SELAMAT BERBISNIS BERSAMA DAN PADA COVID-19!


Covid-19 sejak muncul pada awal 2020 hingga kini (Januari 2021) belum juga usai. Dampak virus ini pun kini ke mana-mana. Bukan saja pada aspek kesehatan dan kehidupan sosial, tapi juga aspek pendidikan, ekonomi dan pola hidup manusia. Bahkan yang tak kalah pentingnya adalah pola interaksi antar sesama yang dalam banyak sisi benar-benar berubah. 

Kalau ditelisik, ada yang menarik di sekiataran Covid-19. Yaitu munculnya berbagai macam fokus bisnis. Pokoknya seakan-akan semua menjadi kreatif. Sehingga tak sedikit yang berpendapat begini: "Setiap muncul virus baru sangat mungkin muncul bisnis baru. Bukan membisniskan virusnya, tapi peluang di sekitarnya." 

Hal ini tentu sangat manusiawi dan masuk akal. Namanya juga peluang, mesti dimanfaatkan dengan baik dan tentu lebih kreatif. Itupun hal semacam ini hanya bisa dilahirkan oleh mereka yang paham situasi dan dampak virusnya dari sisi keuntungan ekonomi atau bisnis. Atau mungkin dari sisi yang lainnya. Walau begitu, di sini ada saja yang tak rasional dan tak patut. Penjelasannya itu terserah kita masing-masing. 

Nah, dari Covid-19 ini, Anda bisa membangun bisnis apa? Begitu kira-kira pertanyaan mendasarnya. Pertanyaannya pendek, tapi memantik begitu banyak jawaban. Sebab sebuah virus yang berdampak pada berbagai sektor dan menghadirkan kondisi yang serba berubah maka mesti ada upaya untuk melihatnya dari sisi yang lebih kreatif dan produktif. 

Kalau misalnya disepakati bahwa Covid-19 ini menjadi medan bisnis maka pilihannya bisa banyak. Bukan melulu bernyawa kesehatan dan serupanya. Sebab faktanya Covid-19 berpengaruh dalam beragam sisi kehidupan. Maka peluang bisnisnya juga besar. Misalnya, ada yang berbisnis pada aspek kesehatan seperti vaksin, alat kesehatan dan kebutuhan lain yang melekat dekat dengan Covid-19 itu sendiri. 

Bisa juga ada yang berbisnis kebijakan. Kok bisa? Kebijakannya didesain betul agar berpengaruh pada elektabilitas dan popularitas. Nuansanya memang cenderung politis, tapi selama dilakoni secara normatif, dalam pengertian sesuai aturan yang berlaku maka hal semacam itu biasa-biasa saja alias tak soal. Di sinilah bisnis kebijakan semakin digalang, terutama untuk mencapai angka elektabilitas dan popularitas. 

Lalu, ada juga yang berbisnis publikasi dan pemberitaan. Konteksnya tentu saja bukan melulu tentang publikasi dan pemberitaan perihal kebijakan tertentu, walau ini juga penting. Tapi yang tak kalah pentingnya lagi adalah bagaimana sebuah kebijakan dibela. Sehingga ia seakan-akan penting dan pro kepntingan publik. Padahal di sela-sela itu juga menyimpan sesuatu. Tempatnya sunyi, sepi dari deteksi publik. Tapi ini juga bisnis. 

Nah, masih sekitar itu, ada juga yang membisniskan isu. Minimal menebar respon dan konten pro atau kontra terhadap kebijakan terkait Covid-19. Maka muncullah berbagai akun media sosial terutama di Youtube dengan kontennya yang beragam. Youtuber pun menjadi semacam profesi baru. Bisnisnya adalah bisnis ide atau konten. Terlihat bagus, tapi di sini juga menyimpan catatan kaki yang tak sedikit. Lagi-lagi, ini juga bisnis. 

Di samping itu, ada juga yang berbisnis panggung. Praktisnya, ada pejabat yang suka sekali diliput media massa. Seakan-akan setiap dia melangkah punya keterkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Padahal berjarak juga. Kalau ditelisik, ini adalah bisnis panggung. Tak semuanya salah, cuma kalau sekadar pencitraan, itu sama saja menjadi virus baru. Tapi itulah bisnis panggung. Lagi-lagi, kelak arahnya ke elektabilitas dan popularitas. 

Dan tentu masih banyak lagi jenis bisnis lainnya. Itu terserah Anda. Silahkan tulis sendiri. Bikin tulisan baru juga boleh sekali. Senyamannya Anda. Namanya juga peluang mesti dimanfaatkan sebaik mungkin. Untuk soal values atau nilai, prinsip dan moral itu urusan masing-masing. Begitu seorang teman memberi kritik halus. Toh faktanya begitu. Semuanya adalah bisnis. Tulisan ini juga bisnis.  Masa iya? Iya dong. Bisnis abjad dan kata-kata. 

Pada kondisi masa pandemi yang bisa jadi tak menentu bagi sebagian orang, justru bagi sebagian yang lain ini adalah momentum untuk menjadi yang berbeda. Mereka tak mau kalah oleh kenyataan. Mereka benar-benar membaca situasi dari beragam sisi. Mata hatinya terbuka sehingga semuanya dimanfaatkan secara efektif dan baik. Apapun itu, saya ucapkan selamat untuk Anda. Selamat berbisnis!

Lalu, mengapa berbisnis bersama Covid-19? Sebab semua bisnis tadi sama-sama mematikan. Tak selalu nyawa manusia memang, tapi terkait dengan urusan atau kepentingan manusia itu sendiri. Ada yang bernyawa kolaborasi, ada juga yang saling mematikan. Mematikan, masih dalam konteks kompetisi. Dalam beragam rupa dan aspeknya. 

Walau nyawa manusia selalu menjadi tema sensitif yang selalu hadir kaitannya dengan bisnis-bisnis tersebut, konteksnya bukan di situ. Bukan upaya menghilangkan nyawa orang, sama sekali bukan. Tapi tentang kemanpuan memanfaatkan peluang di sekitaran virus yang bisa mematikan manusia ini. Lalu pertanyaan baru muncul: Bukan kah pada masa pandemi satu nyawa berdampak pada angka ekonomi? Jawabannya terserah Anda. Bukan urusan saya. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul" dan "Menjadi Pendidik Hebat". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!