan politik Indonesia, karena dengan begitu parpol telah menegaskan dirinya secara terbuka sebagai institusi utama dalam negara yang menjemput perubahan dan kemajuan. Sederhananya, tanpa parpo

Karena Kamu Bukan Harun Masiku!

Gambar
UNGKAPAN seorang teman saya benar-benar relevan. "Mengingatkan orang agar tidak terjebak pada kasus korupsi itu berat. Padahal disampaikan dengan cara yang paling halus, secara tertutup dan tidak merendahkan martabatnya sebagai pejabat atau tokoh tertentu. Tujuannya pun baik, agar terhindar dari tindakan melanggar hukum", ungkapnya.   Tapi tetap saja mendapat cibiran, hinaan dan fitnah. Ungkapan senonoh pun disampaikan secara terbuka kepada mereka yang tulus mengingatkan. Tapi giliran kena OTT, digarap KPK, dan diburu polisi, eh malah menyesal mengapa tak mendengar peringatan dini. Bahkan anak, istri, suami dan keluarga jadi malu. Juga tak sedikit yang menangis sedih.  Satu hal yang paling naif ketika mereka yang kerap memuji malah tak mau bela, mereka semuanya mencuci tangan dan angkat kaki. Jangan kan membela, tanya kabar pun enggan. Bahkan mengaku tak mengenal sosok yang tersangkut hukum. Mereka bahkan berpesta ria seakan-akan bukan penikmat hasil korupsi. Padahal proposal

Saatnya Berkolaborasi untuk Menulis Buku!

Gambar
Alhamdulillah selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak awal masa pandemi: Covid-19 pada April 2020 hingga kini saya mendapat kesempatan untuk mengambil bagian dalam penguatan literasi. Mungkin di level negara belum terjangkau, tapi minimal di level keluarga kecil saya. Seingat saya, ada 50-an naskah buku para tokoh dan akademisi juga penulis yang sudah saya bantu edit hingga terbit menjadi buku. Sisanya lagi, buku-buku saya sendiri, baik yang saya tulis sendiri maupun yang ditulis secara kolaboratif dengan tokoh, akademisi atau penulis lainnya.  Selama sebulan atau tiga pekan terakhir saya bersyukur karena masih bisa berkutat juga dengan beberapa naskah buku baru. Namun ada tiga naskah dari lima naskah buku tersebut yang segera naik tayang. Satu disertasi doktor, satu naskah buku akademisi dan satu naskah buku tokoh. Tiga naskah ini tergolong berat, sebab saya bukan saja memperbaiki diksi tapi juga isinya. Sementara naskah sisanya cukup ringan, sebab hanya antologi artikel, kumpu

Penjara dan Rezeki yang Halal!

Gambar
TINDAKAN kriminal atau pelanggaran hukum sudah menjadi berita yang menghiasai pemberitaan media massa sehari-hari. Seperti tak ada jera, mereka yang tersangkut kasus adalah mereka yang paham hukum dan bisa jadi sehari-hari bergulat dengan penegakan hukum. Namun apa daya, mereka pun tersangkut juga. Tak sedikit diantara mereka yang saya kenal, baik pejabat dan politisi, maupun pengusaha, pengacara, dan sebagainya. Benar-benar fenomena yang memilukan dan memalukan.   Sudah 11 orang pejabat, tokoh dan orang yang saya kenal dekat yang masuk penjara karena terlibat berbagai kasus pidana: korupsi, suap, kasus tanah, dan sebagainya. Lalu ada beberapa orang yang masih tersangkut kasus serupa. Mereka masih berurusan dengan penegak hukum. Dipanggil, jadi saksi. Dan begitu seterusnya. Kejadiannya mirip dengan kejadian sebelum-sebelumnya. Awalnya jadi saksi, ujungnya jadi tersangka, lalu terdakwa dan akhirnya terhukum. Ujungnya mendekam di jeruji besi alias penjara.  Bayangkan, selama ini sudah me

Nikmatnya Menjadi Penulis Pesanan!

Gambar
"Menulislah, minimal untuk memenuhi pesanan anakmu!" Nasehat teman saya ini pendek tapi padat makna. Dan yang benar-benar tahu maknanya adalah mereka yang menekuni dunia kepenulisan. Bukan sekadar membaca karya orang lain tapi enggan berkarya, atau sekadar menjadi penonton buku di perpustakaan lalu tak terbesit untuk menghadirkan buku baru. Sebab di banyak forum saya kerap mendengar ungkapan ini: "menulis itu gampang, saya juga bisa!" Padahal faktanya, menulis satu paragraf pun belum tentu bisa. Apalah lagi menulis satu artikel yang dimuat di surat kabar, tentu saja susahnya minta ampun. Lebih susah lagi menulis satu buku. Bisa-bisa muntaber!  Saya sangat percaya dengan ungkapan sederhana ini: "Tak ada tulisan yang bukan pesanan". Ada yang menulis karena pesanan guru, dosen dan masih banyak lagi. Namanya tugas mata pelajaran, tugas mata kuliah atau tugas akademik. Ingat, makalah itu pesanan dosen. Bila Anda tidak menyusunnya, maka Anda bakal dianggap merem

Selamat Datang Buku "Merawat Indonesia"!

