Belajar Sukses Kepada Dr. Verdi Yasin


Alhamdulillah, saya sangat senang dan layak bersyukur kepada Allah karena hari ini Sabtu 6 Maret 2021 bisa bertemu senior yang luar biasa dan inspiratif, Dr. Verdi Yasin, S.Kom., M.Kom. Pertemuan kali ini berlangsung di Gunung Djati, Kabupaten Cirebon, ditempuh sekitar 20 menitan dari rumah saya, di Talun, Kabupaten Cirebon. Dimulai sekitar pukul 12.00 dan berakhir sekitar pukul 13.45 WIB. 

Bagi saya pertemuan kali ini adalah sebuah pertemuan yang sangat istimewa dan berkesan. Sebab setelah saya mengenal beliau sekitar 5 tahun belakangan ini melalui media sosial (facebook), baru kali ini saya bisa bertemu langsung dengan beliau. Beberapa waktu lalu beliau menelpon saya. Kemudian setelahnya saya bersama beliau bertemu di acara webinar muslim rantauan Manggarai Barat. 

Hari ini sekitar pukul 10.30 WIB saya mendadak mendapat telpon dari sosok yang tergolong komunikatif dan akrab dengan anak-anak muda ini. Beliau mengabarkan bahwa beliau sedang ada di Cirebon, ada acara silaturahim dengan keluarga. Beliau pun mengajak saya bertemu. Tak menunggu lama, pada pukul 11.30 WIB saya pun langsung berangkat menuju rumah keluarga tempat dimana beliau singgah bersama istri dan anaknya. 

Bang Verdi, demikian saya menyapanya, adalah sosok akademisi yang banyak menulis buku. Beliau berpengalaman mengajar di hampir 20 perguruan tinggi swasta di Jakarta dan sekitarnya sejak 2006 hingga saat ini. Beliau sendiri menempuh S1 (S.Kom) di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika (STMI) Muhammadiyah Jakarta (2001-2004), lalu S2 (M.Kom) di STTI Benarif Indonesia Jakarta (2006-2008), dan S3 (Dr) di Universitas Sumatra Utara Medan (2016-2019). 

Salah satu buku karyanya adalah "Pengantar Jaringan Saraf Tiruan". Buku setebal 136 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2021. Buku ini beliau tulis bersama Dr. Zulfian Azmi, S.T, M.Kom, Dosen tetap di STMIK Triguna Dharma Medan, Sumatra Utara. Keduanya sama-sama alumni Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatra Utara (USU) Medan. Dan masih banyak lagi buku lainnya. 

Sosok yang lahir pada 2 Juni 1977 di Kampung Lanteng, Desa Golo Ronggot, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat-NTT dan berpuluhan tahun di tanah rantauan ini kerap memberi materi atau mengisi seminar dalam beragam tema, terutama seputar basis atau latar akademiknya. Beliau juga kerap menjadi teman diskusi bagi para akademisi untuk membincang berbagai hal yang menjadi keahliannya. Termasuk menjadi "pemantik" diskusi anak-anak muda terutama mahasiswa. 

Perjalanan dan pengalaman hidupnya juga cukup panjang dan layak dijadikan inspirasi bagi anak-anak muda. Baik bagi generasi muda Manggarai Barat (Mabar) maupun yang  di luar Mabar. Hal ini bisa dibuktikan dengan pengalamanya beberapa tahun tahun di tanah rantauan seperti di Bima-NTB, lalu di Jakarta dan Sumatra Utara. Kini beliau beraktivitas di Jakarta, tepatnya sebagai Dosen di beberapa perguruan tinggi.

Diantara nilai penting yang beliau jaga selama ini, bila saya catat dari apa yang beliau sampaikan pada pertemuan kali ini, pertama, tekad dan kesungguhan. "Memang dulu saya benar-benar ingin menggapai apa yang layak saya gapai," ucapnya. Dengan semangat beliau mengingatkan bahwa kesungguhan adalah modal penting yang mesti dimiliki untuk meraih sesuatu. "Selama untuk kebikan, jual koran pun bisa ditempuh", lanjutnya. 

