Pandemi dan Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!"


MENJALANI kehidupan dan aktivitas pada masa pandemi: Covid-19 butuh kreativitas yang ekstra. Apalah lagi masa ini sudah melalui waktu sekitar setahun lebih, sejak Februari 2020 hingga saat ini, tentu bukan waktu pendek. Kejenuhan, linglung dan stres bisa saja menimpa siapapun. Kondisi demikian semakin tak terkendali bila penjagaan dan penumbuhan imunitas tak dijaga atau dilakoni dengan baik. 

Namun, berbeda bila kita mampu memanfaatkan situasi semacam ini dengan penuh optimisme dan percaya diri bahwa bencana non alam ini bakal mampu kita lalui dan segera berakhir. Dalam waktu tak lama lagi kita pun bisa beraktivitas seperti sedia kala. Bisa beribadah dan bekerja dengan tenang, bisa silaturahim dan berkunjung ke keluarga, serta bisa beraktivitas secara normal dan maksimal lagi. 

Sebagai warga rantauan asal Manggarai Barat-NTT yang pernah hidup atau menempuh pendidikan dan bekerja di Lombok Barat-NTB, Surabaya-Jawa Timur, Bandung-Jawa Barat, Jakarta (sejak 1996 hingga 2010) dan di Cirebon-Jawa Barat (sejak 2010 hingga saat ini), saya memilih untuk memanfaatkan masa pandemi ini untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat. Terutama pada saat pembatasan ruang publik semakin diperketat, saya memilih untuk menjalani semua aktivitas di dan dari rumah. 

Salah satu yang saya lakukan selama masa pandemi ini adalah menulis artikel dan buku. Untuk artikel saya kirimkan ke berbagai surat kabar dan media online. Ada yang dimuat, ada pula yang tidak dimuat. Khusus yang tidak dimuat, saya simpan di blog pribadi saya. Di samping beberapa diantaranya saya share ke berbagai akun media sosial saya seperti di group WhatsApp, Facebook, Instagram dan sebagainya.

Sementara naskah buku saya kirim ke berbagai penerbit buku. Hampir semua naskah diterima dan diterbitkan menjadi buku. Walau baru pada tahap belajar, bagi saya aktivitas semacam ini sangat bermanfaat terutama bagi diri saya. Terutama lagi dalam upaya menenangkan diri dari berbagai dampak pemberitaan media seputar Covid-19 dan sebagainya. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena saya diberi bimbingan dan kesempatan untuk mengisi masa pandemi ini dengan baik dan produktif. 

Ada banyak buku yang saya tulis selama masa pandemi ini. Temanya juga beragam, seperti tema politik, pendidikan, keagamaan, sosial, motivasi dan masih banyak lagi. Buku yang saya maksud adalah "Membaca Politik dari Titik Nol", "Politik Cinta", "Pendidikan Ramadan", "Menjadi Pendidik Hebat", "Salesman Toyota Jadi Walikota", "Indahnya Islam Di Indonesia", "Kalo Cinta, Nikah Aja!" dan sebagainya. 

Secara khusus pada tulisan ini saya bercerita tentang buku baru saya, salah satu dari beberapa buku yang saya sebutkan di atas. Ya, alhamdulillah setelah lama menanti, sejak awal masa pandemi Covid-19 hingga kini, buku saya yang berjudul "Kalo Cinta, Nikah Aja!" akhirnya terbit juga. Menurut seorang teman, tema ini menarik dan bakal diburu pembaca. Tak berkomentar panjang, saya hanya berkomentar penuh harap begini: Semoga saja demikian! 

Buku ini terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama membahas tentang cinta, bagian kedua membahas tentang pergaulan zaman now, bagian ketiga membahas tentang cinta dan nikah, serta bagian keempat membahas tentang urgensi pendidikan keluarga. Pada masing-masing bagian terdapat beberapa pembahasan yang sesuai dengan fokus masing-masing. Tapi semuanya masih dalam bingkai tema besar: cinta dan nikah. 

