ILSI DAN MASA DEPAN BARU INDONESIA


PADA Sabtu (30/1/2021) kemarin saya bertemu dengan seorang sahabat yang selama ini hanya berkomunikasi lewat media sosial, namanya Mochamad Agus Salim, yang akrab saya sapa Mas Salim. Pertemuan kali ini cukup lama, sejak pukul 10.30 hingga pukul 17.30 WIB. Walau tergolong lama, pertemuan kali ini tak membuat kami lelah. Bahkan semangat untuk membincang banyak hal semakin menggebu-gebu. 

Pada awal rencana, karena sekalian melakukan rekaman konten baru untuk Industri Literasi Indonesia (ILSI), pertemuan dilakukan di Patung Ular di sekitaran kompleks Stadion Bima. Namun karena hujan tiba-tiba datang, pertemuan pun akhirnya dialihkan ke rumah Mas Salim. Tepatnya sebuah perumahan sebelah utara Stadion Bima, Kota Cirebon-Jawa Barat, yang jarak tempuhnya hanya sekitar satu menit dari Stadion Bima dan Patung Ular. 

Seperti biasa, obrolan pada pertemuan yang tergolong perdana ini, cukup ramai dan nyaris merambah ke semua judul. Apa saja diobrolin pada pertemuan santai di ruang tamu rumah dua lantai ini. Dari yang sederhana hingga yang serius. Dari pengalaman pribadi hingga pengalaman dengan orang lain. Termasuk pengalaman aktivitas dan kerja masing-masing. Walau begitu, semua obrolan mengarah pada nyawa yang sama: kreatifitas dan inovasi yang produktif dan bermanfaat.  

Dari pertemuan kali ini saya semakin percaya bahwa Mas Salim memang sosok yang futuristik dan komunikatif. Ia selalu mengaitkan obrolan kali ini dengan masa depan. Potensi yang kita miliki, menurutnya, mesti dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar berdampak baik secara akumulatif. Bukan saja bagi diri dan keluarga, tapi juga bagi banyak orang serta masa depan bangsa. Intinya, mesti ada langkah jenial dan praktis yang ditempuh agar semua potensi menjadi energi yang bermanfaat. Terutama pada masa pandemi: Covid-19 yang insyaa Allah segera berlalu ini. 

Obrolan dengan Mas Salim kali ini sangat mengalir dengan ide-ide segarnya. Kita, menurut tokoh muda yang murah senyum ini, mesti terbiasa membicarakan hal-hal yang baik dan positif, agar kebaikan dan manfaat kita berlipat ganda. Walau obrolan kali ini bisa juga disebut sebagai "Bincang-Bincang Santai" atau BBC, tapi isinya tergolong serius dan penting. Saya sendiri menimpali semua obrolan dengan santai juga ide-ide segar yang menunjang kemajuan ILSI ke depan. 

Di sela-sela obrolan Mas Salim pun merekam obrolan khusus saya dengannya yang memang sudah direncanakan sebelumnya dalam beberapa video. Diantara tema yang dibahas kali ini adalah seputar pengalaman saya melawan dampak radiasi elektronik (laptop dan handphon alias HP) yang membuat saya istirahat dari berbagai aktivitas untuk beberapa waktu. Bahkan pada waktu itu saya sempat tidak bisa menulis artikel dan tidak bisa membaca berbagai naskah buku, karena ingin fokus istirahat. 

Kemudian pada saat yang sama saya juga mengenalkan sebagian produk literasi berupa buku-buku terbaru saya seperti buku "Melahirkan Generasi Unggul", "Menjadi Pendidik Hebat", "Plan Your Success", "Membaca Politik Dari Titik Nol", dan "Politik Cinta". Semua buku ini terbit pada akhir 2020 lalu. Lalu berikutnya saya menjelaskan secara singkat seputar ide awal dan berbagai hal seputar Industri Literasi Indonesia (ILSI). 

