Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Pilkades 2022 dan Optimisme Memajukan Desa Di Mabar

Gambar
Pemilihan Kepala Desa atau Pilkades untuk 102 Desa (dari 160-an lebih Desa) Se-Manggarai Barat (Mabar), NTT sudah berlangsung kemarin, Kamis 29 September 2022. Secara umum suasananya damai dan berlangsung dengan lancar. Walau keterlibatan masyarakat untuk memilih masih menjadi catatan kaki, namun pesta di level Desa kemarin penuh kehangatan dan kekeluargaan. Bagaimana pun, berlangsungnya pesta politik di level Desa menjadi salah satu instrumen pendidikan politik langsung bagi masyarakat, terutama untuk menentukan siapa sosok yang akan memimpin Desanya 6 tahun ke depan (2002-2008).  Bagi mereka yang belum terpilih, jangan berkecil hati. Sebab pesta politik dengan mekanisme pemilihan langsung oleh masyarakat pemilih memang menghasilkan dua kemungkinan: terpilih atau tidak terpilih. Selama proses Pilkades berlangsung sesuai aturan yang berlaku, maka satu-satunya sikap yang ditunaikan adalah menerima dengan lapang dada hasilnya. Harapannya, mereka yang tidak terpilih mau dan mampu menopang

Karena Keterbatasan adalah Energi

Gambar
Alhamdulillah tulisan saya yang berjudul "Dari Menjual Hingga Menulis Buku" dimuat dalam buku "Sehimpun Mutiara Literasi Indonesia; Kisah dan Perjuangan Inspirasi Menulis Bagi Generasi Indonesia" jilid 2, sementara tulisan istri saya Eni Suhaeni dimuat di jilid 1. Buku terbitan September 2022 dan diterbitkan dalam 3 jilid ini merupakan antologi tulisan 108 penulis lintas latar belakang dari berbagai kota atau daerah di seluruh Indonesia. Informasi ini saya peroleh di salah satu group WhatsApp Penulis Indonesia yang saya ikuti hampir setahun terakhir.  Pada buku setebal ratusan halaman ini saya dan para penulis lainnya bercerita dan berbagi pengalaman seputar tulis menulis. Dari awal mengenal dan belajar hingga mulai berkarya bahkan kelak bisa berbagi karya ke pembaca di luar sana dan penulis lainnya. Intinya, semuanya mengungkapkan perjuangannya ketika bergulat dalam dunia kepenulisan. Pahit manisnya, suka sukanya. Uniknya, para penulis beragam latar profesi, namun

Menulis Butuh Konsistensi

Gambar
SALAH satu aktivitas menarik yang bisa menjadi pilihan siapapun dalam mengisi hari-hari di sela-sela menjalankan berbagai aktivitas profesi dan kegiatan lainnya adalah menulis. Saya tentu tak perlu mendefinisikan apa itu menulis, sebab siapapun bisa mendefinisikannya. Satu hal yang pasti bahwa kata ini merupakan kata kerja yang membutuhkan tindakan atau praktik. Sebab bila sekadar dikatakan, dia bisa saja berbentuk kata kerja namun kehilangan substansinya. Karena itu, sekali lagi, menulis adalah kata kerja yang membutuhkan tindakan atau praktik.  Saya termasuk yang terlambat menekuni dunia kepenulisan. Sebab saya mengenal tulis-menulis sudah sejak lama, namun upaya untuk menekuninya hingga menghasilkan karya tulis baru belakangan ini, tepatnya sejak 2008 silam. Walau embrionya sudah ada sejak saya menempuh pendidikan tinggi atau kuliah di UIN Bandung tahun 2000-an silam, bahkan sejak menempuh pendidikan MTs dan Madrasah Aliyah pada tahun 1996-2002. Saya sendiri menekuni aktivitas ini k

