DARI TULISAN BEBAS MENJADI BUKU


BEBERAPA teman saya kerap merespon berbagai tulisan saya di facebook dan WhatsApp, baik status akun saya maupun tulisan saya di berbagai group. Terutama perihal informasi seputar berbagai buku saya yang bisa dibilang hampir setiap bulan ada saja buku baru yang terbit. Ada yang memberi doa, dukungan dan semangat, ada juga yang merasa aneh juga penasaran.  

Bahkan ada sebagian yang sedikit iri dan cemburu juga bertanya: kok bisa ya menulis buku sebanyak atau seaktif itu? Jujur saja, saya sebetulnya nyaris tak pernah menulis buku. Hingga kini yang saya lakukan adalah menulis artikel pendek yang saya share di berbagai media sosial termasuk yang dikirim di berbagai surat kabar dan media online, di samping blog pribadi saya. 

Saya tidak terlalu mampu untuk menulis buku yang kerap disusun dari berbagai referensi yang begitu banyak. Saya tahu diri dan memang bukan siapa-siapa. Saya hanya menulis artikel lepas yang membahas beragam tema dan fokus tertentu. Seorang teman sering menyebutnya sebagai opini. Atau bisa juga disebut dengan pendapat sebagai respon atas apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Sesederhana itu. 

Sehingga bila membaca tulisan saya yang disebar setiap hari di berbagai media, baik media massa maupun media online, hampir bisa dipastikan bukan makalah, bukan karya ilmiah yang bergizi, dan bukan hasil penelitian seperti karya seorang ahli seperti yang bisa dibaca di berbagai jurnal dan serupanya. 

Tulisan saya biasanya sederhana dan apa adanya. Bahkan kadang bisa dibilang tak ada isinya. Karena memang saya bukan pakar atau ahli di bidang tertentu. Saya hanya belajar mengisi media sosial yang hadir begitu terbuka dan gratis dengan apa yang bisa saya lakukan. Kalau pun di beberapa tulisan terdapat pembahasan yang agak serius, sebetulnya itu biasa saja. Minimal saya belajar menulis semampu saya. 

Saya benar-benar memanfaatkan kebebasan berpendapat untuk mengisi media sosial dengan karya tulis. Sehingga tak ada yang bisa menghalangi saya untuk menulis, apapun tema dan judul serta fokusnya itu bebas dan terserah saya saja. Kemerdekaan dan kebebasan semacam inilah yang membuat saya selama ini semakin tergila-gila untuk menulis. Dan insyaa Allah akan terus belajar dan mengupayakan agar setiap hari menulis, apapun jenis tulisannya. 

Saya sangat merasakan bahwa media sosial adalah ruang belajar yang paling gratis. Di sini saya bisa melakukan apa saja, atau menulis apa saja. Mungkin ada yang mengkritik, memberi saran dan mengoreksi berbagai tulisan saya. Bagi saya itu adalah momentum belajar yang lain. Semua itu pertanda bahwa apa yang saya tulis sudah dibaca oleh pembaca. Berikutnya saya hanya menjadikannya sebagai materi belajar untuk menjadi lebih baik dan menghadirkan tulisan yang lebih baik ke depan. 

Bagi saya, media sosial adalah medan terbuka bagi semua kebaikan. Siapapun bisa menjadi pengisi media sosial. Apapun jenis kelamin dan latar belakangnya, semuanya punya peluang dan hak. Termasuk orang kampung seperti saya ini. Mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan produktif adalah cara paling sederhana yang bisa kita lakukan, sehingga media sosial memberi dampak yang baik bagi diri dan kehidupan kita. 

Pada saat orang lain sibuk mencaci maki, menebar fitnah, pamer konten hoax dan serupanya saban hari, maka kita bisa menulis artikel pendek yang bermanfaat dan mencerahkan. Mungkin terlihat sederhana, namun hal sederhana semacam itu lebih baik dan menjadi warna sendiri. Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa saya hampir tidak pernah menulis buku, yang saya lakukan adalah menulis tulisan pendek atau artikel bebas. 

Kelak bila tulisannya sudah banyak, tinggal kumpulkan lalu dibaca ulang, dirapihkan dan dikoreksi lagi diksi, data dan pembahasannya agar menjadi satu naskah yang utuh dan renyah dibaca. Bila sudah tersedia, naskah semacam ini nantinya bakal menjadi naskah buku yang siap terbit. Ya, status facebook atau tulisan pendek atau panjang di facebook bakal menjadi buku. Itu saja. 

Diantara buku yang saya maksud adalah sebagai berikut: Membaca Politik Dari Titik Nol (2020), Politik Cinta (2020), Plan Your Success (2020), Melahirkan Generasi Unggul (2020), Menjadi Pendidik Hebat (2020), Pendidikan Untuk Bangsa (2020), dan beberapa buku lainnya yang diterbitkan sejak tahun 2008 silam hingga 2019 lalu. Dalam waktu dekat insyaa Allah bakal terbit juga beberapa buku dari kumpulan tulisan dalam beragam tema. 

Nah, ini sekadar pengalaman sederhana dan mungkin tak terlalu penting bagi pembaca atau penulis yang sudah punya jam terbang tinggi. Tapi bagi saya ini adalah ruang sekaligus momentum belajar yang paling gratis. Saya tak usah menulis buku, cukup menulis artikel pendek. Nanti kalau sudah banyak, saya rapihkan dan pastikan layak terbit menjadi buku. Lalu benar-benar menjadi buku. Sesederhana itu. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir; Penulis 36 Buku dan Ribuan Artikel di berbagai Media Massa dan Media Online. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!