Mengapa Anies Baswedan Mesti Jadi Presiden?


BEBERAPA waktu lalu pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa Rabu 14 Februari 2024 merupakan waktu penyelenggaraan pemilihan umum untuk pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg). Seluruh masyarakat tentu sangat ingin agar kelak para peserta kontestasi bukan itu-itu saja, sebab Indonesia pada dasarnya masih tersedia stok tokoh yang layak memimpin sesuai kebutuhan zamannya. Hanya saja mereka kadang tertutup ruang geraknya karena disasar kekuatan oligarki yang hanya fokus pada kepentingan diri dan kelompoknya. 

Namun apapun itu, bila masyarakat sudah bergerak dan berkonsolidasi lalu mengambil bagian dalam menentukan siapa yang kelak pantas memimpin mereka, maka semua hal sangat mungkin. Bahwa tidak mustahil pemimpin dambaan itu bakal terwujud di negeri ini, sehingga tujuan bernegara seperti yang dirumuskan oleh pendiri bangsa bisa tercapai. Pendaftaran Pilpres memang masih lama, 7-13 September 2023, namun pemunculan tokoh yang dilakukan oleh berbagai kalangan sudah berlangsung. Sehingga aura politik pun sudah mulai terasa dan terlihat dengan jelas seperti yang juga diberitakan oleh berbagai media. 

Dari para tokoh yang didukung agar kelak masuk sebagai kandidat, salah satu nama yang cukup fenomenal adalah Anies Baswedan. Sosok yang dulu pernah menjadi Rektor Paramadina ini saat ini menjadi pusat media dan massa. Apapun yang dilakukan Anies atau kegiatan yang berkaitan dengan Anies akan jadi berita. Di manapun Anies berada selalu dikerubuti massa juga masyarakat dari berbagai tingkatan. Bahkan sosok ini kerap dipanggil Presiden. Padahal kita tahu bahwa saat ini ia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tapi begitulah masyarakat bila sudah jatuh cinta dan ingin dipimpin oleh sosok yang autentik, bukan boneka oligarki.  

Satu hal yang menarik adalah ketika sosok yang masuk kategori 1 dari 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia ini mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat lintas latar belakang. Bahkan relawan pendukungnya untuk maju di Pilpres muncul di berbagai kota atau tempat. Nama relawan pun juga beragam, namun mereka bertemu pada satu yang sama: mendukung sekaligus memenangkan Anis pada Pilpres, hingga kelak dilantik sebagai Presiden. Para relawan ini muncul secara sadar, suka cita dan tulus. Pembiayaan kegiatan dan segala macamnya berasal dari kantong masing-masing. 

Sebagai penyemangat khususnya bagi relawan dan umumnya bagi masyarakat di seluruh Indonesia, paling tidak ada beberapa alasan mengapa Gubernur DKI Jakarta ini menjadi salah satu ekspetasi masyarakat sehingga layak memimpin Indonesia. Pertama, Anies adalah seorang pemimpin yang sukses melanjutkan kebijakan dan program para pemimpin sebelumnya. Anies tidak hanya melanjutkan apa yang dimulai oleh pendahulunya, tapi juga mewujudkan apa yang menjadi mimpi dan janji pemimpin sebelumnya. Ia membuktikan bahwa dirinya bukan saja pandai bicara tapi juga pandai bekerja. Ia bukan saja cerdas berilmu tapi juga cerdas bertindak. 

Menurut Tony Rosyid (2022), LRT/MRT adalah program yang sudah dimulai dari zaman Gubernur Sutiyoso. Dilanjutkan oleh Gubernur berikutnya. Anies menuntaskan pekerjaan itu dan mengemasnya dalam program Jaklinko. Semua moda transportasi di Jakarta terkoneksi, berbiaya murah dan nyaman karena ada subsidi, banyak inovasi dan pembaharuan. Anies juga mewujudkan janji Gubernur Sutiyoso, Fauzi Bowo dan Jokowi yang berencana membangun stadion untuk Persija. Anies bahkan merealisasikannya melampaui janji dan ekspektasi para gubernur sebelumnya. Maka kini semua masyarakat dunia menyaksikan dan berdecak kagum pada Anies Baswedan karena sukses membangun stadion bergensi: Jakarta Internasional Studium (JIS). 

Kedua, Anies adalah seorang pemimpin yang merangkul dan menyatukan semua elemen bangsa yang beragam latar belakang. Dalam situasi sosial dan politik yang terbelah, pemimpin model Anies ini sangat dibutuhkan. Sebab secara nyata ia sosok yang aktif mempersatukan bukan memecah belah. Dalam banyak momentum ucapan dan sikapnya mencerminkan bahwa dirinya adalah sosok yang bukan saja layak memimpin tapi memang berwatak negarawan. Suatu ketika Anies mengungkapkan ini, "Kehebatan Indonesia bukan pada keragamannya dan kebhinnekaannya, sebab itu adalah anugerah. Kehebatan Indonesia terletak pada kesuksesannya menyatukan masyarakat yang beragam agama, etnis, golongan dan asal daerah. Itulah Bhinneka Tunggal Ika."

