Mengapa Saya Menulis?


JIKA mengingat berbagai manfaat menulis, maka ada banyak manfaat yang saya peroleh. Hanya dengan duduk santai di kamar tidur atau di perpustakaan rumah saya, misalnya, saya bisa menulis beberapa essay atau artikel yang saya kirim ke berbagai media cetak. Tanpa diduga, besok atau selang beberapa hari berikutnya essay atau artikel saya pun dimuat dan dapat dibaca oleh pembaca di luar sana. Senangnya itu di sini... di perasaan dan hati... hehehe. 

Dengan demikian saya semakin percaya bahwa menulis adalah teman terbaik yang mempertemukan saya dengan kata-kata saya, dengan seluruh imajinasi saya, dan dengan seluruh impian juga niat baik saya. Juga, tentu saja dapat mempertemukan saya dengan pembaca lewat karya saya.  

Lalu, mengapa saya mesti menulis dan terus menulis? Pertanyaan semacam ini sebetulnya kerap saya jadikan sebagai pemantik alam pikiran saya agar berani berkata : mengatakan apa yang ada di pikiran saya melalui berbagai tulisan yang saya simpan dan sebarkan ke berbagai media cetak dan media sosial. 


Nah, sebagai upaya berbagi, berikut merupakan beberapa alasan mengapa saya mesti menulis. Bahkan alasan berikut juga bisa jadi menjadi bagian dari alasan mengapa Anda mesti menulis. Iya kan? 

Pertama, menulis dapat membantu saya menemukan siapa saya. Di saat saya meletakkan pena di atas kertas atau tangan di atas keyboard komputer atau laptop lalu mengungkapkan isi hati dan pikiran saya, saya pun memulai menemukan apa yang mesti saya ketahui tentang diri saya dan tentang dunia di luar sana. 

Dengan menulis, saya dapat mengetahui apa yang saya suka dan apa yang saya benci, apa yang menyehatkan saya dan apa yang menyakiti saya, apa yang kebutuhan saya dan apa yang bukan kebutuhan saya, apa yang mesti saya lakukan dan apa yang tak pantas saya lakukan, apa yang saya hasratkan dalam hidup saya dan yang tidak layak menjadi hasrat saya, apa yang patut saya berikan dan apa yang tak perlu saya berikan, apa yang pantas saya sampaikan dan apa yang tidak pantas saya sampaikan.  

Kedua, menulis dapat meningatkan rasa percaya dalam diri saya. Dengan semangat dan penuh antusias saya terbiasa menulis : memenuhi file, kertas dan catatan harian saya. Saya mengisi semuanya dalam bentuk essai, artikel, cerita, puisi dan serupanya sebagai upaya membangkitkan rasa percaya diri bahwa saya sebetulnya mampu, memiliki minat dan bakat yang cukup dalam dunia kepenulisan. 

Dengan percaya diri yang terus berkobar membuat saya semakin terdorong dan berani mengambil risiko dalam menulis, apakah tulisan saya diterima oleh redaksi media cetak atau tidak, itu bukan urusan utama. Jadi, biasa saja. Bagi saya itu adalah bagian dari lakon kehidupan yang mesti saya lalui. Tak perlu heboh, cukup terima apa adanya. Itu sudah takdir Allah. Cukup evaluasi diri dan memperbanyak syukur kepada-Nya, serta memperbaiki kualitas karya atau tulisan saya. Selebihnya, blog saya masih bersedia untuk menampung semuanya. 

Ketiga, di saat menulis saya dapat mendengar secara jujur apa saja pendapat unik yang ada dalam diri saya. Dengan menulis memungkinkan saya berkomunikasi secara jujur dengan kata-kata saya dan pendapat saya tanpa penghalang seperti yang bisa saja saya lakukan di saat berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. 


Dengan menulis saya tidak menutup diri dengan diri saya sendiri seperti yang bisa saja saya lakukan di saat berkomunkasi dengan seseorang yang sensitif dengan cara komunikasi dan pilihan kata-kata saya. Ini bermakna, saya menulis bukan sekadar mengatakan apa yang mesti saya katakan, tapi juga berupaya untuk memahami bagaimana cara mengatakannya secara jujur dan apa adanya. 

Bijak sekali ungkapan penyair terkenal William Stafford berikut ini: "Seorang penulis bukan hanya seorang yang ingin mengatakan sesuatu, tapi juga orang yang telah menemukan bagaimana cara menyatakannya."

Ya, saya memang bukan penulis, saya hanya suka bahkan sedang membangun cinta dengan dunia literasi alias dunia kepenulisan. Selebihnya, melalui aktivitas menulis saya akan menemukan pendapat saya yang unik, yang bisa jadi takkan saya temukan dengan cara lain kecuali dengan menulis.

Keempat, menulis menunjukkan apa yang dapat saya berikan kepada pembaca. Jika saya menulis, maka tentu ada saja yang suka dan menanti tulisan saya. Ini bermakna, dengan menulis saya dapat memberikan sesuatu yang terbaik kepada pembaca. Sederhananya, jika saya berhenti menulis maka sama saja dengan saya memutus hubungan dengan pembaca.  

Kelima, dengan menulis saya dapat menelaah minat, bakat dan hasrat saya yang unik. Dengan menulis saya semakin tahu apa saja kelemahan sekaligus kekuatan saya, apa saja kekurangan sekaligus kelebihan saya selama ini. Jadi, menulis adalah timbangan dan pengukur terbaik bagi saya. 

Keenam, dengan menulis saya dapat menemukan berbagai jawaban dari berbagai pertanyaan yang terlintas dalam pikiran saya, atau dari para pembaca di luar sana. Sebab dengan menulis saya terpaksa berpikir, mencari jawaban dari berbagai pertanyaan dan mengeja penjelasan dari semua pernyataan. 

