RONI TABRONI DAN TRADISI LITERASI KITA


Alhamdulillah saya bersyukur karena hari ini Jumat 5 Februari 2021 pukul 16.30 WIB bisa bersua dengan salah satu Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Bung Roni Tabroni di sekitaran Gedung Graha Pena Radar Cirebon. Pertemuan ini sebetulnya adalah pertemuan yang kedua, setelah sebelumnya bertemu di tempat yang sama. Pada saat itu saya yang memberi hadiah buku sekaligus "numpang" iklan. 

Awalnya saya mendapatkan kabar kedatangan Bang Roni, demikian akrab saya sapa, dari senior saya yang sehari-hari sebagai penggawa di Radar Cirebon, tepatnya bagian sirkulasi, Mas Raswidi Hendra Suwarsa (Mas Raswidi). Setelah selesai mengedit naskah buku salah satu mantan anggota DPRD Kota Cirebon, saya pun langsung menuju ke Warung Kopi Waw Radar Cirebon. 

Di sini saya bersua dengan Bang Roni, Mas Raswidi, Bang Agus, Bang Kelik Nursetiyo Widiyanto (Bang Kelik), Mas Wibi dan beberapa wartawan. Obrolan santai beragam tema sempat menjadi selingan bergizi pada pertemuan kali ini. Covid-19 masih menjadi salah satu tema yang seksi dibicarakan. Di samping seputar penyiaran, literasi dan sebagainya. 

Setelah itu, Bang Roni dan rombongan dari Bandung langsung berbincang dengan CEO Radar Group Pak Yanto S Utomo (Mas Yanto). Obrolannya tentu saja seputar penyiaran, informasi dan hal lain yang masih terkait dunia informasi atau kejurnalistikan. Seperti biasa, Pak Yanto selalu mengajak siapapun untuk berpikir tentang potensi dan masa depan Jawa Barat. Bang Roni pun menyampaikan informasi perihal KPID Jawa Barat. 

Setelah itu, Bang Roni datang ke ruang siar dan redaksi Radar Cirebon Televisi (RCTV). Di sini tokoh muda yang aktif menulis artikel di berbagai media massa dan media online ini ngobrol santai dengan para penggawa RCTV dan tim redaksi lainnya. Di sini ada Bang Dedi, Bang Imam Bukhori, kameramen, dan beberapa tim redaksi yang lagi fokus dengan tugasnya masing-masing. 

Sekenal dan sepengetahuan saya, Bang Roni adalah salah satu tokoh muda sangat produktif menulis. Bukan saja artikel yang dimuat berbagai media massa dan media online, juga menulis buku. Buku-bukunya pun tergolong bergizi dan inspiratif karena memang kebanyakan tema-tema populer juga bergenre populer. Saya sendiri sudah mendapatkan dan membaca beberapa bukunya. 

Pada pertemuan kali ini saya mendapat hadiah buku dari akademisi di beberapa kampus ini, judulnya "Haedar Nashir; Narasi Islam Berkemajuan". Buku setebal 196 ini sangat bergizi dan karena itu layak dinikmati oleh pembaca lintas latar belakang. Buku ini melengkapi perpustakaan saya dari buku karyanya yang lain seperti Literasi Kata dan sebagainya yang sudah saya miliki dan baca beberapa bulan lalu. 

Saya menjadi saksi bahwa Bang Roni adalah tokoh literasi yang bukan saja berteori tentang literasi, tapi juga mewujudkannya dalam bentuk karya tulis yang terpublikasi. Saya sendiri aktif membaca berbagai tulisannya dalam beragam tema. Tak sedikit tulisannya yang menjadi rujukan penggiat literasi. Salah satunya tulisan seputar Muhammadiyah dan narasi persyarikatan Muhammadiyah. 

Bang Roni adalah pemberi inspirasi dan motivasi bagi kita untuk menekuni dunia literasi. Apapun profesi kita, menekuni dunia literasi adalah panggilan asyik dan bikin ketagihan. Ini mungkin terkesan berlebihan, tapi begitulah faktanya. Mereka yang menekuni dunia literasi terutama baca-tulis, merasakan sendiri sensasinya. Bahkan bisa melahirkan berbagai karya tulis yang bermanfaat. Selain artikel juga buku. 

Akhirnya, terima kasih Bang Roni dan siapapun yang tak pernah lelah menebar inspirasi dan motivasi untuk terus menebar nilai, berbagi semangat dan kesungguhan dalam dunia literasi. Sungguh, sejarah adalah akumulasi dari berbagai dinamika dan diskursus. Dan kuncinya adalah ide dan narasi yang terpublikasi dan terbaca oleh banyak orang. Semoga sejarah selalu dan tak lelah mencumbui kita. Kini dan nanti! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik Dari Titik Nol" dan "Islam Damai dan Menggembirakan" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!