Pemilu 2024 dan Partisipasi Kaum Muda

Gambar
KOMISI Pemilihan Pemilu (KPU) sudah menetapkan penyelenggaraan pemilihan umum 2024 beberapa waktu. Sebagaimana yang dipublikasi oleh KPU di website resminya, bahwa pemilihan presiden dan pemilihan legislatif (DPR dan DPD) diselenggarakan secara bersamaan pada 14 Februari 2024 dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) untuk Gubernur, Walikota dan Bupati diselenggarakan pada 27 November 2024. Merespon hal ini, berbagai partai politik sebagai instrumen penting pemilu sudah mulai menyiapkan diri, dari tingkat pusat hingga ke tingkat RT. Terutama konsolidasi Bacaleg dan Pencapresan, para relawan Bacaleg dan Bacapres sudah mulai terlaksana di berbagai kota.   Pemilu yang bermartabat merupakan dambaan kita semua, baik pra dan ketika maupun pasca penyelenggaraannya. Praktisnya, pemilu berjalan sesuai aturan dan mekanisme yang berlaku. Salah satu aspek penting terselenggaranya pesta demokrasi atau pemilu adalah berjalannya pengawasan pemilu. Pengawasan pemilu bukan saja tugas dan fungsi badan yang

Bung Hatta dan Buku Sampah Ribuan Eksemplar

Gambar
SUATU bangsa akan mengalami perubahan besar manakala tradisi keilmuannya menggeliat dari waktu ke waktu. Tradisi yang paling sederhana adalah baca-tulis, di samping tradisi lain yang jauh lebih penting. Namun tradisi baca-tulis adalah dasarnya. Sebab di situ terjadi pematangan gagasan dan pergulatan ide-ide. Buku merupakan salah satu mediumnya, baik sebagai media bacaan maupun sebagai dokumen unik bagi ide atau gagasan yang bermunculan. Sehingga memproduksi gagasan dan buku adalah agenda penting dan tak boleh dianggap remeh.   Salah satu tokoh yang menjadi inspirator saya adalah salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia yaitu Bapak Mohammad Hatta yang akrab dikenang Bung Hatta. Bung Hatta dan buku bak kata-kata dan rima, burung pelican dan musim dingin, atau mesiu dan peluru yang saling memiliki satu sama lain. Ketika diasingkan ke Banda Naira selama 6 tahun, ratusan buku miliknya pun turut diboyong. Sebanyak 16 peti besar yang berlabuh di ujung pelabuhan Naira menyimpan sejuta ilmu

Moderasi dan Toleransi Garis Lurus

Gambar
Alhamdulillah di tengah berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu dan tenaga, saya menyempatkan menulis artikel untuk berbagai surat kabar dan media online, di samping makalah materi untuk berbagai forum diskusi, seminar dan serupanya. Salah satu isu dari beragam isi yang saya garap adalah isu moderasi sekaligus toleransi beragama. Selama beberapa tahun terakhir isu ini menjadi salah satu isu yang diperbincangkan di berbagai forum lokal dan nasional bahkan internasional.  Antologi atau bunga rampai tulisan tersebut saya elaborasi dan rapihkan sehingga menjadi naskah buku yang layak terbit. Saya tentu tidak sendirian, sebab salah satu sahabat saya Pak Arif Husni Mubarak juga mengambil peran atau berkontribusi dalam menghadirkan buku yang berjudul "Moderasi dan Toleransi Beragama" ini. Pak Arif adalah sosok santri sejati yang aktif di lembaga pendidikan dan berbagai kegiatan sosial. Sehingga buku ini bukan saja berisi teori tapi juga bagaimana aksi praktis ajaran Islam terma

Wariskan Tradisi Baca pada Anak-Anak!

Gambar
SAYA lahir pada 8 Agustus 1983 di Kampung Cereng. Kampung ini berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggorang, Kabupaten Manggarai Barat-Nusa Tenggara Timur atau NTT. Manggarai Barat atau Mabar berpusat di Labuan Bajo, sebuah kota kecil yang berada di ujung paling barat Pulau Flores. Kampung ini hingga kini belum tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal. Sangat jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota. Kini saya berdomisili dan berkarir di Cirebon-Jawa Barat.    Salah satu kebiasaan saya sejak kecil adalah membaca, terutama buku. Termasuk ketika bersekolah di Sekolah Dasar Katolik (SDK) di kampung. Pada saat mencari kayu di hutan, menjaga kerbau di tanah lapang, dan sebagainya, saya sempatkan untuk membaca buku. Walau jumlah bukunya terbatas, namun semangat itu seperti terus bergejolak dari waktu ke waktu. Ayah dan Ibu saya memang termasuk suka membaca. Sebab Ayah saya pernah menjadi guru Sekolah Dasar (SD) dan termasuk generasi pertama di kampung saya yang pernah m

