MENJADI ORANGTUA PEMBELAJAR

Diantara tantangan terberat zaman ini adalah mendidik diri sebagai orang tua yang matang dan bertanggungjawab, di samping mendidik anak agar menjadi generasi yang matang dan bertanggungjawab.

Dalam Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6, Allah mengingatkan:

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Di sini sangat jelas, menjaga diri dan keluarga dari api neraka adalah kewajiban. Menghindarkan diri dari neraka tentu mesti dengan ilmu. Dan itu bisa dimulai dari dunia. Sebab dunia adalah tempat beramal. Beramal baik hanya diperoleh dengan ilmu yang baik. Kata kunci ilmu dan beramal baik adalah beradab.

Kunci pendidikan keluarga adalah adab. Karena itu sangat pantas ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka!" (HR. Ibnu Majah).

Dalam ungkapannya Ali bin Abi Tholib dalam memahami Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6 menegaskan, "Didiklah mereka agar beradab dan ajari mereka ilmu!"

Beradab berarti menempatkan sesuatu pada posisinya. Kata ini semakna dengan kata adil, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Karenanya, lawan kata beradab adalah biadab atau kehilangan adab. Atau bisa juga dimaknai kehilangan rasa adil alias zolim.

Beradab ada banyak macam sobjek sekaligus objeknya. Beradab kepada: Allah, utusan Allah, wahyu Allah, diri sendiri, orangtua, guru, ulama, tetangga, sahabat, masyarakat, lingkungan, alam semesta, bangsa dan negera juga yang lainnya.

Melahirkan manusia atau anak atau generasi beradab semacam itu dengan karakter unggulan tambahan seperti yang termaktub dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan UU Nomor 12 Tahun 2012, bukan saja tanggungjawab sekolah dan perguruan tinggi, tapi juga tanggungjawab orangtua atau keluarga.

Sebab orangtua mendapat perintah dari Allah untuk menjalankan proses pendidikan dalam keluarga. Sehingga kemampuan melahirkan anak didik seperti yang tertera dalam UU atau generasi atau keluarga yang digariskan oleh Allah seperti yang tertera dalam Qur'an Surat at-Tahrim ayat 6, menjadi  tanggungjawab yang terintegrasi.

Singkatnya, sudah saatnya bagi kita untuk membangun kesadaran bahwa pendidikan adalah tanggungjawab kolektif antar sekolah, perguruan tinggi dan keluarga juga masyarakat.  Dan yang paling bertanggungjawab dari semua elemen tersebut adalah keluarga atau orangtua.

Karena itu, orangtua mesti terus belajar dan belajar. Sebab kunci membangun peradaban umat manusia agar maju dan beradab adalah keluarga dimana orangtua memiliki peran yang sangat penting dan tanggungjawab besar.

Orangtua tak cukup menyediakan bagi anak-anaknya sekolah atau tempat belajar yang baik atau berkualitas, tapi juga memastikan bahwa anak-anaknya memiliki iman, akhlak dan adab yang baik juga benar serta memiliki visi-misi kehidupan yang benar.

Berat memang, karena itu tak boleh dianggap kerja sampingan. Sebagai orangtua kita mesti bekerja keras dan banting tulang untuk memastikan bahwa anak-anak kita dididik dengan benar, sehingga menjadi generasi yang berkualitas.

Sekali lagi, ini memang berat, tapi keikhlasan, kesungguhan, dan pengorbanan yang tinggi akan membuahkan hasil yang sangat maksimal, bahkan berdampak lintas zaman, in syaa Allah.

Di sinilah betapa pentingnya orangtua untuk terua belajar. Orangtua mesti menjadi pembelajar yang terus menerus meningkatkan kualitas dirinya. Orangtua tak cukup hanya berbangga diri menjadi orangtua, sebab ada tanggungjawab besar yang mesti ditunaikan yaitu melahirkan generasi yang berkualitas.

Setiap saat mesti dijadikan momentum untuk membangun kesadaran semacam itu, sekaligus mengaplikasikan secara praksis dalam lingkungan yang paling kecil atau keluarga berbagai nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kebaikan.

Kalau kesadaran kolektif semacam itu sudah terbangun, lalu kita sebagai orangtua secara bertahap menjalankan peran-peran unggulan, maka akan lahir generasi unggulan. Generasi yang bukan saja gemilang di tingkat keluarga dan masyarakat, tapi juga di tingkat bangsa-negara bahkan global. Kepada merekalah sejarah baru peradaban umat manusia kita titipkan.

Mudah-mudahan kita semua mendapat bimbingan dan kekuatan dari Allah agar mampu menjalankan amanah sebagai orangtua dengan baik dan benar. Sebab di akhirat nanti Allah meminta pertanggungjawaban atas kita, bukan saja sebagai diri tapi juga sebagai orangtua bagi anak-anak kita. (*)

Albasia Raya 419 - Cirebon
Jumat 12 Juli 2019 pukul 23.37 WIB


Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!