Gambar
DI TENGAH aktivitas yang cukup padat, saya menyempatkan untuk membaca dan merapihkan tulisan saya khususnya artikel dalam beragam tema yang pernah dimuat di berbagai surat kabar dan media online selama beberapa waktu terakhir. Awalnya berat, namun dengan sedikit "memaksakan" diri, saya akhirnya berhasil menuntaskan agenda ini.  Menulis buku secara mandiri tentu belum cukup. Diperlukan keberanian dan kelapangan hati untuk mematangkan ide kepenulisannya dengan tulisan tokoh yang berpengalaman. Untuk itulah, beberapa waktu yang lalu saya meminta restu Pak Abdul Halim Falatehan, salah satu tokoh di Cirebon-Jawa Barat, agar tulisannya yang pernah dimuat di surat kabar selama ini disatukan dengan tulisan saya, ya dibukukan.  Seperti yang sudah biasa saya lakukan selama ini, bila naskah sudah disatukan, saya memilih untuk memilah dan membaca seluruh tulisan, lalu menyusunnya secara lebih rapih berdasarkan tema sekaligus substansi pembahasan masing-masing tulisan. Setelah itu, khusus

Mendengar Diri

Gambar
BILA pada potongan waktu tertentu kita merasa diabaikan atau ditepikan, maka cobalah untuk menengok ke dalam diri kita sendiri. Tak perlu waktu lama, sejenak saja. Sebab penjelasan dari semua yang kita rasakan ada pada diri kita sendiri, ada pada nurani kita. Berhentilah untuk mencari biang atau penjelasan dari luar diri kita secara membabi buta atau melampaui batas.  Boleh saja kita mencari penjelasan di luar sana, dengan berbagai cara dan langkah yang ditempuh. Namun bila terjebak di situ tanpa seleksi yang jelas, kita bakal terus kecewa. Selebihnya, percayalah, kita tak akan mampu menemukan penjelasan yang benar-benar tepat atau sesuai yang kita butuhkan dari luar sana. Bahkan kita bisa saja menjadi tambah kecewa, dan ini yang berbahaya: menjadi pemarah!  Salah satu penjelasan yang paling sederhana adalah kita terlalu percaya pada orang dan persepsi orang tentang kita, padahal penjelasan dari dalam diri kita sendiri jauh lebih jujur menjawab dan menjelaskan semuanya. Kita terlampau

Menulis itu Berat, Tapi Nikmat!

Gambar
TAK sedikit yang menganggap menulis itu sebagai sesuatu yang sepele, sederhana dan mudah. Bagi mereka, menulis tak butuh waktu, tenaga dan pemikiran yang wah. Bahkan tak butuh keterampilan yang memadai. Sehingga tak perlu dianggap istimewa, biasa saja. Di beberapa forum seminar terutama yang berkaitan dengan tradisi literasi, lebih spesifik lagi tradisi menulis, saya sering mendengar ungkapan yang mirip dengan anggapan semacam itu. Pada intinya mereka menganggap menulis itu benar-benar mudah.  Ya, sikap atau anggapan semacam itu adalah hak masing-masing orang. Hanya saja, bila mereka mau mencoba atau dilakoni maka bakal diketahui atau dirasakan sendiri bahwa menulis itu rumit, sulit dan sangat berat. Butuh waktu, tenaga, pemikiran dan keterampilan, juga ketelatenan. Sebagai ujicoba, silahkan menulis artikel delapan atau sepuluh paragraf. Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa, tulisan sependek itu hanya membutuhkan waktu puluhan menit. Tapi bagi mereka yang belum terbiasa, bisa jadi m

Ketua PWM Jawa Barat Pimpin Shalat Idhul Adha Warga Muhammadiyah Cirebon

Gambar
TUPAREV - Warga Muhammadiyah Cirebon Raya melaksanakan shalat Idhul Adha 1443 H di berbagai tempat, salah satunya di Lapangan Kompleks Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cirebon, Sabtu, (9/7). Rangkaian shalat Idul Adha yang dimulai pukul 06.30 WIB tersebut dipimpin langsung oleh Ir. H. Syuhada selaku Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat.  Pada khutbahnya, Ir. H. Syuhada menyampaikan bahwa Nabi Ibrahim merupakan Bapak Spiritual dan Sosial dengan segala ajaran yang diemban sekaligus disampaikannya kepada umat zamannya hingga kita saat ini. Menurutnya, Nabi Ibrahim memiliki beberapa inti ajaran yang perlu kita lanjutkan di masa kini dan di masa yang akan datang.  Pertama, tauhid. Ajaran ini juga menjadi ajaran seluruh nabi dan rasul yaitu tauhid. Tauhid secara sederhana bermakna meng-Esa-kan Allah sebagai satu-satunya Tuhan. "Nabi Ibrahim adalah nabi yang menyampaikan ajaran tauhid. Itu adalah substansi seluruh ajarannya, dan kemudian menjadi su

