Ada Cinta Dalam Canda


MEMBANGUN keluarga bahagia merupakan salah satu pekerjaan sekaligus visi utama sebuah keluarga. Ayah dan Bunda sebagai penanggungjawab utama keluarga memiliki peran penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Bila Ayah dan Bunda sebagai orangtua mampu menghadirkan suasana yang menggembirakan dan nyaman bagi anggota keluarga, maka keluarga bahagia pun dapat diraih. Mengenai hal ini setahun yang lalu, tepatnya 2021 lalu, saya dan istri saya Eni Suhaeni sukses menulis buku berjudul "Melahirkan Generasi Unggul" dan "Menjadi Pendidik Hebat". Buku ini sukses diburu pembaca, bahkan hingga kini sudah dicetak sampai tiga kali. 

Berkaitan dengan tema obrolan kali ini, berbagai pertanyaan pun muncul. Bagaimana cara mewujudkan keluarga yang gembira sebagai modal menuju keluarga bahagia? Apa saja prinsip cinta yang mesti dijaga sehingga keluarga terbangun dalam suasana saling mengerti dan memahami, lalu mau menerima dan suka memberi pada sesama anggota keluarga? Apakah bercanda dapat menjaga dan melanggengkan cinta dalam keluarga? Dan bagaimana seharusnya menyelesaikan ketegangan atau kerenggangan dalam rumah tangga? 

Hari ini Sabtu 17 September 2022, sejak pukul 18.30 sampai 20.30 WIB, saya bersama keluarga kecil saya berkesempatan menghadiri acara Rangkul yang bertema "Ada Cinta Dalam Canda". Pada acara yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting ini membahas tentang pola interaksi anggota keluarga yang menyenangkan. Pada kesempatan ini, seperti pada acara Rangkul beberapa pekan sebelumnya, saya ditemani oleh istri saya Eni Suhaeni dan ketiga anak kami Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan Aisyah Humaira. Acara ini sendiri bertujuan untuk mempererat hubungan anggota keluarga dan membangun suasana yang lebih akrab sekaligus nyaman bagi semua. 

Rangkul sendiri berdiri tahun 2013, yang didirikan oleh para penggiat lintas latar belakang. Ada psikolog, dosen, guru, penulis, ibu rumah tangga, dan sebagainya. Secara umum, agendanya seputar parenting, dengan tujuan agar semakin banyak orang yang menyadari betapa pentingnya parenting. Intinya, di sini tempat yang tepat untuk membincang dan berbagi seputar keluarga. Tentu pada perkembangannya, terutama pada masa pandemi: Covid-19, materi kajian atau obrolan Rangkul terus berkembang dan variatif berdasarkan kebutuhan zaman.  

Seingat saya, hal penting dalam Rangkul adalah adanya prinsip cinta yang mesti tetap terjaga dalam keluarga. Diantara prinsip tersebut adalah sebagai berikut, pertama, keluarga kita menCintai dengan cari cara sepanjang masa. Kedua, keluarga kita mencintai dengan Ingat impian tinggi. Ketiga, keluarga kita mencintai dengan menerima taNpa drama. Keempat, keluarga kita mencintai dengan Tidak takut salah. Kelima, keluarga kita mencintai dengan Asyik main bersama. 

Mba Pricilia Winata dan Bu Elsa adalah dua sosok yang mengajak saya untuk mengikuti berbagai acara di Rangkul beberapa bulan lalu. Kebetulan Mba Pricilia, demikian saya akrab menyapanya, saya dan ratusan penggiat lainnya aktif di Group WhatsApp Penulis G20. Sementara Bu Elsa adalah sosok yang mengirimkan buku "Keluarga Kita; Mencintai Dengan Lebih Baik" kepada saya beberapa waktu lalu. Kali ini Mba Pricilia didaulat menjadi pemantik obrolan yang dihadiri para penggiat dari berbagai kota ini. Pada pembukaan obrolan kali ini ia menyampaikan bahwa Ayah dan Bunda mesti menjadi contoh dalam segala kebaikan dalam keluarga, terutama bagi anak-anaknya. 

Pada dasarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam rangka mengakrabkan hubungan antar anggota keluarga. Orangtua bisa melakukan apa saja yang bernilai kebaikan atau positif namun tetap aman dan menyenangkan bagi semua termasuk anak-anaknya. Hal sederhana yang bisa dilakukan misalnya bercanda. Bentuknya bisa beragam, misalnya, bermain dan humor. Kedua hal ini dapat membuat hubungan antar anggota keluarga semakin dekat. Secara praktis, bisa juga dilakukan dengan bersepeda bareng, nonton TV bareng dan masih banyak lagi. 

