Rumah Produktif Indonesia Memanggilmu!


HARI ini Senin 12 September 2022 pukul 19.45 hingga 22.00 WIB saya berkesempatan menghadiri Rapat Pengurus Rumah Produktif Indonesia (RPI) dengan agenda mengevaluasi perjalanan organisasi dan program sekaligus aktivitas RPI selama ini dari berbagai aspeknya. Pada acara yang dihadiri pengurus RPI dari pusat hingga daerah ini dibuka oleh sambutan Presiden RPI Yanuardi Syukur, M.Si. dan Ketua Harian RPI Indrawati. Penasehat dan beberapa RPI wilayah  juga turut hadir pada pertemuan online (zoom meeting) ini seperti Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan sebagainya. Di samping beberapa pengurus pusat RPI seperti Sekretaris Jenderal dan delegasi berbagai bidang.  

Saya termasuk yang terlambat sekitar 30 menit menghadiri acara ini. Walau begitu, saya masih bisa mendengar saran dan masukan dari beberapa peserta yang hadir untuk pembenahan dan kemajuan RPI ke depan, diantaranya sebagai berikut. Pertama, perlu penguatan SDM dengan pemberdayaan potensi berdasarkan kebutuhan organisasi RPI. Bila memungkinkan perlu dilakukan perombakan pengurus agar perjalanan organisasi dan programnya bisa berjalan dengan baik. Hal lain, perlu juga dilakukan pembenahan struktur wilayah dan daerah. Hal ini tentu dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi masing-masing personal pengurus. 

Kedua, fokus isu dan program. RPI perlu juga melakukan pertemuan "Tatap Muka" sehingga sesama penggiat bisa saling kenal dan lebih akrab lagi. Bila pertemuan "Tatap Muka" nasional agak sulit karena jarak dan agenda masing-masing, maka bisa disiasati dengan mengadakan pertemuan berbasis wilayah dan daerah. Sebagai pemantik sekaligus tindak lanjut RPI bisa mengadakan program yang benar-benar bisa dilakukan. Sementara untuk saat ini memang RPI masih mengandalkan media digital, baik untuk publikasi maupun dalam hal menjalankan program atau kegiatan. Sederhananya, medium RPI adalah media digital. Tentu ke depan mediumnya bisa diperluas, tidak sekadar di media digital. 

Ketiga, pembentukan unit penerbitan buku. Kita menyadari dan mengakui bahwa RPI ini merupakan organisasi kreatif dan inovatif yang mesti berbasis pada karya nyata. Penggiat RPI berasal dari berbagai profesi dan kota. Namun salah satu hal yang sangat akrab dengan penggiat RPI adalah tulis menulis atau kepenulisan. Hal ini sangat wajar, terutama pada masa pandemi, sehingga aktivitas kepenulisan termasuk pemanfaatan media digital semakin geliat. Tak sedikit penggiat RPI yang menulis di berbagai media massa dan media online, termasuk menulis buku solo dan buku "keroyokan". Mungkin Bidang Penulisan dan Penerbitan perlu mengadakan kelas kepenulisan, dari tulisan ringan hingga jurnal. 

Keempat, penggiat RPI perlu perkuat tradisi menulis dengan memanfaatkan media digital sebagai medan publikasi. Mungkin perlu diadakan pelatihan kepenulisan secara rutin, sehingga keterampilan menulis penggiat RPI semakin terasah dan menghasilkan karya yang bisa dipublikasi bahkan diterbitkan menjadi buku. Selain itu, mungkin perlu disusun jadwal khusus berbasis hari atau tanggal di setiap bulannya. Misalnya, Presiden RPI menulis untuk tanggal 1, Ketua Harian menulis untuk tanggal 2, Sekretaris Jenderal menulis untuk tanggal 3 dan begitu seterusnya. Hal ini perlu digiatkan agar website RPI semakin terisi dan bisa menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi pembaca. 

Kelima, penggiat RPI perlu melakukan pembenahan diri sekaligus membangun kesadaran berorganisasi. Kita perlu menyadari bahwa RPI ini perkumpulan resmi dan berbadan hukum. Artinya, RPI adalah organisasi yang meniscayakan profesionalitas dan keaktifan para pengurus atau penggiatnya. Saya sendiri malu bila nama saya terpampang di struktur RPI namun tidak melakukan apa-apa bahkan terkesan meremehkan organisasi. Ini bermakna, bila keberadaan kita di RPI menjadi beban tersendiri, maka mungkin perlu dilakukan restrukturisasi kepengurusan. Atau dalam bahasa lain, perlu dilakukan aktivasi organisasi seperti pemetaan SDM dan sebagainya. Walau terlihat berat, namun hal ini bisa memperbaiki kinerja penggiat dan masa depan RPI.  

Sebetulnya ada begitu banyak ide, saran dan masukan yang muncul pada pertemuan kali ini. Namun secara umum saya hanya mencatat beberapa hal saja seperti yang saya sampaikan pada beberapa poin di atas. Saya sendiri selama ini belum melakukan apa-apa untuk RPI. Selain karena "sulit"-nya melakukan koordinasi internal bidang, sebab setiap anggota memiliki kesibukan masing-masing dan jarak domisili yang cukup jauh, maka koordinasi pun agak sulit dilakukan. Karena itu, selama ini saya hanya fokus berkarya: menulis artikel dan menulis buku. Secara khusus, artikel saya kirim ke berbagai media seperti surat kabar dan media online, termasuk dipublikasi di group WhatsApp RPI, baik atas nama RPI maupun atas nama personal. 

RPI sudah berjalan berapa tahun. Berbagai kegiatan sudah dilaksanakan, tentu secara keseluruhan masih berbasis online atau digital. Namun konsolidasi sumber daya manusia atau SDM perlu diperkuat, sebab kunci penting organisasi adalah soliditas SDM. Kemitraan RPI dengan berbagai lembaga juga sudah berjalan dengan baik dan perlu dikembangkan ke depan. Seperti Perpustakaan Nasional, MUI, beberapa Perguruan Tinggi, dan sebagainya. Keberadaan website RPI juga perlu dimanfaatkan sebaik dan seproduktif mungkin. Tentu kuncinya adalah tulisan. Penggiat RPI perlu aktif menulis dan mempublikasi tulisan sehingga RPI semakin menggeliat. Pemberdayaan website merupakan cara paling sederhana dalam meneguhkan website sebagai "Wajah" RPI. Singkatnya, RPI sedang dan akan terus memanggilmu wahai pengurus atau penggiat RPI! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Bidang Penulisan dan Penerbitan RPI


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!