KARENA MENULIS TIDAK SEKADAR KATA-KATA! 

BAGI saya, pembaca adalah raja, hakim, penasehat dan motivator. Sebab di saat atau setelah mereka membaca tulisan saya, mereka begitu berani, ikhlas, jujur dan terbuka dalam mengomentari tulisan saya. Mungkin terkesan berlebihan, tapi itu konsekwensi yang mesti saya terima.  

Bagi saya, pembantaian atau pembegalan  pembaca atas tulisan saya, baik dalam bentuk buku, artikel di Media Massa seperti Surat Kabar dan Majalah, serta tulisan lepas di Media Online juga Media Sosial adalah masa-masa indah yang selalu saya ingat dan nanti. Suatu momentum yang menegangkan sekaligus menyenangkan. 

Dengan begitu, saya pun semakin tak puas dengan satu karya tulis yang saya tulis. Saya dipicu dan dipacu untuk terus menghadirkan tulisan yang lebih bernyawa dan bergizi. Saya semakin berupaya untuk belajar berbenah dalam menghadirkan tulisan dalam beragam jenis dan temanya.  

Pujian atas tulisan, pada sisi tertentu memang menambah semangat saya untuk terus menulis. Itu sangat manusiawi. Namun itu tidak mendorong saya untuk belajar agar mampu menghadirkan tulisan yang lebih bermutu. Saya kadang terlena dengan pujian. Akhirnya saya mati kutu!

Makanya saya tidak selalu bangga bila tulisan saya dipuji. Saya pun berupaya untuk tidak tergoda dengan pujian apapun. Sebab saya merasa akan lebih tertantang bila mendapatkan kritik, koreksi, hinaan, bahkan pelecehan dan intimidasi dari pembaca. 

Kalau Anda tidak sama dengan pola dan prinsip saya, saya ucapkan "Selamat berbahagia dengan pilihan Anda. Saya hormat dan bangga dengan pilihan itu. Sebab Anda punya hak untuk memilih. Merdeka dan bebaslah dengan pilihan Anda. Toh tanpa saya pun Anda tetap punya pola dan prinsip tersendiri dalam tradisi menulis". 

Kalau Anda mengikuti pola dan prinsip saya, saya sampaikan "Selamat datang di medan perjuangan yang terus menantang. Kokohkan komitmen, kuatkan tekad, kencangkan semangat dan jaga mental serta teruslah menulis, lalu kencangkan publikasi. Bersiaplah, karena tulisannya bakal dibantai dan dibegal oleh pembaca. Sebab Anda sedang memasuki medan uji bahwa menulis sejatinya tidak sekadar kata-kata!"

Di atas segalanya, menulis adalah kata kerja. Ia butuh tindakan nyata. Menulis tak cukup dengan kata-kata. Ia mesti dipraktikkan. Ya menulis itu artinya dituliskan. Menulis adalah aktivitas kreatif yang membutuhkan semangat dari dalam diri. Semangat dari luar hanyalah pelengkap. Tapi semuanya tetap dalam bingkai: menulis. 

Bila di era media sosial yang semakin menjamur seperti saat ini kita masih terpaku pada pola lama dan enggan kreatif, maka kita bakal ketinggalan momentum. Justru ini adalah momentum terbaik untuk terlibat dalam medan literasi yang bukan saja menantang tapi juga butuh kesiapan keringat, bahkan air mata yang tak sedikit. 

Pada setiap kata yang kita torehkan secara jujur dan tulus, akan menyimpan serpihan nilai yang tak bisa dibayar dengan materi. Setiap diksi yang kita bubuhkan pada sebuah karya akan mewariskan berbagai pesan bahkan hikmah tak terbilang angka kepada siapapun pembaca di luar sana bahkan sejarah.   

Tapi tetap saja kuncinya adalah tak tergoda sama pujian. Setinggi dan seindah apapun pujian atas tulisan kita, jangan pernah tergoda dengannya. Jangan mau terpeleset dari niat dan orientasi kita dalam menulis. Kita tetap dalam satu semangat dan garisan bahwa menulis memang tak sekadar kata-kata. Karena pada tiap kata punya arti dan menyimpan makna-makna. (*)

* Judulnl tulisan 
KARENA MENULIS TIDAK SEKADAR KATA-KATA! 

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!