ILSI merupakan sebuah komunitas kreatif yang gandrung pada aktivitas kreatif dan inovatif dalam beragam aspek. Ia hadir sebagai jawaban atas berbagai impian positif tim ILSI dalam dinamika media sosial dan kemajuan teknologi informasi yang semakin tak terbendung ini. ILSI diarahkan menjadi industri ide-ide baik dengan pijakan nilai sekaligus prinsip utama yang khas. ILSI memiliki jati diri atau prinsip elementer yaitu 1. Open Mind Pluralitas, 2. Kolaborasi Elaborasi, 3. Kreatif Inovatif, 4. Sinergi Trust, dan 5. Positif Thinking Kaizen. Pada pertemuan kali ini saya dan Mas Salim membahas 5 hal tersebut secara singkat.  

Di komunitas ILSI yang memiliki tagline "Kreatif dan Inovatif" ini, Mas Salim didaulat sebagai Presiden, sementara saya  (Syamsudin Kadir) didaulat sebagai Direktur Eksekutif. Sebetulnya pengurus ILSI ada beberapa orang lagi. Hanya saja pada pertemuan kali ini tidak sempat hadir, karena memang pertemuan ini adalah pertemuan santai saya dengan Mas Salim saja. Kebetulan jarak rumah kami cukup dekat, sehingga tak butuh waktu lama sudah bisa bertemu, rencana pertemuan mendadak sekalipun bisa. 

ILSI adalah ikhtiar sederhana untuk berbagai mimpi positif yang mesti diraih pada masa depan. ILSI adalah laboratorium bagi lahirnya ide-ide kreatif. Diantara aktivitas yang dilakukan adalah pertemuan rutin untuk membincang berbagai macam isu dan konten yang bermanfaat. Narasumbernya berasal dari beragam latar belakang profesi dan aktivitas. Mereka diajak berbicara di forum ILSI lalu hasilnya dipublikasi melalui berbagai media seperti Youtube, Instagram, Facebook, Blog dan sebagainya.

Walau ILSI tergolong sangat baru dan masih menanti masukan dan kritik dari berbagai kalangan, namun apa yang dilakukan selama ini cukup menarik dan mendapat perhatian berbagai kalangan. Bukan saja kalangan muda yang gandrung dengan media sosial, tapi juga kalangan tua yang belakangan menjadi semakin tertarik dengan dunia digital. ILSI bermimpi agar menjamurnya konten negatif dan informasi hoax di tengah-tengah masyarakat termasuk yang tersebar di jejaring media sosial bisa dihilangkan atau paling tidak diminimalisir dengan giat dan langkah ril semua elemen untuk menghadirkan konten positif dan bermutu.  

ILSI sendiri sangat bersedia bekerja sama dengan berbagai kalangan terutama tokoh lintas latar belakang. Dari pengusaha, akademisi, ulama, ustadz-ustadzah, penulis, politisi, pejabat publik, seniman, budayawan, jurnalis, penggiat sosial, penggiat LSM, penggiat Ormas, aktivis mahasiswa, hingga elemen sederhana sekalipun seperti sopir grab, sopir angkot, tukang becak, pedagang kaki lima dan sebagainya. ILSI hadir sebagai komunitas yang konsen dengan kreatifitas dan inovasi serta siap beradaptasi dengan keragaman latar belakang dan ide-ide bahkan kepentingan elemen bangsa.  

Dengan demikian, ide atau konten yang dibincangkan dan dipublikasi oleh ILSI ke depan diharapkan menjadi pantik bagi siapapun untuk membangun tradisi kolaborasi dan sinergitas dalam melipatgandakan kebaikan dan manfaat. Sehingga ide-ide produk ILSI menjadi energi atau senyawa bagi siapapun dalam menatap masa depan baru. Bukan saja bagi bagi dan keluarga, tapi juga bagi bangsa dan negara tercinta Indonesia. Sungguh, negeri ini butuh pikiran terbuka, kerjasama, kolaborasi, sinergitas, saling percaya dan sangka baik bagi semua kalangan. Semoga Allah selalu membimbing dan memperkenankan niat baik dan aktivitas positif kita semakin menggeliat dan bermanfaat! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Direktur Eksekutif Industri Literasi Indonesia (ILSI). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!