Politik Uhuy ala Bang Komeng


POITIK adalah jalan yang memungkinkan kita dapat menggapai cita-cita bersama dalam bingkai kebangsaan melalui jalur yang disepakati. Politik juga jalan terjal yang hanya bisa dilalui oleh mereka yang siap bertarung dan menerima risikonya: kalah atau menang. Mereka yang berpolitik namun tidak menerima risikonya maka mereka sejatinya sedang mencicil kematian di jalur politik sejak dini. Mereka yang berpolitik dengan siap sedia menerima risikonya, maka mereka bakal kokoh dan bisa jadi mendapat kepercayaan masyarakat untuk menjalankan mandat. 

Pada Rabu 14 Februari 2024 lalu kita melangsungkan pemilihan umum untuk pemilu presiden (pilpres) dan pemilu legislatif untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) propinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten/kota.  Khusus untuk Jawa Barat, pileg DPD tahun ini diikuti oleh calon DPD. Salah satunya adalah H. Alfiansyah Komeng, S.E. yang di berbagai media terutama layar TV akrab disapa Komeng.   Sebutan itu telah membuatnya semakin terkenal di hampir seluruh pesok Indonesia bahkan luar negeri.  

Bang Komeng lahir di Jakarta pada 25 Agustus 1970 silam dari pasangan suami-isteri Bapak Mursyid dan Ibu Richana. Suami dari Aprilliana Indra Dewi (menikah 1999) ini merupakan sosok pemeran, pelawak, pengisi suara, penyiar radio dan presenter. Ia menempuh pendidikan di SD Negeri 4 Citeureup Bogor (1976-1983), SMP Taman Siswa Jakarta (1986-1988), dan SMA Swasta Taman Madya IV (1986-1989) lalu Akademi Bisnis Indonesia (ABI). Walau tak tamat, ia pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat ABI di tahun 1990. 

Pada tahun 2014-2018, ia menuntaskan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana Bekasi, dengan skripsi berjudul "Pengaruh Disiplin dan Pemberdayaan terhadap Profesionalisme Anggota Persatuan Seniman Komedi Indonesia Jawa Barat", sehingga ia meraih gelar S.E. Ia aktif sebagai anggota dari grup lawak terkenal di Indonesia, Diamor, yang beranggotakan Mamo, Jarwo Kwat dan Rudi Sipit. Ia mengawali kariernya bersama Diamor melalui serial televisi Kompor Diamor yang disiarkan di TPI pada 1993-1996 silam. Generasi '90-an pasti tahu dan akrab dengan acara ini. 

Ayah 3 anak kembar ini pernah menjadi penyiar Radio SK Jakarta sejak 1993 hingga 1996 dan Bens Radio Jakarta pada 1996. Ia juga pernah membintangi beberapa serial komedi seperti "Kompor Diamor" (1991), "Akal-Akalan" (1996), "Otak-Otak Kuda" (1996), "Malioboro" (1996), "Putri Duyung" (2001-2002), dan "Lola & Liliput" (2002-2003). Ia juga kerap tampil di layar TV sebagai komedian dan juga presenter, salah satunya ia dikenal membawakan acara komedi Spontan dengan jargon "Spontan… Uhuy!" yang sangat gokil dan mashur itu. 

Pada 4 Mei 2023 lalu, Bang Komeng mengajukan penambahan nama dari nama lahirnya "Alfiansyah" menjadi "Alfiansyah Komeng" ke Pengadilan Negeri Cibinong, Bogor. Alasan penambahan nama ini didasari popularitas nama panggung "Komeng" dan keikutsertaan Bang Komeng dalam pemilihan bakal calon Anggota DPD RI. Pengadilan Negeri Cibinong akhirnya menetapkan perubahan namanya pada 10 Mei 2023. Selanjutnya, pada 11 Mei 2023 lalu, ia mulai terjun ke dunia politik praktis dengan mendaftarkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia untuk dapil Jawa Barat 2024.