Setiap keluarga tentu memiliki rutinitas tertentu, yang dilakukan untuk meningkatkan hubungan baik atau keakraban antar anggota keluarga. Pembaca bisa berbagi tentang hal ini, ya tentang pengalaman masing-masing. Saya sendiri sering bermain bersama dengan istri dan anak-anak saya. Selain itu, kami juga sering senam pagi bersama di akhir pekannya, di samping membaca buku bareng dan pada momentum tertentu berkunjung ke toko buku. Pada momentum tertentu kami juga sering berkunjung ke tempat ramai, yang di tiap pekannya dikunjungi oleh ribuan pengunjung.  

Setiap keluarga tentu memiliki pola interaksinya masing-masing. Hubungan antar anggota keluarga juga kadang akrab dan renggang. Khusus untuk hubungan renggang, mungkin bukan masalah besar, tapi hal-hal sepele. Saya sendiri bila keluar kota lalu pulang ke rumah biasanya kelelahan. Pada kondisi ini saya enggan diganggu, padahal rasa rindu terus berkecamuk. Jadi, seperti jiwa membelah, antara menahan lelah dan memadu rindu. Tapi biasanya itu tak lama, hanya beberapa menit saja. Cukup minum jus buah atau air putih sambil minum, lalu setelah itu memulai obrolan. Saling bertanya dan bercanda tentang hal-hal yang seru selama ditinggal pergi. Pada kondisi ini semua ingin bicara dan suasananya benar-benar ramai.

Bila ada yang mengatakan bahwa keluarga butuh candaan, itu benar adanya. Bahkan teman saya pernah menyampaikan bahwa humor itu perlu banget. Berkaitan dengan ini saya punya pengalaman sederhana. Istri saya suka bumbu pedas, saya engga suka bumbu pedas. Kadang kalau egois, ujungnya semuanya engga bisa makan. Solusinya, dibikin dua porsi. Satunya pakai bumbu pedas, satunya engga. Terbayang bila semua masih bersikap kaku atau masih pada sikap egoisnya, bisa kelaparan berjama'ah! 

Bahkan dulu saya pernah juga beda selera konten TV dengan istri saya. Saya suka menonton pertandingan sepak bola, istri saya suka menonton sinetron. Cukup lama menemukan jalan keluar, namun akhirnya ada juga. Solusi atau jalan keluarnya pun benar-benar berani: TV ditiadakan. Ganti sama Handphone atau HP. Sebab dengan HP semua bisa menonton acara TV melalui HP dan YouTube sesuai selera masing-masing. Tapi lucunya, duduknya tetap saja berdekatan. Kelihatan gila, karena kadang cubit-cubitan juga. Anak-anak pun ikutan bertanya: Lagi ngapain sih, cubit dan tertawa segala? 

Intinya, ada banyak cara untuk membangun kebahagiaan bersama, termasuk bercanda bareng dengan gaya masing-masing. Bila membaca sejarah kenabian dan keluarganya, kita bisa memahami bahwa nabi Muhammad pun pernah bercanda dengan istrinya Aisyah. Sebagai muslim kita tentu masih ingat kisah balapan lari antara nabi dan istrinya. Selebihnya, kita butuh banyak referensi untuk mengeratkan hubungan antar anggota keluarga, baik pasangan hidup maupun anak-anak kita. Termasuk dengan membaca buku, jurnal dan artikel yang membahas tema-tema parenting. Termasuk tulisan lepas di berbagai website atau blog. Semuanya bisa kita baca bahkan "menggugat" bacaan semacam itu. Di samping mereguk hikmah dan pembelajaran yang terkandung di dalamnya. 

Saya sendiri layak bersyukur karena beberapa waktu lalu mendapat kiriman buku dari Bu Elsa yang berjudul "Keluarga Kita; Mencintai Dengan Lebih Baik" karya Mba Najelaa Shihab, kakaknya penggiat media sosial Mba Najwa Shihab. Buku setebal 194 halaman terbitan Penerbit Buah Hati (Cetakan ke-4, 2020) ini membahas banyak hal, dari A sampai Z, seputar keluarga seperti sifat anak, emosi orangtua, komunikasi efektif, hukuman dan konsekuensi, dukungan dan sogokan, kesepakatan keluarga, kecerdasan masa depan, masalah seputar sekolah, komunikasi orangtua dan sekolah, dan masih banyak lagi, termasuk bagaimana bercanda yang mendidik. Jadi, bila ingin cintanya bertambah, bercanda saja. Sungguh, ada cinta pada canda! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul" dan "Menjadi Pendidik Hebat" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!