BAGAIMANA DEMOKRASI MATI


"How Democracies Die", demikian judul buku yang menjadi perbincangan publik beberapa hari terakhir. Buku ini ditulis oleh dua penulis yaitu Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Diterbitkan oleh Penerbit Crown Publishing Group pada tahun 2018 silam. 

Steven Levitsky (52 tahun) adalah seorang Profesor Pemerintahan di Harvard University. Seorang ilmuwan politik AS. Sedangkan Daniel Ziblatt adalah Eaton Professor of Government di Harvard University dan Director of the Transformation of Democracy group di WZB Berlin Social Science Center. 

Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, sekitar 22 bahasa. Termasuk ke dalam bahasa Indonesia yang berjudul "Bagaimana Demokrasi Mati". Sudah beredar di mana-mana dan menjadi salah satu buku bacaan yang menarik di banyak forum strategis dan mereka yang mendalami berbagai isu sosial-politik dunia beberapa dekade terakhir.  

Memang kalau sekadar ngomel ini itu tanpa menambah saldo ide dan narasi, kita bakal kehilangan jejak di era yang serba kompetitif dan nyaris tak terprediksi ini. Karena itu, mari membaca buku ini secara seksama dan kritis. Nikmati nalar dan perspektif penulisnya. Walaupun nanti bakal ditemukan penjelasan bahwa pada intinya demokrasi bisa mati oleh otoritarianisme. 

Mungkin dengan cara begitu kita semakin dewasa dalam membaca dinamika kekinian negeri kita. Dengan begitu pula Indonesia semakin punya wibawa dan semakin layak menjadi juru bicara baru peradaban umat manusia di era ini dan ke depan. If we will it, it's not dream! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis buku "Membaca Politik Dari Titik Nol", "Politik Cinta". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!