Ketujuh, menulis juga dapat saya jadikan sebagai sarana mengoreksi diri, memberi saya kesempatan untuk memikirkan kembali secara seksama langkah dan pilihan hidup saya selama ini. Dari hal-hal yang mesti saya ketahui, dengan siapa saya bergaul dan bagaimana seharusnya saya menatap juga menata masa depan kehidupan saya, keluarga dan usaha atau bisnis saya. 

Kedelapan, menulis meningkatkan kreativitas saya. Menulis berarti menciptakan sesuatu secara berbeda. Menciptakan sesuatu berarti melakoni aktivitas yang butuh kreatifitas, menimbulkan pertanyaan dan berupaya menemukan jawaban atau jalan keluar sehingga tercerahkan. 

Ketika menulis, saya membenamkan diri dalam proses kreatif. Jika semakin sering menulis maka akan semakin mudah bagi saya untuk menemukan cara-cara baru dalam menyelesaikan berbagai masalah yang saya hadapi dalam hidup ini. Bahkan dengan menulis, saya semakin terpacu untuk mencari cara lain dalam mewujudkan berbagai impian yang telah lama saya rencanakan. 

Kesembilan, dengan menulis saya dapat berbagi dengan orang lain. Saya sangat percaya bahwa kata-kata yang tertulis lebih memungkinkan adanya kebebasan berekspresi ketimbang yang hanya disampaikan secara lisan.

Tak sedikit isi hati dan pikiran saya yang hanya bisa saya ungkap melalui tulisan daripada melalui lisan atau ungkapan secara langsung, hubungan telephon, dan sebagainya. Bahkan menulis dapat menjadi cermin bagi apapun yang menjadi keyakinan saya, apa yang perlu saya pikirkan dan apa yang memang terus saya pikirkan dengan cara yang berbeda. 

Kesepuluh, menulis memberi saya tempat dan waktu untuk melampiaskan amarah dan keresahan dalam perasaan saya. Meminjam ungkapan Oscar Wilde : "Pesona utama perasaan-perasaan itu adalah karena mereka tidak langgen. Saat saya marah, takut, kecewa, atau depresi, menulis dapat membantuku melampiaskan emosi-emosi ini di atas kertas ketimbang menahannya."

Ya, menulis adalah cara aman dan nyaman untuk melampiaskan amarah dan keresahan saya terhadap fenomena di sekitar, terutama fenomena sosial-politik, kebijakan penguasa serta pelayanan publik yang kerap jauh dari harapan seperti yang dapat Anda baca di berbagai media cetak, terutama di Wilayah 3 Cirebon-Jawa Barat dan sekitarnya; di samping berbagai makalah yang saya tulis ketika didaulat menjadi pembicara seminar dan sebagainya.  

Dengan menulis saya dapat mengungkap semuanya tanpa ada rasa takut dan tanpa ada orang yang menghambat atau melarang saya untuk berkata-kata sesuai selera saya. Maka bagi saya, menulis adalah pekerjaan yang paling bebas dan merdeka dari tekanan siapapun dalam bentuk apapun. 

Kesebelas, menulis adalah cara mengikat apapun yang saya temukan dan pahami dari berbagai sumber. Siapapun mengakui bahwa pengikat terbaik ilmu pengetahuan, selain mendalami, memahami, menghafal dan mengamalkannya, adalah menuliskannya kembali. 

Maka benar ungkapan sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Ali bin Abi Thalib, "Ikatlah ilmu dengan pena alias tulisan!". Dan lagi-lagi, itulah yang sedang coba saya lakukan. Mengikat ilmu pengetahuan dan wawasan yang saya dapatkan dari berbagai sumber dengan menulis. 

Sungguh bijak ungkapan Alex Haley : "Aku akan menjadi seorang penulis walau harus mati! Karena aku sangat ingin tulisanku diterbitkan dalam majalah itu, aku berspekulasi.... Sikapmu adalah segalanya. Yakinlah kepada dirimu sendiri dan percayalah kepada materi tulisanmu. Untuk menjadi penulis yang berhasil, menulislah setiap hari, entah kamu menginginkannya atau tidak. Jangan pernah berputus asa, dan dunia akan memberimu anugerah yang melampaui impianmu yang paling mustahil."

Jadi, untuk Anda yang masih ragu, atau yang berhasrat terjun dalam dunia kepenulisan alias pena, pilihan Anda tunggal : segeralah menulis. Beranilah menulis dari sekarang, bukan nanti, esok atau lusa. Sebab besok atau lusa Anda belum tentu masih hidup. Atau sudah tahu jadwal kematiannya ya? 

Sebagai penyemangat mari renungi pernyataan Bud Gurdner berikut ini, "Ketika kamu bicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata-katamu bergaung sepanjang zaman."

Ya, dengan menulis apapun bisa mengabadi sepanjang sejarah umat manusia. Lebih dari sekadar kata-kata yang Anda suarakan, yang terdengar selama sekian menit bahkan sekian detik saja. "Tantanglah dunia dengan penamu, hidupkanlah zaman dengan tulisanmu!", demikian penulis buku "Saat Berharga untuk Anak Kita" (2009), Mohammad Fauzil Adhim mengingatkan kita semua.  

Akhirnya, jika banyak orang sukses yang sudah memulai menulis bahkan menghasilkan karya tulis terbaik, apakah Anda masih ragu atau sekarang juga memilih untuk melakukan hal yang sama alias menulis dan terus menulis, menghasilkan karya terbaik bahkan yang lebih baik? (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" dan "Indahnya Islam Di Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!