Saya sangat bersyukur kepada Allah karena ada sekitar 40-an tokoh dan pembaca lintas negara, organisasi, dan profesi yang memberi komentar untuk buku ini. Bahkan Bapak TGH. Muharrar Mahfudz turut memberi pengantar yang membuat pemabahasan buku ini semakin terarah dan menarik. Beliau adalah Pimpinan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat-NTB tempat saya dulu (1996-2002) menimba ilmu. Beliau juga saat ini masih menjalankan amanah sebagai Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Propinsi NTB. Bersama beliau pula-lah saya menulis buku berjudul Indahnya Islam Di Indonesia yang telah terbit pada pertengahan Juli 2021 lalu. 

Allah-lah yang berkuasa dan menakdirkan sehingga buku Kalo Cinta, Nikah Aja! yang berkategori populer ini terbit atau naik cetak. Bagi saya, masa pandemi mesti diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Media sosial pun mesti diisi dengan hal-hal yang bermanfaat juga. Saling mencaci maki, hina menghina dan hujat menghujat mesti dijauhkan dari setiap waktu kita. Mengkritik boleh, asal berbasis pada fakta. Jangan sampai sibuk menebar berita bohong dan saling fitnah sana-sini. Sebab sikap semacam itu hanya mengurangi daya imunitas kita, bahkan bisa berdampak pada lemahnya keimanan. Kita perlu berbenah diri, terutama dalam mengisi waktu yang kita lalui pada masa pandemi ini. 

Terima kasih banyak kepada Bapak, Ibu dan Sahabat pembaca dari seluruh Indonesia, termasuk dari Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Qatar, Turky, Hongkong, Amerika Serikat, Inggris, Australia dan masih banyak lagi yang telah mendoakan dan mendukung diterbitkannya buku ini. Tak sedikit yang menyampaikan kritik, saran dan masukan yang berharga pada naskah buku hingga kelak menjelang terbit. Semoga Allah membalas seluruh kebaikannya! 

Secara khusus terima kasih banyak juga kepada keluarga besar di berbagai kota atau daerah di seluruh Indonesia, termasuk keluarga kecil saya di rumah: istri saya Eni Suhaeni dan ketiga anak saya Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan Aisyah Humaira yang telah mendoakan dan mendukung setiap aktivitas saya selama ini. Mudah-mudahan aktivitas dan ikhtiar apapun yang kita lalui selama masa pandemi ini dan masa pasca pandemi nanti mendapat bimbingan dan keberkahan dari Allah. 

Bila pada masa pandemi ini saya memilih untuk menulis artikel dan buku, maka siapapun di luar sana sangat mungkin untuk melakukan hal yang sama, atau hal yang lain. Intinya, mari pastikan masa pandemi ini kita isi dengan hal-hal yang benar-benar bermanfaat dan menambah kualitas juga daya imunitas diri kita. Pada saat yang sama, penguatan iman dan taqwa juga perlu menjadi prioritas. Jangan terlalu takut pada kematian. Toh tanpa atau dengan virus corona, kita tetap bakal meninggal bila ajal kita tiba. 

Allah berfirman, "Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan pahala dunia itu kepadanya, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu kepadanya. Dan kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 145) 

Lalu, pada surat al-Jumu'ah ayat 8 Allah berfirman, "Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu hindari itu, maka sesungguhnya kematian itu pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang maha mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan segala apa yang telah kamu kerjakan." 

Kemudian, Allah berfirman pada surat al-Munaafiqun ayat 11, "Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." 

Dan masih banyak ayat lain dalam al-Qur'an juga hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang membahas seputar ajal kematian setiap manusia. Semuanya menegaskan bahwa setiap manusia memiliki ajal kematian. Bila saatnya tiba, mau ada penyakit atau tidak ada penyakit yang membahayakannya, maka terjadilah kematian. 

Pada intinya, berikhtiar menjaga protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan air bersih, menjaga jarak, mengurangi aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan adalah perlu. Namun mengisi waktu yang ada dengan aktivitas positif dan bermanfaat serta menguatkan iman sekaligus taqwa juga sama perlunya. Sebab itulah yang menjadi sumber imunitas yang sesungguhnya. Akhirnya, percaya dan optimislah bahwa masa pandemi ini bakal berakhir dalam waktu yang tak lama lagi! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" dan "Badai Covid-19 Pasti Berlalu!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!