Ada Cinta Dalam Canda

Gambar
MEMBANGUN keluarga bahagia merupakan salah satu pekerjaan sekaligus visi utama sebuah keluarga. Ayah dan Bunda sebagai penanggungjawab utama keluarga memiliki peran penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Bila Ayah dan Bunda sebagai orangtua mampu menghadirkan suasana yang menggembirakan dan nyaman bagi anggota keluarga, maka keluarga bahagia pun dapat diraih. Mengenai hal ini setahun yang lalu, tepatnya 2021 lalu, saya dan istri saya Eni Suhaeni sukses menulis buku berjudul "Melahirkan Generasi Unggul" dan "Menjadi Pendidik Hebat". Buku ini sukses diburu pembaca, bahkan hingga kini sudah dicetak sampai tiga kali.  Berkaitan dengan tema obrolan kali ini, berbagai pertanyaan pun muncul. Bagaimana cara mewujudkan keluarga yang gembira sebagai modal menuju keluarga bahagia? Apa saja prinsip cinta yang mesti dijaga sehingga keluarga terbangun dalam suasana saling mengerti dan memahami, lalu mau menerima dan suka memberi pada sesama anggota keluarga? Apakah bercan

Mari Menulis atau Mati!

Gambar
"Mohon ijin bertanya. Sebaiknya sebagai penulis itu apakah apa saja ditulis atau menulis apa yang menjadi kepakarannya?", begitu pertanyaan Mas Ryantori di Group WhatsApp Penulis G20. Seingat saya, pertanyaan ini sebagai respon beliau untuk tulisan saya yang berjudul "Mari Nyalakan Terus Api Literasi Diri!" yang dipublikasi oleh dua media online dan satu blog pribadi saya. Kebetulan tulisan dan link-nya saya share di beberapa group WhatsApp termasuk Group WhatsApp Penulis G20. Semoga dugaan saya benar. Kalau tidak, maaf saya terlalu percaya diri.  Tetiba beberapa anggota group pun ramai meresponnya. "Bergantung tujuan penulisannya. Jika untuk ekspresi diri, maka bisa menulis apa saja. Kalau tulisan ilmiah sebaiknya sesuai kepakaran penulis", ungkap sahabat saya yang sedang menggarap buku "Aku, Dia dan Cinta" bersama saya dan puluhan penulis lainnya, Mas Achmad Zulfikar. Lalu Mas Ryantori kembali bertanya, "Mohon penjelasan. Menulis untuk eks

Mari Nyalakan Terus Api Literasi Diri!

Gambar
SELAMA beberapa tahun belakangan ini kegiatan literasi semakin menggeliat di seluruh Indonesia, baik di lembaga pendidikan formal maupun di berbagai komunitas yang memang akrab dengan aktivitas literasi. Literasi memang bukan sekadar baca dan tulis, namun keduanya menjadi tradisi yang begitu akrab dan menjadi perhatian bagi banyak orang, terutama mereka yang memang punya ketertarikan pada dua tradisi yang sudah dikenal umat manusia sejak sekian abad silam ini.  Sebagai pemula ataupun sudah lama bergulat dalam dunia literasi, khusus dunia baca dan tulis, kita tentu merasakan betapa menjaga tradisi literasi itu sangat berat. Sebagaimana membaca, misalnya, menulis itu butuh kesungguhan, kerja keras dan pengorbanan yang tak sedikit. Secara khusus untuk pengorbanan, kita pun butuh waktu, tenaga dan gagasan, di samping kemampuan atau keterampilan merangkai kata menjadi tulisan yang bermakna dan nyaman dibaca.  Bila selama ini kita masih menganggap karya tulis itu karya remeh dan murah, maka

Rumah Produktif Indonesia Memanggilmu!