Kedua, kejujuran. Kejujuran adalah modal yang tak bisa ditawar. Sehebat apapun seseorang bila tak jujur dia bakal jatuh dan tak dipercaya orang. "Memang kita mesti jujur dengan diri kita sendiri," ucapnya. Baginya, dengan kejujuran yang terus kita jaga maka kita bakal dipercaya orang, memiliki banyak teman dan sangat memudahkan kita untuk menggapai apa yang layak diraih. 

Ketiga, komunikasi. Kemampuan komunikasi adalah modal penting dalam menjalani hidup ini. Sehingga dengan kemampuan ini kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Semua orang, apapun latar bekakanganya. Selain banyak teman juga menambah jejaring.  "Alhamdulillah saya bergaul dengan banyak orang. Termasuk dengan para Dosen saya dulu, sampai sekarang masih terjaga dengan baik," ucapnya. 

Keempat, terus berkarya. Beliau meyakini bahwa menjalankan profesi tak cukup begitu-begitu saja. Mesti ada upaya kreatif untuk memaksimalkan potensi diri. Selai kegiatan sosial, hal yang bisa dilakukan adalah menulis buku. "Saya sudah menulis beberapa buku referensi akademik. Banyak dibaca dan dijadikan rujukan para mahasiswa dan sebagainya. Dapat royalti juga alhamdulillah," ucapnya dengan semangat dan penuh motivasi. 

Sebetulnya ingin sekali berbincang lama dengan sosok yang kerap tersenyum ini. Apalah lagi beliau sosok intelektual muslim Mabar yang berpengalaman di tanah rantauan, ingin sekali rasanya ingin berbincang berjam-jam. Namun karena ada kegiatan lain, terutama karena Bang Verdi segera melanjutkan perjalanan ke Pemalang-Jawa Tengah, lalu ke Jawa Timur, akhirnya pertemuan ini segera diakhiri. Kebetulan dalam waktu dekat Bang Verdi memiliki acara hajat keluarga, ada keluarga yang menikah. Jadi beliau dan keluarga segera berangkat melanjutkan perjalanan. 

Walau pun pertemuan kali sangat singkat, namun punya nilai tinggi. Bagi saya bertemu dengan para senior yang berpengalaman di tanah rantauan adalah hidangan istimewa dari Allah. Ini adalah takdir sejarah yang sangat penting. Sebab selain untuk mengamini rasa rindu, juga untuk mendapatkan cerita dan pengalaman yang sangat inspiratif. Dan salah satu hal yang tak kalah pentingnya adalah mendapat bimbingan sekaligus nasehat terbaik agar mampu menjalani hidup ini dengan baik, termasuk agar karir bisa memuncak dengan baik pula. 

Sekali lagi saya sangat bangga dan bersyukur karena bisa dipertemukan dengan sosok motivator dan inspirator ini. Menjelang berpisah saya pun sempat mendokumentasikan pertemuan kali ini. Dan satu hal yang penting, beberapa buku saya pun beliau bersedia memiliki dan membacanya. Seperti "Membaca Politik Dari Titik Nol", "Politik Cinta", "Menjadi Pendidik Hebat", "Melahirkan Generasi Unggul", dan "Plan Your Success". "Buku-bukunya bagus, sangat produktif. Terima kasih banyak," komentarnya. 

Buku beliau yang berjudul "Pengantar Jaringan Saraf Tiruan" pun diberikan kepada saya. Saya sangat senang karena mendapatkan bonus buku. Buku semacam ini bagi saya termasuk buku baru. Insyaa Allah bakal saya baca dan nikmati isinya. Saling "memberi" buku semacam ini tentu sangat spesial, apalah lagi sesama perantau yang sudah berpuluhan tahun di tanah rantauan, tentu jauh lebih spesial lagi. Di atas segalanya, terima kasih Bang Dr. Verdi. Semoga di lain kesempatan kita bisa bersua dan berbincang lebih banyak tentang beragam hal. Bila memungkinkan kita menulis buku barengan Bang. Bagaimana? (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Selamat Datang Di Bumi Komodo" dan "Pendidikan Ramadan" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!