Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Membaca Ulang Nasehat TGH. Safwan Hakim

Gambar
SAYA lahir di sebuah kampung terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Kampung Cereng, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat atau Mabar. Kampung ini belum tersentuh listrik PLN, belum tersentuh air PDAM dan belum tersentuh jalan raya beraspal. Dari Labuan Bajo ibukota Mabar, kampung ini ditempuh selama beberapa jam. Rerata orang menempuh dengan jalan kaki. Walau belakangan ini sebagian sudah menggunakan sepeda motor.  Saya sendiri menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada 1990-1996. Tepatnya di SD Katolik yang berada di kampung saya. Walau warga di kampung hampir 100 persen muslim, namun kala itu tak ada sekolah bernyawa Islam, hanya ada sekolah bernyawa Katolik. Belakangan, sudah ada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS), tepatnya di Leheng, sebuah kampung sebelah kampung saya. Lalu, beberapa tahun lalu, berdirilah SMP Muhammadiyah yang berlokasi di Cereng.   Setelah saya lulus SD tahun 1990, saya melanjutkan pendidikan di Lombok, tepatnya di MTs

MENGENAL ELIA, SISWI KELAS TIGA SEKOLAH DASAR YANG GIAT BERDAGANG

Gambar
NAMANYA Elia, akrab dipanggil Elia. Ia masih berusia 9 tahun. Kini ia masih duduk di bangku kelas tiga di sebuah sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Cirebon-Jawa Barat. Saya sengaja tidak menyebutkan nama sekolahnya, khawatir disalahgunakan oleh orang-orang yang berniat jahat. Sehari-hari aktivitasnya adalah belajar sebagaimana teman-temannya yang bersekolah. Walau begitu, setelah jadwal belajar (di) sekolah, ia juga tetap belajar di rumah.  Selain itu, tentu ia juga tetap bermain seperti anak-anak seusianya. Namun ia ternyata sosok yang berbeda pada aspek mengisi waktu luang setelah sekolah. Di sela-sela waktu sekolah dan bermain, ia pun membantu kedua orangtuanya untuk menjual berbagai kue atau jajan ke berbagai tempat. Ia menumpang di berbagai mobil angkutan umum, juga kadang berjalan kaki. Baginya, aktivitas semacam ini sudah ia lakoni sejak kecil dulu. Apalah lagi pada masa pandemi Covid-19 yang mengusik ekonomi keluarga, ia pun semakin bersemangat untuk berjualan.   Menurut p

Refleksi 133 Tahun Kiai Ahmad Sanusi

Gambar
SABTU, 18 September 2021, bertepatan dengan tanggal lahir seorang ulama sekaligus tokoh berpengaruh di Jawa Barat bahkan nasional asal Sukabumi, KH. Ahmad Sanusi (Kiai Ahmad Sanusi). Sosok yang dikenal dengan Ajengan Cantayan juga dikenal dengan Ajengan Genteng atau Ajengan Gunungpuyuh. Hal ini sangat wajar karena beliau lahir di Cantayan, Under Distrik Cikembar, Distrik Cibadak, Under Afdeling Sukabumi-Jawa Barat  pada 18 September 1888 dan meninggal di Sukabumi pada 31 Juli 1950.  Mengenang dan menelisik Kiai Sanusi paling tidak saya mencatat beberapa hal penting, pertama, Kiai Sanusi adalah sosok pendidik sekaligus ulama yang cerdas. Hal ini bisa dipahami dari konsennya. Bayangkan saja, ia adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam beliau mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Selain it

Kiai Ahmad Sanusi, Pendiri PUI Sekaligus Bapak Republik

Gambar
SABTU, 18 September 2021, bertepatan dengan tanggal lahir seorang ulama sekaligus tokoh berpengaruh di Jawa Barat bahkan nasional asal Sukabumi, KH. Ahmad Sanusi (Kiai Ahmad Sanusi). Sosok yang dikenal dengan Ajengan Cantayan juga dikenal dengan Ajengan Genteng atau Ajengan Gunungpuyuh. Hal ini sangat wajar karena beliau lahir di Cantayan, Under Distrik Cikembar, Distrik Cibadak, Under Afdeling Sukabumi-Jawa Barat  pada 18 September 1888 dan meninggal di Sukabumi pada 31 Juli 1950.  Mengenang dan menelisik Kiai Sanusi paling tidak saya mencatat beberapa hal penting, pertama, Kiai Sanusi adalah sosok pendidik sekaligus ulama yang cerdas. Hal ini bisa dipahami dari konsennya. Bayangkan saja, ia adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam beliau mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Selain it

MARI MENULIS, MENCICIL SEJARAH!

Gambar
MENULIS adalah tugas sejarah. Begitu ungkap sebagian para bijak. Ia berpijak pada nilai dan prinsip keluhuran. Bahwa idealisme tak boleh terhempas karena realitas yang kadang absurd. Sebab tak sedikit yang terjebak pada hal semacam itu. Sesuatu yang penuh dengan kepentingan dan selera sesaat. Walau secara teknis konten tetap memadukan antar idealitas dan realitas, namun itu tak berarti meleburkan kejelasan tujuan pada syahwat pragmatisme.  Dalam konteks itulah dibutuhkan apa yang disebut dengan adaptasi atau kontekstualisasi. Konsistensi dan kesetiaan pada perspektif semacam itu bukan saja berat tapi juga penuh godaan. Sebab di sini bukan lagi soal melahirkan kata-kata atau tradisi menulis yang bisa jadi bisa dilakukan oleh siapa saja, tapi juga substansi ide dan narasinya.  Sejarah adalah pergulatan ide dan ide, narasi dan narasi, serta teks dan teks juga latar belakang dan konteksnya. Maka literasi tak melulu soal jumlah kata dan akumulasi produksi dokumen dalam bentuk buku dan serup