GENERASI GILA ASAL CERENG

BEGINILAH kondisi terkahir generasi muda Cereng akhir-akhir ini. Sebagian dari mereka sudah mulai menekuni dunia kepenulisan, padahal mereka adalah petani atau anak petani di kampung Cereng. Mereka menulis sambil menjaga padi di sawah, menjaga kerbau, nongkrong di halaman rumah dan sebagainya. 

Sebagian yang lain belum menekuni dunia kepenulisan, tapi sudah terbiasa membaca berbagai tulisan di media sosial. Termasuk mengkritisi berbagai tulisan yang hadir begitu rupa di berbagai media yang sama. Kritiknya bukan ngasal, tapi konten atau substansi tulisan yang mereka baca. 

Bahkan tak sedikit diantara mereka yang sudah berani mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tak selaras dengan aturan dan sekera publik. Bukan saja kebijakan di Desa dimana mereka berada atau berasal, tapi juga kebijakan pemerintah di semua level. Dari RT hingga Presiden. 

Bila ditelisik, fenomena semacam itu terjadi karena dampak dari kemudahan dalam mengakses internet dan menjamurnya media sosial. Beberapa waktu lalu, Cereng, salah satu kampung tergolong "Cikot" atau terisolasi di Sano Nggoang, Manggarai Barat-NTT, sudah dimasuki sinyal. 

Efek baik dari kondisi demikian, salah satu yang paling ramai dan mendapat respon yang begitu semangat dari warga Cereng adalah media sosial. Rerata warga, terutama generasi muda Cereng, memiliki akun media sosial facebook dan memiliki nomor WhatsApp. Dengan memegang satu Handphon atau HP, kedua media tersebut bisa mereka akses kapan dan di mana pun. 

Dengan memiliki HP mereka bisa mengakses dua media tersebut tanpa ada satu pun yang melarang. Pokoknya bebas dan merdeka. Asal ada qouta, pasti online. Di samping berbagai media online yang bisa diakses secara bebas. Dengan satu HP mereka bisa berselancar ke berbagai link bacaan, termasuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan berbagai kalangan lintas latar belakang. 

Generasi muda Cereng sendiri memiliki beberapa group WhatsApp dan Facebook. Baik yang bernyawa rantauan dan komunitas muda maupun alumni sekolah dan komunitas kepenulisan. Salah satu yang cukup aktif akhir-akhir ini adalah group Facebook Komunitas "Cereng Menulis". 

Group yang diikhtiarkan untuk meneguhkan keterampilan literasi: baca, tulis, telisik, analisa, daya kritis, peningkatan pengetahuan, perluasan wawasan, penawaran solusi dan serupanya yang berbasis di Cereng ini dibentuk pada 21 Mei 2020, bertepatan dengan 28 Ramadan 1441. 

Walau group ini berbasis generasi muda Cereng lintas tempat atau kota, group Facebook yang sudah ramai dengan beragam jenis tulisan ini juga diikuti oleh generasi muda bahkan warga dari kampung sekitar Cereng seperti Leheng, Ceremba, Lando, Rua, Langka, Nanong, Mbala, Naga, Wae Racang, Nunang, Nggoang, Bokak Rangga, Werang, Laba, Daleng, Parek, Golo Mori, Kenari, Mbuhung, Muntung, dan sebagainya. 

Bahkan ada beberapa anggota group yang berasal dari luar Manggarai Barat atau Mabar yang sengaja bergabung. Ada yang dari Manggarai, Manggarai Timur dan beberapa lagi dari luar pulau seperti Bima (NTB), Denpasar (Bali), Jawa (seperti dari Bandung, Jakarta), Sulawesi (seperti dari Makasar, Maros, Palu) dan sebagainya. 

Titik temu dari semua anggota group atau bisa disebut juga dengan komunitas ini adalah literasi. Tentu literasi tidak melulu soal baca dan tulis. Tapi juga literasi dalam pemaknaan yang lebih luas. Seperti literasi informasi, pengetahuan, jejaring, kebijakan publik, dan masih banyak lagi. 

Khusus untuk generasi muda Cereng yang sudah mulai gandrung dengan dunia maya termasuk dengan dunia kepenulisan, di samping sebagian mereka yang akhir-akhir ini yang sudah mulai akrab dengan aktivitas kolektif yang dilakoni secara kolaboratif, saya menyebutnya dengan Generasi Cereng atau Generasi Gila Cereng. 

Saya tak khawatir bila mereka atau sebagian mereka marah dengan penyebutan semacam itu. Sebab saya sangat percaya bahwa mereka memang suka dengan penyebutan semacam itu. Atau mungkin mereka tak peduli dengan penyebutan semacam itu. 

Aha, itu bukan urusan saya. Tapi urusan mereka. Bagi saya, mereka adalah generasi gila asal Cereng. Gila bermaya, gila bermedia sosial, gila berliterasi, gila menulis dan mungkin juga gila cinta. Akhirnya, teruslah menenun masa depan Cereng wahai generasi gila Cereng! (*) 

Kamis, 28 Mei 2020

* Judul tulisan 
GENERASI GILA ASAL CERENG

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!