Gambar
HARI ini Senin 12 September 2022 pukul 19.45 hingga 22.00 WIB saya berkesempatan menghadiri Rapat Pengurus Rumah Produktif Indonesia (RPI) dengan agenda mengevaluasi perjalanan organisasi dan program sekaligus aktivitas RPI selama ini dari berbagai aspeknya. Pada acara yang dihadiri pengurus RPI dari pusat hingga daerah ini dibuka oleh sambutan Presiden RPI Yanuardi Syukur, M.Si. dan Ketua Harian RPI Indrawati. Penasehat dan beberapa RPI wilayah  juga turut hadir pada pertemuan online (zoom meeting) ini seperti Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan sebagainya. Di samping beberapa pengurus pusat RPI seperti Sekretaris Jenderal dan delegasi berbagai bidang.   Saya termasuk yang terlambat sekitar 30 menit menghadiri acara ini. Walau begitu, saya masih bisa mendengar saran dan masukan dari beberapa peserta yang hadir untuk pembenahan dan kemajuan RPI ke depan, diantaranya sebagai berikut. Pertama, perlu penguatan SDM dengan pemberdayaan potensi berdasa

Merawat Ide dan Persahabatan; Belajar Pada Bang Fahri dan Bang Zul

Gambar
ADA banyak tokoh nasional asal NTB yang lama berkarir di Jakarta dan dikenal banyak kalangan. Diantaranya adalah dua tokoh nasional kebanggaan asal Sumbawa-NTB yang kerap hadir di berbagai forum dan muncul di berbagai stasiun TV. Keduanya sama-sama pernah bergulat sebagai aktivis mahasiswa 1990-an di Universitas Indonesia (UI) dan berperan aktif dalam menggulirkan reformasi 1998 bersama Prof. Amin Rais dan kawan-kawan. Keduanya adalah Fahri Hamzah, SE. yang akrab disapa Bang Fahri dan Dr. Zulkieflimansyah yang akrab disapa Bang Zul.  Bila menelisik perjalanan politik keduanya, Bang Fahri pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI dan kini menjadi Wakil Ketua Umum Gelora. Partai Gelora didirikan oleh beberapa politisi termasuk Anis Matta dan Mahfud Sidiq yang sebelumnya pernah menjadi pejabat penting di PKS. Sebelum terjun di politik, Bang Fahri adalah tokoh mahasiswa yang mendirikan dan menjadi Ketua Umum pertama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Sementara Bang Zul pern

Memaknai Diri dengan Menebar Manfaat

Gambar
KITA kadang kesulitan untuk mendefinisikan diri kita saban hari. Termasuk perjalanan hidup kita dari waktu ke waktu, kadang kerap kita anggap biasa-biasa saja. Padahal setiap detik yang kita lalui selalu dibarengi oleh aktivitas yang tak berhenti. Diamnya kita pun bahkan termasuk aktivitas juga. Ini bermakna, selama kita bernyawa, masih ada peluang bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih bermakna. Untuk itu, kita sepertinya perlu sebuah pemaknaan yang lebih memudahkan kita dalam memaknai diri kita juga berbagai hal yang kita lalui sehari-hari.  Agama, dalam hal ini Islam, sebetulnya sudah menyediakan standar dasar bagaimana seharusnya kita memaknai diri dan kehidupan kita. Salah satunya adalah berikhtiar menjadi lebih baik. Ya, berupaya dengan sungguh-sungguh agar kita semakin bermakna. Menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu adalah standar paling sederhana dalam memaknai diri dan kehidupan kita. Hal ini perlu dipertegas agar kita semakin menyadari betapa Allah sangat me

Membaca "Visioning Indonesia" Cak Imin

Gambar
MEMBINCANG Indonesia artinya membincang tentang diri kita dan kekitaan kita. Kita sebagai warga negara punya hak yang sama untuk mengenal sekaligus mengoreksi tentang tingkah kita dalam bernegara selama sekian waktu berlalu hingga saat ini. Dalam konteks kolektivisme, kita juga punya keniscayaan untuk mengevaluasi cara kita bernegara, terutama pasca reformasi 1998 hingga kini. Hal ini perlu dilakukan agar ke depan kita semakin menemukan langkah pasti tentang bagaimana dan apa seharusnya yang kita lakukan untuk Indonesia yang kita cinta. Indonesia tak boleh lagi diacak-acak oleh mereka yang berhasrat menjajah dengan mental kapitalistiknya, sebab itu hanya membuat kita tak menikmati kemerdekaan sejati.  Kita mesti menyadari bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Daratan kita ditumbuhi berbagai macam tanaman berharga, termasuk hutan dengan jutaan jenis pohon yang nyaris tak ditemukan di berbagai negara lain di dunia. Lautan kita kita tergol