Menelisik Buku "Pondokku dan Segala Ceritanya" Karya Santri Assalam


PONDOK Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Kiai sebagai pusat kepemimpinan lembaga ini merupakan ciri khasnya. Kehidupan para pembina atau Ustadz-Ustadzah dan para santri (santriwan-santriwati) bagai keluarga. Suasana kesederhanaan di lingkungan pondok sangat terasa. Bukan saja oleh civitas pondok tapi juga oleh siapapun yang berkunjung. 

Pondok Pesantren Sains Salman Assalam (Assalam) yang berlokasi di Cikalahang, Kabupaten Cirebon-Jawa Barat merupakan salah satu lembaga pendidikan yang belakangan ini sangat familiar di masyarakat Cirebon dan sekitarnya, bahkan di luar Cirebon. Walau masih tergolong baru, dengan konsep dan manajemen pendidikan yang modern Assalam sukses mengabulkan ekspetasi masyarakat sebagai lembaga pendidikan alternatif di era disrupsi ini. 

Assalam seperti juga kebanyakan pondok di seluruh Indonesia memiliki ciri khas yang menjadi daya tarik tersendiri. Para santri (santriwan dan santriwati) pun memiliki cerita dan kisah, pengalaman dan kenangan selama menempuh pendidikan di dalamnya. Semua itu menjadi sumber inspirasi yang selalu terngiang, bukan saja saat ini tapi juga nanti bila mereka sudah bergulat di tengah masyarakat, atau kala berkarir di berbagai profesi. 

Buku berjudul "Pondokku dan Segala Ceritanya"  setebal 162 halaman ini merupakan karya kolaboratif atau bunga rampai cerita, kisah dan pengalaman angkatan pertama Assalam yang sudah menempuh pendidikan selama 6 tahun dan tahun 2022 ini lulus. 30 santri yang bergabung dalam "Incredible Generation" dan berasal dari berbagai kota ini mengenang kembali bagaimana mereka masuk dan apa yang mereka alami selama di Assalam. 

Setelah membaca buku bunga rampai ini saya menemukan beberapa pesan penting, pertama Assalam adalah pondok yang berbasis pada aturan yang ketat. Aturan tersebut menjadi pijakan yang bingkai aktivitas seluruh civitas pondok. Misalnya, tentang waktu. Dari pagi hingga pagi kembali sudah ditetapkan kegiatan atau aktivitas apa saja yang mesti dilakukan. Seluruh kegiatan atau aktivitas di pondok pun terlaksana dengan baik dan produktif. 

Kedua, Assalam merupakan lembaga pendidikan yang mengadaptasi sistem pendidikan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor. Hal ini sangat wajar, sebab pimpinan sekaligus pengasuh Assalam merupakan alumni KMI Darussalam Gontor. Sehingga Assalam dapat juga disebut sebagai Pondok Gontor, atau di kalangan Gontoriyun dikenal dengan sebutan Pondok Alumni. Maka Assalam pun dapat juga disebut KMI Darussalam Gontor di Cirebon. 

Ketiga, setiap santri Assalam memiliki kisah dan cerita, pengalaman dan kenangan masing-masing. Baik ketika hendak mendaftar, lulus tes, diterima sebagai santri hingga kehidupan selama enam tahun di Assalam. Secara khusus di buku terbitan Zahir Publishing ini para penulis yang merupakan lulusan pertama Assalam ini mengisahkan semuanya dalam bahasa yang ringan dan sederhana. Suka dan duka selama di Assalam mereka ulas sesuai pengalaman yang mereka alami masing-masing. 

Keempat, kesuksesan menjadi santri bukan tentang pangkat dan jabatan yang diraih tapi tentang ilmu, adab dan karakter unggul yang membentuk bahkan menjadi hiasan utamanya. Para penulisnya memiliki pengalaman dan kenangan yang spesial, suka atau dukanya. Mereka memiliki titik balik yang membuat apa yang mereka duga dulu jelek ternyata baik. Dugaan bahwa pondok itu jorok, kolot dan terkekang ternyata indah, asyik dan menyenangkan. 

Dan tentu masih banyak hal lain yang diungkap oleh para penulis pada buku pertama santri Assalam ini. Setiap pembaca bakal menemukan hal-hal menarik dan berharga, sebab seluruh tulisannya punya latar dan fokus masing-masing. Setiap penulisnya mampu mengungkap puzzle yang sangat khas dan berharga. Sehingga pembaca pun seakan-akan dimanja dengan penggambaran kehidupan di Assalam yang sesungguhnya. Bahwa ternyata Assalam itu benar-benar penjara suci serasa surga dunia. Lebih jelas dan lengkapnya, silahkan miliki dan baca bukunya hingga tuntas! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis dan Blogger 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!