Menuju Pemilu 2024 yang Damai, Berkualitas dan Berintegritas

Gambar
SEJAK penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) pertama di Indonesia tahun 1955, upaya menghadirkan pemilu damai, berkualitas dan berintegritas telah dimulai. Secara normatif prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemilu yang berlandaskan pada kejujuran, kerahasian, ketenangan dan langsung telah dijamin. Hal ini menunjukkan bahwa Negara sejak awal telah memiliki keinginan yang kuat untuk memfasilitasi rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dapat menggunakan hak politiknya dalam suasana yang kondusif.  KPU sudah mengumumkan bahwa pemilihan umum (Pemilu), baik Pemilu Presiden (Pilpres) maupun Pemilu Legislatif (Pileg) diselenggarakan pada 14 Februari 2024. Adapun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk Gubernur, Walikota dan Bupati diselenggarakan pada 27 November 2024. Kita berharap agar Pemilu 2024 nanti berjalan dengan damai, berkualitas dan berintegritas. Makna Pemilu (Pilpres, Pileg dan Pilkada) damai, berkualitas dan berintegritas pada dasarnya telah terangkum dalam pengertian pemilu

Mosi Integral dan Keteladanan Mohammad Natsir

Gambar
"Mosi Integral" merupakan sebuah hasil keputusan parlemen mengenai bersatu kembalinya sistem pemerintahan Indonesia dalam sebuah kesatuan yang digagas oleh Pak Mohammad Natsir (Pak Natsir) yang kemudian kelak menjadi sebuah keputusan parlemen pada 3 April 1950. Setelah melalui perdebatan panjang di Parlemen Sementara Republik Indonesia Serikat (RIS) akhirnya Mosi ini diterima secara bulat. Bahkan Perdana Menteri Mohammad Hatta kala itu menegaskan akan menggunakan "Mosi Integral" sebagai pedoman dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara.  Pada Ahad 3 April 2022 lalu Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) mengadakan acara penting yaitu "Tasyakur Mosi Integral NKRI 03 April 1950" yang diadakan melalui Zoom Meeting. Ada tiga tokoh nasional yang didaulat menjadi narasumber kali ini yaitu Prof. Dr. Mahfud MD (Menko Polhukam), Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra (Pakar Hukum Tatanegara), Dr. Adian Husaini, M.Si. (Ketua Umum DDII). Sementara itu,

Harapan Pada Pilkada Serentak Nasional 2024

Gambar
PILKADA serentak nasional telah disepakati oleh pemerintah dan DPR akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Dalam situasi berbagai aspek kehidupan yang menghadapi berbagai macam permasalahan yang semakin kompleks, sebagai pemilih kita pun selalu dihantui berbagai pertanyaan, misalnya, apakah pilkada serentak nasional kelak menjanjikan perubahan politik dan kepemimpinan daerah yang bermakna bagi pembangunan daerah dan nasional ke depan? Apakah kita mampu menyelamatkan pilkada serentak nasional dari proses dan hasil yang buruk?  Dalam pandangan Syamsuddin Haris (2014), skema pemilu yang kita selenggarakan oleh Indonesia selama ini lebih didesain untuk memenuhi aspek prosedural demokrasi ketimbang menghasilkan para pejabat publik yang amanah dan bertanggung jawab.  Tesis peneliti senior LIPI tersebut bukan asal bunyi. Faktanya, bukan sekadar format pemilu (pileg dan pilpres), format pilkada serentak selama ini, misalnya, masih mengedepankan persyaratan formal administratif darip

Menulis Pada Saat Sakit itu Menyenangkan!

Gambar
MENULIS adalah pekerjaan yang tak ringan. Mungkin kalau sekadar menulis, bisa jadi terasa ringan. Namun bila menulis sesuatu yang membutuhkan konsentrasi, analisa dan pemikiran yang lebih serius maka menulis bisa menjadi pekerjaan yang cukup berat. Dengan demikian, tak sedikit orang yang punya keinginan untuk memiliki karya tulis lalu segera menulis. Namun ada juga yang ingin punya karya tulis tapi enggan memulai menulis. Ya, setiap orang punya pengalaman dan motivasi masing-masing.  Pada dasarnya menulis itu aktivitas yang dapat dilakukan oleh siapapun. Dalam kondisi apapun aktivitas yang sangat akrab dengan kata, ide dan narasi ini dapat ditunaikan oleh siapapun. Mengapa? Sebab pada dasarnya setiap orang sudah akrab dengan dunia kepenulisan sejak kecil. Bahkan pelajaran pertama ketika seseorang menempuh pendidikan formal adalah tulis menulis yang diawali oleh pengenalan huruf dan angka. Artinya, setiap orang sudah akrab dengan huruf dan kata-kata.  Pengalaman tersebut merupakan penga