Selamat Jalan Bang Malik!


NAMANYA tak asing, sebab kerap terdengar karena diperbincangkan banyak orang. Awal pertama saya berdomisili di Cirebon beberapa tahun silam, namanya sudah mulai saya dengar dari perbincangan anak-anak warung kopi di sekitaran Jalan Perjuangan, Kota Cirebon. Termasuk mahasiswa beberapa kampus di Jalan Perjuangan juga sempat beberapa kali menyebut nama sosok yang akrab dengan semua kalangan ini. Siapakah sosok ini? 

Awalnya saya penasaran siapa sosok yang satu ini. Belakangan saya pun berlangganan Koran Radar Cirebon, Rakyat Cirebon dan beberapa koran lokal lainnya di Cirebon. Dalam beberapa kesempatan saya pun kerap menjadi narasumber di acara Selamat Pagi Cirebon (SPC) di Radar Cirebon Televisi (RCTV) yang dipandu oleh sahabat baik saya sekaligus intelektual muda Cirebon Mas Afif Rivai. Sehingga dalam banyak kesempatan saya pun kerap "nongkrong" di sekitaran Radar Cirebon, tepatnya di Warung Kopi Wow. 

Awal pertemuan saya dengan sosok yang mudah diajak bercanda dan yang saya sapa "Bang" ini pada 2014. Seingat saya pada momentum menjelang Pilpres, tanggal pastinya saya lupa. Kemudian pada 2019, masih pada momentum Pilpres, saya bertemu lagi dengannya. Pertemuan saya dengannya tak disengaja, sebab saya terbiasa "nongkrong" di Warung Kopi Wow, lalu ia tetiba datang dan menyapa. Saya pun menjawabnya dengan tenang dan riang. Sebetulnya pertemuan saya dengannya sudah sering, tapi sekadar menyapa saja dan tidak "ngobrol" banyak. Sementara pada dua pertemuan yang saya sebutkan di atas benar-benar "ngobrol" sekitar sejaman. 

Dari "obrolan" santai di Warung Kopi Wow itu saya menduga bahwa rupanya dia tahu betul bila saya suka menulis di Radar Cirebon dan Rakyat Cirebon. Belakangan saya baru tahu bila dia pernah menjadi Direktur Utama Rakyat Cirebon dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi atau Pemred Radar Cirebon. Kala itu dia pun mengungkapkan sesuatu yang membuat saya semakin giat untuk menulis di koran. "Bagaimana pun, menulis itu butuh kerja keras dan perlu latihan. Penulis yang sampai pada level kolumnis hanya bisa sampai pada level itu karena kerja keras dan latihan. Mas bisa menekuni itu. Saya lihat tulisannya cukup menarik dan tinggal diperkaya saja dengan ide baru dan sikap berani", ungkapnya. 

Rupanya dia juga pernah menyaksikan saya pada saat menjadi narasumber di SPC RCTV. Kalau itu saya membahas seputar dinamika dan konflik partai politik, dan beberapa tema yang masih berkaitan dengan dinamika politik lokal dan nasional. Belakangan saya baru tahu kalau dia pernah menjadi Wakil Direktur Utama RCTV tempat saya kerap menjadi narasumber. Betapa bangganya saya karena bisa bertemu dan berbincang dengan sosok yang selama ini bertugas mengendalikan dan bertanggungjawab atas semua hal di RCTV.  

Kala itu, saya membincang banyak hal, termasuk mengusulkan padanya agar RCTV meningkatkan kualitas dan segmentasi konten pemberitaannya. Termasuk mengundang narasumber dari kalangan muda sebagai proses pembelajaran di ruang publik. Di sela-sela itu dia pun menasehati dan menyemangati saya seperti seorang kakak yang sedang menasehati dan menyemangati adiknya. Bagaimana pun usianya lebih tua dari saya dan pengalamannya tentu jauh lebih banyak dari saya. "Mas, tidak semua orang bisa menjadi narasumber di TV. TV adalah tempat belajar, manfaatkan untuk hal-hal positif dan bermanfaat", ungkapnya. 

Kini berita meninggalnya tetiba meramaikan status media sosial termasuk akun Facebook para koleganya di keluarga besar Radar Cirebon Group. Ya, pada Rabu (16/3/2022) sekitar pukul 07.00 WIB saya membaca status Facebook Bang Yanto S Utomo, CEO Radar Cirebon Group. Di situ saya melihat foto berisi ucapan belasungkawa atas meninggalnya sosok yang sudah bekerja 22 tahun di perusahaan media terbesar di wilayah tiga Cirebon ini. “Semoga Allah SWT menerima segala amal baiknya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan. Aamiin ya rabbal ‘alamin,” tulis Bang Yanto dalam pesan yang diterima redaksi sebuah media online. 

Pada hari yang sama saya juga membaca status Facebook Mas Raswidi Hendra Suwarsa, salah satu kolegnya dulu di Radar Cirebon. "Dekat dengan semua orang, jadi tempat curhat karyawan Radar Cirebon Grup, enak diajak bicara dan selalu nyambung. Bang Malik orang baik, semoga husnul khotimah... Amin Yra". Dan Abdul Malik yang kerap disapa Bang Malik oleh kami "adik-adiknya" pun benar-benar meninggal dunia pada Selasa malam, 15 Maret 2022, sekitar pukul 22.00 WIB setelah olahraga badminton. Ya, jatah hidupnya di dunia sudah habis, Allah Maha Kuasa untuk menentukan segala takdir hamba-Nya.  

Bang, obrolan santai bersamamu di Warung Kopi Wow masih saya ingat. Walau pertemuan kita tergolong jarang dan obrolan kita tergolong sederhana, namun masukan, nasehat, dan motivasi yang kau sampaikan masih saya ingat dan terus terngiang. Bahwa menulis di koran dan menjadi narasumber di TV itu perlu belajar dan latihan. Jangan pernah angkuh dan sombong karena tulisan dimuat atau diundang TV. Jadikan semuanya sebagai medan amal dan media tebar manfaat bagi masyarakat luas. Semoga Allah mengampuni dan menyediakan surga terbaik bagimu. Dan, dengan tetesan air mata, saya ucapkan  selamat jalan Bang Malik, selamat menyapa Allah dari jarak terdekat! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat. Tulisan ini dimuat dan dapat dibaca pada halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon edisi Kamis 17 Maret 2022. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!