Selamat Memimpin Presiden Anies Baswedan!


PEMILIHAN Umum atau Pemilu 2024 berlangsung tak lama lagi. Pemilu yang berlangsung untuk Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilu Legislatif (Pileg) ini berlangsung pada Rabu 14 Februari 2024 mendatang. KPU dan Bawaslu dari tingkat pusat hingga daerah pun sudah mulai bekerja untuk memastikan hajatan besar lima tahunan ini kelak berlangsung jujur, adil dan terpilih pemimpin dan wakil rakyat yang taat mandat dan tidak terjebak pada lubang dan sengatan oligarki. 

Salah satu tokoh yang belakangan ini di berbagai media dan hasil survey lembaga survey politik mendapatkan dukungan besar dari masyarakat agar maju pada Pilpres mendatang adalah Anies Baswedan. Sosok yang murah senyum ini mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Dukungan seperti ini presentasenya dari waktu ke waktu semakin meningkat. Munculnya berbagai komunitas relawan pun cukup menarik simpati hingga mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat lintas latar belakang. Sebagian dari mereka yang dulu aktif menghina Anies Baswedan pun kini sudah mulai insyaf dan kembali mendukung dan siap memenangkannya pada Pilpres 2024 mendatang.  

Kita mesti akui secara jujur bahwa Anis Baswedan adalah tokoh cerdas asal Indonesia yang level kualitasnya internasional. Ia memang hanya Gubernur DKI Jakarta, namun siapapun maklum bahwa ia bekerja bagai seorang Presiden kelas dunia. Pada semua karir dimana ia mendapat amanah untuk memimpin selalu sukses ia lakoni. Menjadi Rektor Universitas Paramadina, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Gubernur DKI Jakarta semuanya sukses ia jalankan. Kekurangan pasti ada, tapi prestasinya mampir menutupinya secara nyata. Maka sangat wajar bila berbagai kalangan lintas latar belakang bahkan mungkin seluruh rakyat Indonesia mendukungnya untuk maju dan menang di Pilpres 2024. 

Anies Baswedan juga hadir menjadi pemimpin pemersatu elemen bangsa di tengah dinamika tak bermutu yang dibangun oleh elite selama ini, termasuk konflik kepentingan tak bermutu di tubuh Kabinet rezim yang sedang berkuasa saat ini. Pada saat kita tak melihat keteladanan para elite dalam berpolitik dan menjalankan mandat, ia hadir pada waktu yang tepat. Sehingga kehausan masyarakat akan pemimpin yang mampu menjaga persaudaraan sesama anak bangsa pun terjawab atau ia kabulkan. Di tengah kampanye politik identitas yang terjebak pada golongan partai tertentu, ia justru hadir dengan identitas politik pemersatu. 

Konflik kepentingan rezim itu nyata dan kita lihat terpampang jelas. Para menteri rezim sibuk kampanye dini, sementara kinerjanya buruk. Mereka tebar politik identitas golongan dan kelompoknya. Menteri satu sibuk pamer spanduk di kota anu, menteri satu lagi rajin tebar spanduk di kota lain. Dan begitu seterusnya. Mungkin mereka pandai membela diri dengan mengatakan itu tidak bersumber dari uang negara. Ya, itu kebiasaan para elite, sibuk membela diri. Sebab mereka memang berada pada kekuasaan untuk membela diri bahkan untuk menambah kekayaan diri dan kelompoknya. Mereka bukan saja jadi budak oligarki bahkan sudah masuk dalam lingkaran oligarki. Itulah politik identitas yang kerap mereka praktikkan selama ini. 

Bahkan kini suasana saling serang diantara politisi partai pengusung rezim ini pun terlihat jelas di berbagai media terutama layar kaca TV. Mereka saling cerca di berbagai media dan forum diskusi. Mereka saling tuding soal biaya relawan tokoh tertentu, lalu saling menuding bahwa para bazzer sejatinya adalah partisan yang sudah dibayar. Mereka pun saling tuduh soal netralitas dan hubungan dengan para bazzer. Konon diduga memang sengaja dibayar untuk memainkan opini dan menipu masyarakat. Namun kini mereka saling cela dan membuka aibnya sendiri di hadapan publik. Biangnya tentu saja perihal pundi-pundi kekayaan negara yang belum dibagi rata. Mereka fokus di situ, di perebutan duit, bukan untuk mengurusi rakyat dan negara. Bahkan basis massa mereka pun tak diurus. 

Sementara Anies Baswedan hadir tanpa beban hukum sebab bukan koruptor, bukan menteri yang gagal, dan bukan budak oligarki. Ia disokong jutaan rakyat, bukan ditopang oleh kekuatan oligarki. Oligarki yang membangun reklamasi pun sukses  diusirnya tanpa sedikit pun merasa takut dan khawatir. "Saya disumpah untuk taat pada konstitusi dan aturan, bukan oleh dan untuk cek rupiah. Jangan rupiahkan kepercayaan rakyat", ungkapnya berkali-kali di banyak forum. Begitulah Anies Baswedan, dia bukan saja Gubernur DKI Jakarta tapi juga adalah the real presiden. Dia sosok pemimpin pemersatu di tengah keragaman anak bangsa. Sangat wajar bila Pilpres 2024 belum terjadi namun berbagai elemen di banyak tempat di seluruh Indonesia bahkan luar negeri kini mengucapkan ini: Selamat memimpin Pak Presiden Anies Baswedan! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik Dari Titik Nol" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!