90 HARI BERHASIL MENULIS 360 ARTIKEL 

MENULIS memang butuh niat, tekad, target, fokus, disiplin dan kerja keras. Di samping sabar, telaten dan komitmen. Walaupun masih dalam tahap belajar, itulah yang saya alami dan rasakan selama 90 hari atau 3 bulan terakhir ini. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Selamanya bakal saya ingat. 

Sekadar berbagi cerita, sejak 23 Maret 2020 hingga hari ini 23 Juni 2020 atau selama 90 hari alias 3 bulan terakhir ini saya sudah menulis sebanyak 360 artikel. Berita baiknya, semua tulisan tersebut pernah dimuat di beberapa surat kabar, media online dan blog juga akun facebook saya. 

Tema tulisan pun beragam. Dari keagamaan, pendidikan, sosial-politik seperti pilkada serentak, kepemudaan, kebijakan publik, covid-19, anggaran berupa APBN dan APBD, Dana Desa, Bantuan Langsung Tunai akias BLT, kisah inspiratif, seputar kondisi keluarga, dan masih banyak lagi. Termasuk beberapa tulisan sebagai respon saya atas tulisan orang lain di luar sana yang layak direspon. 

Pada awalnya saya hanya membuat target menulis minimal 3 artikel per hari. Pada hari-hari tertentu kadang saya menulis hanya 3 artikel. Namun pada hari-hari lain saya kadang menulis 4 sampai 5 artikel. Apapun aktivitas saya, baik mengajar maupun mengisi acara di luar, bahkan di saat menemani atau bermain dengan anak-anak saya, saya tetap fokus pada target saya. 

Lelah, letih, tegang, pusing dan berbagai macam hal itu sudah pasti. Tak usah ditanya lagi. Semuanya silih berganti. Datang bukan sekali, tapi berkali-kali. Semangat, motivasi, rasa nyaman dan keinginginan untuk terus menulis juga kerap datang. Bukan sekali, tapi berkali-kali. 

Silih bergantinya suasana semacam itu pada saat saya mengejar target menulis, membuat saya semakin menyadari bahwa menulis itu bukan aktivitas ringan, tapi aktivitas yang sangat berat. Bila ada orang yang belum pernah menulis satu karya tulis lalu mengatakan menulis itu mudah, sepertinya orang semacam itu perlu disuruh menulis, minimal 3 atau 1 paragraf. Saya yakin ia bakal kewalahan alias takluk juga. Kalau tidak percaya, silahkan coba sendiri. 

Dan kini, 360 artikel itu sudah menjadi saksi apa yang sudah saya targetkan selama ini. Ternyata kalau dipaksa dan dibikin target, saya bakal terdorong terus untuk menulis. Ada motivasi dari dalam diri saya untuk menuntaskan target saya. Itu tidak dibuat-buat, tapi memang berasal dari dalam diri saya. Saya sadar melakukannya. Termasuk beberapa tulisan yang tergolong kontroversi dan tergolong melawan arus. Semuanya saya lakukan dalam kesadaran yang utuh dan saya pertanggungjawabkan. 

Kadang saya tidak tidur malam, kadang seharian tidak makan juga. Saya hanya ditemani air beberapa gelas. Itu sudah cukup. Di sela-sela tidak menulis biasanya saya pakai untuk membaca berita atau isu terkini di berbagai surat kabar dan media online juga stasiun TV. Bahkan sekadar berbagi pengalaman saja, kadang saya tidur di meja laptop juga tidur sambil megang Handphon alias HP.

Pada akhirnya pembacalah yang menjadi hakim paling adil sekaligus zolim. Adil, karena memberi respon atau komentar dengan cara yang baik dan fokus pada konten tulisan, bukan pada diri saya atau fisik saya. Zolim, karena ada juga yang tak membaca tulisannya, tapi fokus mencaci dan menuduh saya dengan sebutan yang aneh-aneh alias tak masuk masuk akal.  

Baik pembaca yang berlabel adil maupun yang berlabel zolim, kedua-duanya adalah penyemangat bagi saya untuk terus membenah dan memperbaiki tulisan saya agar lebih bekualitas atau bermutu. Saya tetap menjadikan mereka sebagai motivator dan inspirator dalam menulis. Tanpa pembaca atau mereka, tulisan saya tak bakal ada yang baca. Bahkan tak menjadi apa-apa. 

Saya sendiri merasakan betapa berat dan teganyanya menulis 3-5 artikel per hari. Apalagi di awal-awal memulai mengejar target ini, terasa sekali beratnya. Kepala terasa panas dan inginnya dipijit terus. Tantangan dan hambatan pun tak sedikit. Banyaknya tak berbilang. Baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam atau dari diri saya sendiri. 

Tantangan dan hambatan dari luar biasanya seperti faktor lingkungan, cuaca, keramaian, suara bising, dan cemoohan dari sebagian pembaca. Karena memang saya menulis artikel dalam beragam tema. Tentu semua orang punya pendapat dan pandangan tersendiri terhadap tulisan saya sesuai dengan konsen dan selera mereka sendiri. 

Tapi itu tak seberapa. Bahkan itu bisa menjadi energi tersendiri. Sebab justru yang paling berat itu adalah tantangan dan hambatan dari diri saya sendiri. Sebut saja misalnya malas, ngantuk, lapar, haus, tidak fokus, sibuk urusan lain, terkecoh sama respon pembaca yang agak "merendahkan" saya dan ini yang paling penting: tidak memahami secara utuh apa yang akan ditulis. Kaya kehilangan ide dan diksi begitu. 

Suasana semacam itu biasanya saya lalui dengan banyak cara. Seperti merubah cara duduk, pindah tempat duduk, makan, minum air putih, minum teh manis, minum jus buah, baca buku atau tulisan orang lain yang membahas tema yang sedang menjadi fokus saya, lompat-lompat, jalan-jalan, berolahraga, berwudhu, mandi, tidur dan masih banyak lagi. Intinya melakukan sesuatu yang menjauhkan rasa jenuh. 

Saya tentu bukan contoh yang paling apik soal semangat menulis. Sebab saya baru mulai dan masih dalam tahap belajar. Saya sekadar membangun kesadaran kolektif kita bahwa menulis itu perlu ditarget. Kita mesti fokus dan berkomitmen dengan target kita. Kalau sudah terbiasa, nanti bakal terasa betapa menulis itu bikin ketagihan. Ini benaran, bukan ngasal. Saya benar-benar mengalami atau merasakan. Bila perlu, silahkan coba sendiri. Nanti bakal terasa sendiri. (*)


* Judul tulisan 
90 HARI BERHASIL MENULIS 360 ARTIKEL 

Oleh: Syamsudin Kadir 
Pendiri Komunitas "Cereng Menulis" dan Penulis 27 Buku salah satunya buku "Melahirkan Generasi Unggul"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!