Menulis adalah Jihad!


PERKEMBANGAN teknologi komunikasi dan informasi selema sekian tahun terakhir telah merubah banyak kalangan, baik dari sisi pemikiran dan persepsi maupun sikap dan tingkah lakunya. Satu sisi sebagian kalangan memanfaatkan perkembangan semacam ini untuk hal-hal yang positif. Bahkan tak sedikit yang menjadi kaya dan terkenal karena mampu memanfaatkan media terutama media sosial sebagai media publikasi, iklan dan pencitraan untuk membangun brand. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan melakukan tindakan kejahatan alias kriminal. 

Bagi seorang muslim, menyebar kebaikan dan menjauhkan keburukan adalah kebaikan bahkan dakwah itu sendiri. Dakwah sendiri secara sederhana bisa dimaknai sebagai upaya mengajak manusia kepada kebenaran atau al-maruf dan menghindarkan mereka dari kemungkaran atau kejahatan. Media untuk mengajak manusia ke jalan semacam ini tentu banyak, salah satunya adalah media teknologi, baik yang berfungsi sebagai media komunikasi maupun informasi. Secara khusus, media sosial dapat kita jadikan sebagai media dakwah yang produktif, terutama dengan menulis dan publikasi tulisan.  

Bila selama ini kita kesulitan untuk menulis di buku secara langsung, maka pada era ini kita cukup menggunakan handphone atau HP, lalu manfaatkan akun Facebook untuk menulis apapun yang mengandung nilai dakwah atau hal-hal inspiratif dan bermanfaat. Dengan akun Facebook pun kita bisa menulis dan menebar tulisan dalam beragam tema sesuai dengan selera dan kemampuan kita. Katakanlah kita suka berbagi semangat dan motivasi agar kehidupan ini selalu mendapat keberkahan dari Allah, maka kita bisa menulisnya di status akun Facebook kita. Begitu juga tema lainnya. 

Langkahnya sederhana saja, pertama, tidak perlu ribet dan tidak perlu menggunakan diksi yang membuat pembaca pusing. Gunakan kata atau kalimat yang ringan, sehingga pembaca pun dapat memahaminya dengan mudah. Sebab pembaca butuh tulisan yang benar-benar mudah dipahami dan tidak jelimet atau ribet. Usahakan tulisan yang kita susun menggunakan bahasa yang benar-benar mudah dipahami pembaca. Hal ini memang pada awalnya agak sulit, tapi bila terbiasa maka nanti bakal mudah juga. Bukankah orang bisa karena biasa?  

Hal lain, kedua, biasakan untuk menulis tulisan yang memotivasi, menyemangati dan mencerahkan pembaca. Tulisan edukatif juga pada umumnya disukai oleh pembaca. Pembaca pada umumnya tidak suka membaca tulisan yang cenderung menggurui dan menghakimi. Walaupun tak sedikit pembaca yang malah suka dengan tulisan semacam itu. Namun demikian, karena kita menulis untuk kebaikan, maka ada baiknya kita memilih kalimat yang membuat pembaca nyaman dan terarah. Bukan tulisan yang terlihat dan berdampak ramai tapi tidak menyentuh hati pembaca. 

Ketiga, penulis pemula juga butuh banyak stok pengetahuan, karena itu perlu perkuat tradisi baca. Tulisan yang baik dan berenergi biasanya disusun oleh penulis yang punya stok pengetahuan yang cukup. Untuk itu, membaca karya orang lain adalah modal dan kuncinya. Biasakan untuk membaca setiap hari. Rajin membeli dan membaca buku, atau aktif membaca artikel apapun. Bila menulis adalah jihad maka membaca juga adalah jihad. Bila menulis adalah peluru, maka membaca juga adalah peluru. Semakin banyak membaca maka semakin besar peluang memperoleh ide, pengetahuan dan inspirasi untuk menulis.

Rerata ulama muslim yang mashur memiliki karya tulis yang juga mashur. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Ahmad dan ulama setelah mereka memiliki karya tulis. Bahkan di Indonesia, kita bisa baca karya para ulama khas Nusantara. Misalnya KH. Hasyim Asy'ari, KH. Ahmad Dahlan, Ustadz Ahmad Hasan, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, dan masih banyak lagi. Begitu juga Buya Hamka, Pak Mohammad Natsir, Pak HOS Cokroaminoto, Pak Mohammad Hatta dan generasi setelah mereka seperti Prof. Haedar Nashir, Ustadz Dr. Adian Husaini, rerata berjihad berjuang memerdekakan dan menjaga kemerdekaan termasuk dengan cara menulis. 

Bila selama ini kita masih menganggap menulis sekadar kebiasaan mereka yang berprofesi sebagai penulis, maka saatnya mengubur anggapan itu sekarang! Sebab menulis, terutama di era media ini, merupakan aktivitas positif yang bisa dilakukan oleh siapapun. Sebagai muslim, kita punya tanggungjawab untuk menyebar kebaikan dan menjauhkan sebanyak mungkin manusia dari keburukan. Termasuk dengan cara menulis dan media tulisan. Ini adalah jalan sekaligus media dakwah yang perlu kita manfaatkan dengan baik. Singkatnya, menulis adalah aktivitas yang layak kita pilih di era ini. Ya menulis adalah jihad! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Plan Your Success" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!