Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

MENULIS BUKU "POLITIK CINTA" SEBAGAI WUJUD CINTA UNTUK MANGGARAI BARAT

Gambar
SEJAK Oktober 2019 hingga Oktober 2020 lalu saya secara sengaja menyempatkan diri untuk menelisik dinamika sosial politik di Manggarai Barat secara rutin. Hampir setiap hari saya memaksa diri untuk mengikuti berbagai hal yang bernyawa politik di kabupaten paling barat propinsi NTT yang akrab disebut Mabar ini. Hal ini saya lakukan karena memang saya lahir di Mabar dan sempat hidup di sini selama 13 tahun, sejak 1983 hingga 1996. Dan sejak 1996 hingga kini saya menempuh pendidikan dan masih berkarir di tanah rantauan. Sejak di Lombok Barat dan Surabaya hingga Bandung, Jakarta dan Cirebon.  Isu-isu lokal Mabar pun benar-benar saya geluti. Bukan satu tema isu tapi hampir semua tema. Terutama yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Misalnya, kebijakan pemerintah daerah atau Bupati, dinamika di DPRD Mabar, pengelolaan pariwisata, pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dinamika menjelang Pilkada Mabar, koalisi partai politik, SK partai politik, kepemimpinan baru, pemilih cerdas

INSPIRASI BELAJAR DARI BUKHARI MUHTADIN

Gambar
USIANYA baru 6 tahun lebih, tapi membaca buku adalah kesukaannya. Dari buku TK semasa ia duduk di bangku TK hingga buku cerita. Belakangan dia juga membaca beberapa buku dewasa yang ada di perpustakaan rumah. Hal ini sudah menjadi kesukaannya sejak kecil hingga saat ini. Prestasi semacam ini membuatnya semakin tergila-gila untuk membaca, terutama buku.  Bahkan buku saya yang berjudul "Membaca Politik Dari Titik Nol" pun dia baca juga. Buku ini tergolong serius, karena memang membahas hal-hal serius. Walau belum tuntas membaca isi buku ini, tapi beberapa judul di dalamnya sudah dia baca. Beberapa judul pun dia ingat dan kadang menguji saya, apakah saya masih ingat atau tidak. Pokoknya seru!  Uniknya lagi, testimoni tokoh pada cover belakang buku dia hafal, termasuk nama tokohnya. Tak terkecuali gelar dan latar profesinya. Termasuk beberapa buku saya yang bertema pendidikan, ia lahap juga. Tak terkecuali komentar para tokoh yang dicantumkan pada cover belakang buku, dia baca da

KAPAN MEMENUHI JANJI POLITIK?

VIDEO pada lampiran tulisan ini hanyalah sebagian potret perjuangan para Panitia Pemungut Suara (PPS) di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT dalam menyelenggarakan Pilkada Serentak 9 Desember 2020. Terutama dalam membawa kotak suara dari Desa Golo Sengang ke tingkat kecamatam, tepatnya Werang, ibukota kecamatan Sano Nggoang pasca perhitungan di tingkat desa.   Apa yang mereka lakukan kali ini sebetulnya dilakukan juga oleh PPS pada momentum pesta politik sebelumnya. Baik pilpres dan pileg maupun pilkada. Sudah puluhan tahun suasana semacam ini terjadi. Sejak Orde Lama dan Orde Baru hingga saat ini, tak ada dampak pembangunan infrastruktur yang lebih maju. Ya mungkin ada perubahan pada beberapa fasilitas umum, namun tidak signifikan. Atau sudah ada perubahan dan pembenahan?   Saya tentu bukan sedang membela para warga desa dan para PPS yang sudah menjadi panitia dan mengikuti pesta politik berkali-kali, tapi saya mengingatkan siapapun pemenang pemilu

OPTIMISME MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG ANTI KORUPSI

Gambar
HARI ini Selasa 8 Desember 2020 Pukul 14.30 WIB saya menghadiri diskusi serial (NGOPI) Jilid I Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang se-DKI Jakarta, yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember 2020 yang juga bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada Serentak 2020. Diskusi Jillid I yang dihadiri oleh berbagai aktivis mahasiswa dan pemuda lintas latar belakang kali ini menghadirkan pembicara tunggal yaitu seorang tokoh bangsa sekaligus akademisi senior Romo Franz Magnis Suseno. Kali ini beliau secara khusus membahas mengenai kepemimpinan, etika pemimpin dan memberikan edukasi tentang bagaimana ciri pemimpin ideal.  Tujuan diskusi ini adalah agar publik semakin memiliki gambaran mengenai pemimpin yang ideal, pemimpin yang mampu mempertahankan integritas di tengah gempuran pragmatisme. Hal ini menjadi menemukan konteksnya, terutama di tengah momentum Pilkada Serentak yang diikuti oleh 270 daerah dan hari Anti Korupsi yang bertepata