Dalam beberapa momentum, sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies merangkul semua pihak, baik pendukung maupun bukan pendukung. Dia tidak pernah dendam dan marah pada siapapun, terutama para bazzer yang aktif menghina dan memfitnahnya. Anies mengumpulkan SDM yang dimiliki Jakarta untuk berkolaborasi membangun ibu kota. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan sejumlah pihak, termasuk yang berseberangan politik untuk diajak serta dalam pembangunan DKI. Sosok yang akrab dengan berbagai kalangan ini tegas bahwa setelah dilantik ia adalah pemimpin seluruh warga DKI. Dia bukan milik para pendukungnya saja, tapi milik seluruh warga Jakarta. Anies bersikap dan bertindak proporsional dan profesional.

Ketiga, ketegasan hukum. Baginya, hukum adalah panglima dan mesti dijadikan salah atau benarnya warga negara dalam bernegara. Pejabat atau tidak, semuanya sama di mata hukum. Tak boleh ada yang diistimewakan hanya karena jabatannya yang mentereng. Kita tentu masih ingat kasus penyegelan pulau reklamasi. Itu adalah bukti nyata ketegasan dan keberanian Anies. Tiga belas pulau distop. Empat pulau yang terlanjur jadi, 65 persennya diambil oleh Pemprov DKI, dan 35 persen jadi milik pengembang. Ini aturan yang mesti diikuti atau ditaati oleh siapapun. Pengembang boleh membangun tanah yang 35 persen itu selama sesuai dengan aturan yang ada, tapi tidak boleh memaksakan kehendak lalu melanggar hukum. 

Keempat, aspek keadilan sosial menjadi spirit Anies membangun kota Jakarta. Ini nampak pada kebijakan Anies terkait UMP. Anies naikkan UMP cukup signifikan yang membuat buruh lega dan puas. Ia begitu aktif memberikan pemahaman kepada para pengusaha untuk selalu bersikap adil kepada para buruh. Tidak cukup di situ, ia juga menerbitkan KJP Plus, membebaskan pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk para pendidik dan keluarga pahlawan. Sebuah kebijakan yang tak pernah dilakukan oleh pendahulunya. Bahkan ia juga memastikan rumah ibadah mendapatkan bantuan bulanan dari Pemprov DKI. Bayangkan saja, ia menyiapkan Rp11 miliar per tahun untuk memberi bantuan kepada rumah-rumah ibadah. Dari sini tampak sekali bahwa Anies adalah pemimpin yang adil seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam ketika di Madinah belasan abad silam. 

Anies juga ambil alih perusahaan air bersih dari perusahaan swasta dan dikelola oleh PT. PAM JAYA. Tujuannya agar air bersih bisa dinikmati warga Jakarta dengan biaya sangat murah karena disubsidi oleh Pemprov DKI. Anies sediakan Rp33,68 miliar untuk subsidi air bersih. Harga air bersih semula Rp32 ribu per meter kubik, sekarang menjadi Rp3.550-Rp4.900 per meter kubik setelah disubsidi. Perhatian mantan Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) ini kepada warga kelas bawah untuk menegaskan bahwa kehadirannya punya tanggungjawab untuk memastikan adanya kesetaraan dan keadilan bagi seluruh warga DKI. 

Kelima, Anies punya cukup banyak prestasi yang diakui oleh lembaga-lembaga regional, nasional maupun internasional dengan sejumlah penghargaan. WTP berturut-turut dari BPK, tiga penghargaan dari KPK, penghargaan dari Mendagri, Menkominfo, Metro TV, dllan masih banyak lagi yang lainnya. Ia juga mendapat penghargaan dari lembaga International diantaranya dari TUMI (Transformative Urban Mobility Initiative). Anies dinobatkan oleh TUMI sebagai 21 Heroes. Selain dari TUMI, Anies juga mendapat banyak penghargaan dari lembaga-lembaga internasional yang lain. Anies masuk 100 intelektual publik dunia, 20 tokoh pembawa perubahan, 500 muslim paling berpengaruh, dan sebagainya. Termasuk pada 4 Juni 2022 lalu ia sukses menjadikan ibukota sebagai tempat pelaksanaan balapan bergensi internasional Formula E.

Pada dasarnya mendukung Anies untuk maju dan memenangkannya di Pilpres 2024 adalah tugas sejarah dan penting. Sebab ini bukan kepentingan satu atau dua kelompok, tapi kepentingan bangsa dan negara. Pada sebuah pertemuan, Prof. Jimly Assidiqy pernah mengungkapkan, "Kita sudah muak negara ini diurus dengan cara yang keliru, seperti hegemoni oligarki di seluruh aspek kehidupan bangsa, praktik korupsi yang masih saja membiak, dan penegakan hukum yang tidak adil." Kita tidak ingin pembelahan masyarakat masih saja terjadi karena elite sibuk dan pandai mengadu domba demi kepentingan jangka pendek. Kita ingin Indonesia menjadi negara yang maju dan bermartabat, bukan menjadi negara yang diremehkan oleh negara-negara lain di dunia. Itulah alasan mengapa masyarakat mendukung dengan tulus dan bersedia total memenangkan Anies Baswedan di Pilpres 2024. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik Dari Titik Nol"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!