Motivasi Menulis Anak Mangkeng


MENEKUNI tradisi literasi terutama kepenulisan merupakan sebuah panggilan tersendiri dalam diri saya sejak beberapa tahun terakhir. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi benar-benar menambah motivasi saya untuk menulis. Ditambah lagi dengan apresiasi pembaca pada tulisan saya seperti artikel dan buku saya yang sudah terbit, semangat saya untuk menulis semakin tak terbendung. 

Saya sendiri berasal dari kampung terpencil yang jauh dari hiruk pikuk kota. Saya berasal dari sebuah kawasan pelosok, tepatnya dari Mangkeng. Mangkeng merupakan nama sebuah kawasan kebun hutan di kampung Cereng yang berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT. Di kawasan ini berisi berbagai pohon produktif seperti kemiri, jati, mangga, nangka, jeruk dan masih banyak lagi. Sehingga saya pun begitu berani menisbatkan diri sebagai Anak Mangkeng.  


Menulis pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapapun. Ia merupakan aktivitas yang bukan saja menantang tapi juga menyenangkan pada diri penulis juga pembacanya. Saya sendiri selama ini memotivasi diri dengan banyak hal, termasuk dengan membaca karya orang lain, agar ide yang dan kosa kata saya semakin banyak.   

Lalu, bagaimana caranya agar semangat menulis terus terjaga dan setiap ide yang muncul bisa dituangkan menjadi tulisan? Lalu, bagaimana caranya agar sebuah tulisan bisa dinikmati pembaca dan tetap terjaga sebagai aset seorang penulis?   

Pertama, Dibawa senang. Menulis yang asyik itu menulis yang membuat hati kita senang. Memang ada saja momentum tertentu dimana hati tak nyaman, gelisah dan dan seperti kehilangan ide. Selama ini, bila mengalami hal demikian, saya memilih santai saja. Saya melaluinya dengan senang, intinya dibawa senang saja. Saya kerap menasehati diri saya: Jangan terjebak pada suasana yang tak menyenangkan. Alihkan saja, dan senanglah pada aktivitas menulis yang sedang digarap! 

Kedua, Langsung menulis. Setiap ada ide yang muncul saya langsung menuliskannya. Tak perlu menunggu lama, tak hirau dengan alasan ini itu, saya langsung menuangkannya dalam tulisan. Bila tidak sedang depan laptop, saya langsung menulis di catatan khusus pribadi saya di akun facebook. Memang kadang ada saja rasa tidak berani memulai. Namun belakangan saya paksakan diri dan memilih untuk berani. Ya, langsung menulis dan berani memulai. 

Ketiga, Percaya diri, percaya pada karya sendiri. Sebagai orang biasa yang baru mulai menekuni dunia kepenulisan, saya tentu saja mengalami apa yang dialami juga oleh siapapun yang terjun pada dunia kepenulisan yaitu tidak percaya diri dan tidak percaya pada karya sendiri. Namun, dengan terus belajar dan mendengar nasehat dari banyak penulis di berbagai forum, akhirnya rasa percaya diri saya mulai tumbuh. Bahkan setelah beberapa media massa dan media online bersedia mempublikasi tulisan saya, terutama artikel dan catatan harian, lalu buku-buku saya sudah mulai diminati oleh pembaca, akhirnya saya semakin percaya pada karya tulis saya. 

Keempat, Langsung publikasi. Saya masih teringat dengan nasehat para penulis terkenal di berbagai forum pada saat mereka membedah buku karya mereka dan saya hadir di forum itu. Intinya, rerata mereka tidak mendiamkan tulisannya di laptop atau pada media yang tidak bisa dinikmati oleh pembaca, tapi mereka memilih untuk mempublikasikannya di berbagai media yang tersedia, termasuk diterbitkan menjadi buku. Apalah lagi tulisan populer seperti artikel populer, mereka langsung publikasi, sehingga pembaca memberi respon atas karya tulisnya.   

Kelima, Punya blog pribadi juga perlu. Saya termasuk yang percaya pada fungsi media sebagai dokumen sekaligus publikasi karya tulis. Selain menulis dan mempublikasi tulisan di akun facebook saya, saya juga memanfaatkan beberapa blog pribadi saya untuk mempublikasi tulisan saya. Sehingga bila saya menulis, tulisan saya tidak hilang. Bahkan bisa langsung dinikmati pembaca. Dari situ tak sedikit pembaca yang merespon, termasuk yang disampaikan secara langsung kepada saya melalui nomor WahtsApp atau E-mail saya.   

Keenam, Pembaca adalah aset. Salah satu elemen penting yang menjaga motivasi sekaligus semangat menulis saya selama ini adalah pembaca. Sebab sehebat apapun penulis dan sekualitas apapun tulisannya tidak akan bermakna apa-apa bila tidak dibaca oleh pembaca. Maka hubungan baik dengan pembaca mesti dijaga dengan baik. Selain itu, karya tulis itu sendiri adalah aset yang perlu dijaga oleh penulisnya. Dan selama ini, selain publikasi di media massa dan media online, saya juga memanfaatkan blog saya sebagai penjaga aset saya. Bahkan blog itu sendiri merupakan aset saya. 

Sebetulnya masih banyak motivasi yang menjadi energi saya selama ini dalam menekuni dunia kepenulisan hingga melahirkan berbagai karya tulis yang terpublikasi. Bahkan pembaca sendiri bisa menambahkan sesuai dengan inspirasi juga pengalamannya masing-masing. Namun beberapa poin di atas bisa menjadi penambah motivasi bagi siapapun pembaca di luar sana bila berniat untuk menekuni dunia kepenulisan. Semoga semakin banyak pembaca yang terinspirasi dari pengalaman Anak Mangkeng dan segera berkarya! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penggiat Komunitas Cereng Menulis dan Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" 


Komentar

  1. Mantap,
    Tidak akan rugi bila kita terus menulis, yang rugi adalah kalau kita tidak mau menulis.
    Semangat selalu dalam berkarya pak.. Terima kasih atas motivasi yang luar biasa yang selalu menggerakkan setiap orang untuk menulis.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!