CATATAN HATI SEORANG AYAH

Anak adalah anugerah terbaik dari Allah untuk kita. Ia semakin spesial karena pada faktanya tak sedikit pasangan suami-istri yang belum atau tidak mendapatkan keturunan. Nikah lama atau cepat ternyata tak serta merta mendapatkan anugerah ini.

Coba bayangkan saja, tak sedikit orang yang berlimpah harta, menjadi pejabat di instansi, manajer pada perusahaan tertentu dan pokoknya orang penting di banyak lembaga. Harta tentu saja banyak. Mobil dan motor parkir di halaman khusus. Saldo rekening pun ada di banyak bank. Mungkin juga punya kontrakan rumah, mobil sewa, dan masih banyak lagi.

Itu semua tentu bakal membuat bahagia. Semua kebutuhan hidup terpenuhi bahkan melimpah. Suami ingin apa saja pasti istrinya penuhi. Begitu juga sebaliknya, istri mau apa saja pasti suaminya bakal penuhi. Serasa sempurna hidupnya.

Mereka jalan-jalan ke luar kota pun itu urusan gampang. Bahkan urusan keluar negeri bukan soal. Itu sangat mudah dan mau kapan saja bisa. Tinggal pencet tombol, uang langsung keluar. Bukan seikat. Bahkan berikat-ikat. Warnanya juga rerata merah. Laci meja dan lemari bisa jadi terisi penuh.

Tapi apakah kebahagiaan bisa diraih dengan kondisi semacam itu? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Sebab terlihat bahagia belum tentu bahagia. Terlihat tak bahagia bisa jadi sangat bahagia. Karena kaya harta tak sekaya hati. Tapi kaya harta dibarengi kaya hati itu jauh lebih kaya. 

Tak usah jauh-jauh. Tak sedikit orang yang berlimpah harta tapi kehilangan rasa cinta bahkan tak ada rasa sayang. Karena pasangan suami atau istri tak selamanya seperti semula. Mau didandan pakai apapun, kalau usia sudah tua, si istri tetap saja kehilangan wajah aslinya. Begitu juga suami. Semuanya berubah seiring perubahan waktu dan pola hidup.

Orang bahagia karena harta yang melimpah itu bisa saja. Tapi saya sangat percaya kalau tak mendapatkan anugerah anak atau tak punya anak, semua yang melimpah takkan berarti apa-apa. Karena harta bisa selesai dan habis. Tapi anak adalah keabadian. Membuat kehidupan semakin bermakna.

Tengoklah mereka yang berharta melimpah ruah tapi tak punya anak. Mungkin terlihat bahagia. Sekasat mata iya bahagia. Tapi percayalah, tanpa anak mereka bakal susah merasakan bahagianya punya anak. Hidup terlihat ramai padahal sepi. Kering tak bernyawa. Gersang di atas kelimpahan harta.

Suasana batin kadang nyesak. Perihal harta yang menumpuk tapi tak ada keturunan. Kalau kelak sudah tua dan meninggal, siapa gerangan yang mengurus kekayaan? Di sini tentu agak bingung juga pelik. Sebab sebahagia-bahagianya hidup di atas harta yang melimpah, kalau tak punya anak, hidup bakal terasa hampa, kering kerintang dan kadang angkuh juga merendahkan orang.

Penyakit hati pun kadang muncul seketika. Perilaku buruk sebagai ekspresi keangkuhan dan kesombongan pun terlihat nyata dalam bersikap dan menyikapi persoalan. Hubungan dengan sesama pun renggang. Merasa paling wah dari yang lain. Jauh dari masyarakat luas. Dan masih banyak lagi.

Alhamdulillah saya mendapat anugerah dari Allah, dua anak hebat. Ya, keduanya adalah anak yang hebat. Namanya Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin. Mereka adalah anak yang sangat aktif, suka main, rajin baca, doyan ngelukis, hobi tanya, dan khusyu mendengar. 

Walau kadang bikin kesal karena memang doyan ngeyel, keduanya telah membuat saya dan istri kerap dipaksa untuk memahami kehidupan secara jernih. Pertanyaan mereka yang kadang ngasal membuat saya makin percaya bahwa mereka adalah anak cerdas dan mencintai saya dan istri secara tulus.

Terima kasih Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin. Kalian adalah energi dan inspirator. Maaf bila Ayah tak sehebat yang kalian harapkan. Maaf bila Ayah kadang berkata dan bersikap yang membuat kalian berpikir soal cinta dan kasih Ayah kepada kalian.

Nak, Ayah sangat mencintai dan menyayangi kalian. Walau kadang ada saja kata dan sikap yang kurang berkenan yang tetiba datang. Kehidupan kita memang butuh jam terbang. Kita butuh belajar dan terus belajar. Terutama Ayah, Ayah butuh belajar dan belajar, agar menjadi Ayah pembelajar.

Semoga setiap waktu yang kita miliki benar-benar dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena setiap detik sejatinya kehidupan itu sendiri. Dengan begitu, kita semakin percaya dan menyadari bahwa kehidupan kita semakin indah dan memang layak untuk dikenang. Selamanya. (*)

Selasa 4 Februari 2020

* Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Saatnya Menjemput Jodoh"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Langkah Muhamad Salahudin Wujudkan Harapan Kita