Mahasiswa Bergerak, Oligarki Terkoyak!


MAHASISWA adalah satu elemen penting dalam perjalanan sejarah berbagai bangsa-bangsa di dunia, termasuk di Indonesia. Peranan mereka dalam menenun kisah perjalanan Indonesia sudah tak bisa dianggap remeh. Sejak pra kemerdekaan hingga kini perjuangan mereka untuk perubahan merupakan energi tersendiri bagi seluruh cita-cita bersama: kemajuan Indonesia. Sebuah lakon sejarah yang bukan saja penting tapi juga layak diapresiasi, sebab itu menjadi energi bagi berbagai perubahan di berbagai sisi. 

Sekadar contoh, pada 1998 silam, mereka bersama elemen masyarakat sipil lainnya sukses menghadirkan reformasi, sehingga Indonesia mengalami perubahan dalam banyak sisinya. Bukan saja politik dan ekonomi tapi juga dalam pembenahan sistem ketatanegaraan dan pengelolaan sumber daya alam. Bahkan keterbukaan informasi terlihat jelas, sehingga publik pun bisa menyaksikan lakon elite dari aspek pribadi hingga aspek mandat. Hal ini merupakan lakon sejarah yang terus menjadi spirit bagi mahasiswa era selanjutnya, kini dan nanti. 

Daya kritis mahasiswa pun tak berhenti di situ, sebab mereka tetap berteriak pada saat siapapun yang memimpin negeri ini, dari era Habibie, Gusdur, Megawati, SBY hingga kini Joko Widodo. Mereka tidak melihat siapa yang berkuasa dan apa latar belakangnya, sebab fokus kritik mereka adalah kebijakan pemimpin atau elite yang mendapatkan mandat di berbagai lembaga negara yang digaji dari APBN. Mereka bukan agen atau korban suruhan partai politik, mereka adalah pejuang kepentingan rakyat. Mungkin ada oknum yang mencederai perjuangan mereka, namun itu tak mengurangi substansi perjuangan dan langkah mereka. 

Hari ini, Senin 11 April 2022 dan hari-hari ke depan, mereka dari berbagai perguruan tinggi dengan ribuan orang jumlahnya turun ke jalan: menggerduduk gedung DPR/MPR dan istana negara, untuk tujuan mulia yaitu mendesak presiden dan pejabat terkait untuk bersikap tegas pada wacana penundaan pemilu, penambahan periode presiden menjadi 3 periode, kenaikan bahan bakar minyak atau BBM, kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng, pemindahan ibukota negara dan sebagainya. Di samping isu lain yang memang dianggap perlu untuk diadvokasi, minimal dalam lapak wacana publik. 

Mereka mendesak Presiden Joko Widodo agar menolak tegas wacana penundaan pemilu dan upaya sekelompok orang untuk menambah periode presiden yang senyata-nyata bertentangan dengan konstitusi negara. Sebab konstitusi secara tegas menyebutkan bahwa presiden hanya dipilih untuk satu periode dan hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. Mereka ingin mendapatkan kepastian dari Presiden bahwa wacana semacam itu benar-benar bukan titipan Presiden, sebab mereka sangat paham bahwa melanggengkan kekuasaan adalah bentuk paling praktis oligarki berkuasa dan menghegemoni kekuasaan.  

Upaya sebagian kalangan untuk menunda pemilu dengan alasan kondisi ekonomi dan segala macam alasan yang senyata-nyata dibuat-buat perlu mendapat sikap penolakan tegas Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebab penundaan pemilu adalah bentuk rongrong pada proses demokrasi yang berjalan normal dan konstitusional. Apalah lagi KPU sebagai penyelenggara pemilu sudah mulai menjalankan tahapan pemilu pada Juni atau Juli 2022 mendatang, upaya penundaan pemilu pun hanya akan melanggengkan oligarki.    

Secara sederhana, oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer. Secara sepintas kita menyaksikan bahwa pada rezim Joko Widodo ini pengusaha begitu mendapat tempat, bahkan mereka menempati posisi penting di pemerintahan. Mereka bukan saja mengendalikan ekonomi tapi juga kebijakan penting lain yang berurusan dengan hajat hidup orang banyak bahkan negara. 

Ya, kali ini mahasiswa kembali berkumpul, meramaikan jalan ibukota negara Jakarta dan bergerak menuju gedung DPR/MPR serta istana negara. Mereka sedang akan terus menjadi penyambung lidah rakyat yang kerap ditepikan atau diabaikan oleh mereka yang mendapat mandat dari hasil pesta politik: pemilu. Mereka adalah nadi rakyat yang terus berdenyut bila ada yang tak beres pada kekuasaan atau elite lintas sektor. Mereka adalah pendobrak stagnasi dan pengingat paling lantang bagi siapapun yang berani melukai hati rakyat. Dan mereka takkan diam kecuali para elite mau dan segera berbenah diri!  

Begitulah bila rakyat sudah muak menyaksikan kelakuan elite yang sibuk dengan urusan pribadi daripada kepentingan rakyat. Begitulah mahasiswa bila menyaksikan begitu telanjang para elite itu memamerkan keangkuhannya di hadapan rakyat banyak, dari wacana sampah hingga kebijakan yang hanya mendatangkan kesengsaraan rakyat. Tak ada yang mereka takuti, sebab energi perlawanan itu selalu mendidih dalam darah dan nadi mereka pada saat kezoliman berada di pelupuk mata. Bila rakyat atau mahasiswa kompak bergerak, maka oligarki pun bakal terkoyak. Semoga Presiden dan elite lainnya terketuk hatinya dan sadar agar tidak mengabaikan mandat rakyat hanya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik Dari Titik Nol" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!