Mengenal Bang Komeng berarti mengenal sosok yang kompleks dan unik. Artis papan atas yang bertarif mahal dan pernah menjadi Tenaga Suka Rela (TSR) di Palang Merah Indonesia (PMI) ini melengkapi karirnya di dunia seni dengan terjun di dunia politik, dalam hal ini maju di pemilu DPD. Walau keputusan final anggota DPD terpilih asal Jawa Barat masih menanti keputusan final KPU paling lambat pada Maret 2024 nanti, namun perolehan suaranya sementara ini memungkinkan ia terpilih dan dilantik menjadi anggota DPD 2024-2029 tanpa hambatan berarti. "Masih proses perhitungan, belum final," jawabnya saat ditanyai awak media beberapa waktu lalu. 

Mengenal Bang Komeng menyisakan banyak catatan berharga, terutama kaitannya dengan keterlibatannya dalam politik. Pertama, otentik. Bang Komeng muncul di panggung politik benar-benar mengagetkan banyak kalangan. Bagaimana pun, selama ini ia dikenal sebagai pelawak dan komedian yang sering tampil di berbagai momentum dan layar TV. Di berbagai panggung ia muncul sebagai pelawak dan komedian yang otentik, tanpa basa-basi. Pilihan katanya langsung to the point. Adul, pelawak yang juga teman akrabnya, kerap menjadi korban. Kita pun menikmati lawakan dan candaan Bang Komeng dengan tawa yang nyaris tak berkesudahan. Bang Komeng memang otentik, bukan produk polesan alias pencitraan. 

Kedua, kampanye cerdas. Komeng memang bukan politisi asal partai politik, namun ia sejatinya politisi tulen. Ia adalah sosok warga negara yang memiliki kepedulian yang tinggi pada berbagi permasalahan masyarakat dan bangsa. Dalam beberapa kesempatan ia menyampaikan perlunya hari komedi, di samping perlunya museum seni di berbagai kota di seluruh Indonesia. Komeng tidak muluk-muluk seperti janji kebanyakan politisi. Ia menyampaikan fokus program yang akan ia advokasi sesuai dengan konsennya selama ini. Bahkan ia tidak menyebar baligo dan foto ke sembarang tempat dan media. Ia cukup bercanda, ia pun semakin disukai masyarakat termasuk pemilihnya. 

Ketiga, politik untuk semua. Bang Komeng telah memilih jalan yang benar: mau menjadi wakil rakyat yang paham kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa Barat tempat asal dimana dirinya mencalonkan diri. Berdasarkan keputusan KPU, ia pun mendapat nomor 10 dari 39 calon DPD asal Jawa Barat lainnya. Bila ia maju sebagai calon legislatif melalui jalur politik, bisa jadi ia harus mengeluarkan uang tak sedikit. Namun ia memilih jalur yang nyaman dan aman: DPD. Jalur ini membuat pemilih beragam latar belakang jatuh cinta padanya, hingga memilihnya tanpa pamrih. "Dia mah mau kalah atau menang juga biasa saja," ucap Adul mengomentari teman akrabnya ini. 

Bang Komeng dengan segala potensi dan keunikannya mestinya membuat kita semakin percaya diri dan optimis bahwa Allah itu tidak tidur, Ia Maha Melihat kita, hamba-Nya. Semua potensi dan keunikan kita adalah anugerah Allah. Cara bersyukur yang paling sederhana atas semua itu adalah dengan menjaga dan memanfaatkannya dengan cara terbaik. Potensi dan karir tak boleh membuat kita jumawa dan merasa wah, sebab di atas langit masih ada langit. "Maunya jadi presiden, presiden komisaris sendiri", ungkapnya menjawab Irfan Hakim dan Raffi Ahmad pada sebuah acara di stasiun TV. Itulah politik ala Komeng, politik Uhuy: otentik, lucu, bermanfaat dan menggembirakan. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pemuda Negarawan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!