Spirit Menulis dari Warung Mimi Sepuh


PADA Ahad 7 Agustus 2022 dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB saya didaulat menjadi narasumber acara "Belajar Menulis Bareng YESI" di Warung Mimi Sepuh, yang berlokasi di Talun, Kabupaten Cirebon-Jawa Barat. Pada kesempatan ini saya menyampaikan materi "Jurus Menemukan Ide" dan "Praktik Menulis". Antuasisme peserta terlihat sekali pada acara ini. Saya sangat percaya dan optimis dalam waktu dekat ada diantara peserta yang langsung menciptakan karya tulis terbaru. 

Selain menyampaikan tips dan praktik menulis, pada saat ini saya juga berbagi pengalaman saya selama menekuni dunia kepenulisan. Ya sepengalaman saya selama ini, menulis tak seketika jadi lalu menghasilkan tulisan yang layak dipublikasi seperti buku atau artikel. Menulis seperti juga aktivitas lainnya, butuh waktu tak sedikit, proses panjang sekaligus rumit yang mesti dilalui. Belajar mencoba atau melatih juga sudah tak terhitung lagi. Bukan sekali tapi berkali-kali. Korban waktu, tenaga dan pikiran itu sudah hal yang mesti alias wajib dilalui. 


Jangan tanya waktu istirahat, pastinya terkuras. Siang dan malam terhitung sama saja. Sama-sama dimanfaatkan untuk menulis. Bahkan malam hari adalah momentum yang tepat untuk mencicil tulisan. Selain keadaan sepi, pikiran juga lebih fresh dan tenang. Ide pun muncul begitu saja. Kadang tak diundang, datang begitu saja. Memang bagi sebagian orang bisa menyesuaikan waktu, namun pada umumnya pasti mengurangi waktu istirahat. Dan itu adalah malam hari. Tapi di situlah uniknya. Ide biasanya muncul pada saat itu. 

Aktif membaca karya orang lain, menemukan ide inti tulisan, berani membuat tulisan baru, dan berani publikasi adalah hal yang sudah akrab dan mesti dilakukan. Termasuk ngobrol dengan mereka yang berpengalaman, silaturahim tokoh dan mengikuti berbagai kelas inspiratif. Sebab menulis artinya belajar, maka mereka pun selalu berupaya menjadi pembelajar dalam segala situasinya. Lelah sudah pasti, tapi bila karya sudah terbit nikmatnya terasa sekali. 


Saya bisa pastikan bahwa mereka yang bergulat dengan dunia kepenulisan adalah mereka yang aktif mengikuti berbagai kegiatan termasuk kelas menulis, bedah buku, audisi kepenulisan, dan sebagainya. Mereka juga aktif menghadiri acara bazar buku lintas kota. Tentu di samping menjadi narasumber acara serupa, ya yang berkaitan dengan literasi dan karya tulis mereka. Sebuah momentum belajar sekaligus menebar inspirasi dan motivasi agar siapapun selalu terdorong untuk berkarya. 

Dengan demikian, selalu ada ide baru dan inspirasi untuk menghadirkan tulisan baru yang menarik. Mereka selalu berupaya agar sesuatunya menjadi tulisan. Apapun jenis dan bentuknya. Pada saat yang sama selalu berupaya agar orang lain pun turut berkarya  Dan ini yang penting: berani membeli buku karya orang lain! Sebab di situ ada begitu banyak hal yang ditemukan seperti ide, diksi, dan konten yang bisa diadaptasi kembali.


Bagi siapapun yang punya niat dan tekad untuk berkarya lewat jalur literasi terutama menulis, ini adalah momentumnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang tak terbendung sejatinya adalah berkah sekaligus peluang untuk mengambil bagian dalam dunia kepenulisan. Bila dibandingkan dengan belasan, puluhan bahkan ratusan tahun silam, era sekarang selalu dimanja dengan fasilitas, peluang dan momentum. 

Hanya saja, mengutip ungkapan sahabat saya Mas H. Faisal Agus M yang turut menjadi narasumber pada acara yang dihadiri puluhan mahasiswa, pegiat sosial dan delegasi lintas organisasi ini, bahwa menulis itu butuh alasan, kesungguhan dan pemasaran. "Kita mesti memiliki the big way atau alasan utama mengapa menulis. Produk atau karya tulis juga perlu pemasaran, chanel distribusinya mesti jelas, segmentasinya mesti jelas, dan perlu ada acara penunjang yang menambah daya tarik pembaca pada buku atau karya tulis kita", ungkap pengusaha muda yang pernah lama berdomisili di Bandung ini. 


Saya termasuk yang sependapat dengan Mas Faisal. Ya, era ini adalah era dimana menulis bukan sekadar aktivitas mereka yang berprofesi sebagai penulis. Hanya saja perlu strategi pemasaran sehingga layak diburu pembaca. Menulis hingga menghasilkan karya yang layak dibaca pun bisa dilakukan oleh siapapun. Dosen, guru, ulama, pengusaha, jurnalis dan traveler pun bisa menulis. Bahkan ada tukang becak yang bisa berkarya hingga buku atau novelnya dikenal dan dibaca banyak orang. Jadi, siapapun dan apapun profesinya, setiap orang sejatinya bisa menulis dan punya karya tulis, termasuk yang sedang membaca tulisan ini. (*)

* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!