MAHASISWA MELAWAN MALING RADIKAL ALIAS TERORIS APBN?

Baguslah, mahasiswa bersuara lagi. Biar engga adem-adem aja. Yang jadi tersangka kasus korupsi atau yang dapat cipratan dana hasil korupsi APBN tak mungkin ikut aksi atau minimal tak suka dengan demo mahasiswa. Kecuali yang mau cari sekaligus pamer muka, atau biar dianggap anti korupsi, pasti ikutan aksi juga.

Uniknya, konten aksi mahasiswa kali ini beragam. Ada yang pro KPK, ada yang kontra. Ada yang pro DPR, ada yang kontra. Ada yang pro presiden, ada yang kontra. Sampai-sampai ada juga yang mengatakan mosi tidak percaya ke DPR. Seru dan ramai tentu saja.

Tapi ingat, mosi tidak percaya ke DPR-nya, ke semua anggota DPR ya. Termasuk senior kalian di kampus atau organisasi dulu. Karena seluruh anggota DPR itu sama. Tak ada yang spesial. Semua sama-sama dipilih oleh rakyat secara langsung.

Kalian juga mesti konsisten dengan sikap kalian. Karena sudah tak percaya dengan DPR, mestinya kalian jangan menagih janji kepada DPR lagi. Kan kalian sudah tak percaya dengan salah satu cabang kekuasaan atau lembaga legilasi itu.

Agar kalian terlihat lebih serius, nuntutnya sekalian aja bubarkan DPR. Nah, kalau bubarin DPR minta atau nuntutnya ke siapa? Kalau kalian cerdas, mintanya ke rakyat secara langsung melalui TPS di saat pileg. Karena anggota DPR dipilih langsung oleh rakyat. Yang milih mereka banyak. Emang yang percaya ke mahasiswa berapa banyak?

Lalu, kalau kalian serius nih, kepung juga tuh istana negara. Tuntut presiden dengan tuntutan yang sama. Mundur sekalian. Karena UU disahkan atas kesepakatan DPR dan presiden. Bukan kerja satu pihak. Ingat, UU itu paketan dua lembaga lho. Kalian paham kan nalar pembuatan draf hingga  pengesahan UU?

Tapi kalau kalian tak berani, ya sama aja bohong alias ngasal. Masa cuma bilang tidak percaya ke DPR tapi tidak menyampaikan hal yang sama untuk presiden? Atau sisa makanan di saat kalian diundang ke istana masih ada ya? Atau beasiswa ini itu masih manjur tuk membuat kalian ogah alias enggan bersikap tegas kepada presiden?

Ingat, BPJS Kesehatan semakin kacau balau tuh. Harga sembako makin meroket. Asap di beberapa kota semakin ngebul. Kebakaran hutan gambut juga semakin menjadi-jadi. Pemilu yang lalu juga masih terngiang begitu carut marut. Tapi kalian malah diam saja? Kalian bukan pion yang dimainkan oleh elite politik kan?

Coba kalian sekalian tuntut KPK perihal berbagai kasus yang masih mangkrak. Bank Century, BLBI, Sumber Waras, Reklamasi, Pelino 2, Korupsi Rp 5,8 triliyun kader PDIP di Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Buku Merah, dan masih banyak lagi. Masa anggaran KPK setahun hampir Rp 1 triliyun tapi yang diberesin cuma ratusan juta? Itupun lewat OTT.  Lalu, apa bedanya sama Kejaksaan?

Tapi apapun itu, saat ini kalian turun ke jalan saja itu suatu hiburan tersendiri bagi penonton TV. Minimal ada tontonan baru yang lebih seru. Soalnya sudah bosan nonton berita pejabat: menteri, gubernur, walikota, bupati, anggota DPR/DPRD dan sebagainya ditangkap oleh KPK. Ya semuanya, senior kalian juga lah.

Lebih norak lagi lihat mahasiswa yang dulu demo mati-matian bela KPK. Sampai sumpah tujuh turunan. Eh giliran seniornya ditersangkakan oleh KPK karena ngembat APBN, tetiba langsung caci maki KPK dan menuntut bubarkan KPK. Kalau ngembat APBN emang kudu jadi tersangka dong. Masa diamin aja? Dasar dungu!

Ada lagi yang tak kalah noraknya. Para koruptor APBN dan pembela mereka. Di mana-mana begitu giat mendeklarasikan "Kami Pancasilais", "NKRI Harga Mati", "Anti Radikalisme", "Anti Radikalisme", dan berbagai diksi yang kadang hanya berbusa di mulut tapi nol besar di sikap alias kenyataan.

Faktanya, merekalah yang mencuri uang negara alias APBN. Mereka adalah maling yang sangat radikal dalam mencuri APBN. Mereka adalah teroris paling radikal dalam mencuri uang negara alias APBN. Ya mereka memang benar-benar teroris APBN. Coba cek mereka dulu aktif di organisasi apa saja. Apa iya para teroris itu tidak memberi sepeser pun untuk organisasi di mana mereka aktif dulu? Ini cuma bertanya lho. Bukan menuduh.

Kata teman saya sih, mereka, para teroris APBN alias koruptor biadab itu mestinya ditembak mati aja. Itu hukuman yang paling manusiawi dan lebih layak. Beres masalah. Daripada uang negara dan waktu habis untuk ngurusin mereka. Padahal mereka jadi teroris yang sangat radikal bagi negara ini. Jijik dan norak aja lihatnya.

Lebih baik uang negara dikasih ke mahasiswa agar terus menekuni berbagai bidang keilmuan yang menjadi fokusnya. Lakukan penelitian ilmiah yang berdampak bagi perbaikan kehidupan masyarakat luas dan kemajuan bangsa. Itu baru hebat dan luar biasa. Mahasiswa zaman now yang oke punya tuh.

Singkatnya, bangkit mahasiswa. Kalian bukan pion yang dengan mudah dimainkan oleh senior dan alumni kampus di mana kalian kuliah. Tapi kalian adalah soko guru sekaligus garis terdepan bagi perbaikan menuju perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Kalian harapan rakyat. Jadi jangan nanggung dalam bergerak. Lawan ya lawan! (*)

Jakarta, Selasa 24 September 2019

SYAMSUDIN KADIR
Mantan Aktivis Mahasiswa 2003-2013 dan Penulis buku "Optimisme Membangun Bangsa"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!