SELALU ADA INSPIRASI MENULIS BERSAMA RADAR CIREBON GROUP


Alhamdulillah hari ini Sabtu 10 Oktober 2020 pukul 06.30 WIB-selesai saya didaulat menjadi narasumber atau untuk mengisi acara rutin Talkshow Selamat Pagi Cirebon (SPC) di Radar Cirebon Televisi (RCTV) yang beralamat di Jl. Perjuangan, Kota Cirebon-Jawa Barat.  

Pada acara yang biasa diadakan pada pagi hari selama 60 menit ini saya dipandu oleh sahabat baik saya Mas Afif Rivai. Sosok yang satu ini tergolong kutu buku. Ia kerap menulis artikel di berbagai media massa, bahkan sudah menulis beberapa buku. Berita baiknya, saya dan ayah Mizan ini baru saja menulis buku secara keroyokan setebal 328 halaman dengan judul "Membaca Politik Dari Titik Nol". 

Buku yang terbit pada September 2020 lalu ini merupakan antologi atau bunga rampai tulisan saya dengan pembawa acara rutin SPC RCTV ini yang dimuat di Radar Cirebon, Rakyat Cirebon dan beberapa koran di Cirebon, termasuk media online beberapa tahun terakhir dalam beragam tema.  

Tema yang dibahas pada pertemuan kali ini tak seperti biasanya. Selama ini saya kerap didaulat untuk membahas isu-isu kebijakan publik, sosial-politik, kepemimpinan, pilpres, pileg dan pilkada serentak, kini atau khusus hari ini membahas seputar literasi, tepatnya "Kiat Menulis Artikel". Tidak asing memang, namun seingat saya baru kali ini saya didaulat untuk berbicara tema seperti ini di salah satu TV kebanggaan warga Jawa Barat dan sekitarnya ini. 

Selain mengajar di lembaga pendidikan tertentu, saya juga kerap menulis artikel dan buku. Artikel yang saya tulis dan publikasi selama belasan tahun ini sudah lebih 5.000-an. Sementara untuk buku baru ada 29 judul buku. Baik buku yang ditulis secara keroyokan maupun buku yang ditulis secara mandiri.

Seingat saya, artikel saya yang sudah dimuat di  Radar Cirebon sudah mencapai 500-an artikel. Bahkan kumpulan tulisan di Radar Cirebon, Rakyat Cirebon dan media massa lain termasuk media online sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku seperti "Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab", "Pendidikan Untuk Bangsa", "Membaca Politik Dari Titik Nol" dan masih banyak lagi. 

Sebagian pembaca mungkin mengira saya diistimewakan oleh Radar Cirebon dan Rakyat Cirebon yang bergerak dibawa naungan Radar Cirebon Group yang dikomandoi oleh Pak Yanto S Utomo (Mas Yanto) ini. Bahkan ada yang bilang saya dispesialkan daripada yang lain. Saya perlu ingatkan, jangan salah kira. Sebab tulisan saya yang tidak dimuat alias ditolak oleh Radar Cirebon dan Rakyat Cirebon justru jauh lebih banyak dari yang dimuat. 

Kondisi semacam itu, atau tulisan tidak dimuat, tak membuat saya mengalah dan kehilangan semangat. Justru ditolak oleh Radar Cirebon dan Rakyat Cirebon adalah momentum belajar bagi saya untuk meningkatkan kualitas tulisan. Baik kesesuain diksi dan kalimat maupun relevansi, kepatutan dan konten tulisan. 

Saya sadar betul bahwa saya bukanlah ahli atau pakar di bidang tertentu. Karena itu, saya menulis hampir semua tema, tentu dalam batasan kemampuan yang saya miliki. Bukan sok tahu, tapi saya belajar agar bisa memahami banyak hal. Bagi saya menulis adalah aktivitas yang gratis dan bisa dilakukan oleh siapapun termasuk saya.

Khusus untuk menulis artikel, sebagaimana yang menjadi tema pebahasan kali ini, selama ini saya menggunakan beberapa rumusan, langkah dan modal penting diantaranya sebagai berikut: 

Pertama, banyak membaca. Ya, menulis itu saudara kembar membaca. Semakin banyak membaca biasanya bakal tergoda terus untuk menulis. Sebagai penunjang hal ini, saya sejak lama sudah terbiasa untuk membeli buku. Dengan demikian saya sangat mudah untuk membuat perpustakaan buku di rumah saya. Seingat saya jumlahnya sudah mencapai 10.000 judul buku. 

Di samping itu, saya juga berlangganan sekaligus membaca beberapa koran atau surat kabar. Setiap hari saya mesti membaca dan menyaksikan berita di berbagai media massa terutama koran dan TV. Termasuk berlangganan beberapa link media online. Sehingga saya pun dipaksa untuk membaca dan membaca. 

Kedua, banyak mendalami isu-isu tertentu. Selama ini saya mendalam berbagai isu yang terkait dengan kebijakan publik, kepemimpinan, sosial-politik dan masalah sosial lainnya. Di samping tema kepemudaan, keagamaan dan sebagainya, tentu yang sejangkau kemampuan saya yang masih butuh pembenahan dalam banyak sisi. 

Dengan begitu, saya pun mesti mengakses semua informasi terkini dalam beragam isu. Baik melalui media massa dan media online maupun dengan berkomunikasi langsung dengan para tokoh atau siapapun yang punya kaitan langsung dengan isu tertentu. 

Ketiga, banyak menulis. Saya sendiri tidak berprofesi sebagai penulis. Saya menulis karena suka saja. Mungkin bahasa krennya menulis karena panggilan jiwa. Saya menulis apa saja, tentang apa saja dan di mana saja. Hampir tak ada yang menghalangi saya untuk menulis kecuali malas. Tapi hal ini bisa saya tanggulangi dengan berbagai hal seperti berkunjung ke toko buku, berolahraga, silatutahim ke rumah tokoh tertentu, menelpon teman, dan sebagainya. 

Bila ada ide yang muncul, biasanya saya langsung tulis. Terutama di status facebook saya. Tak ada ide yang muncul pun saya tetap menulis. Saya paksa diri saya untuk menulis dan terus menulis. Karena itu, hampir setiap hari saya menulis. Sekadar contoh, setiap hari saya menulis status facebook dan akun media sosial saya lainnya. 

Keempat, siap menerima kritik, saran, masukan dan bimbingan juga nasehat dari pembaca dan para senior, atau siapapun yang ingin menghadiahi saya ilmu hikmah juga gratis semacam itu. Hal ini saya lakukan agar tulisan saya dari waktu ke waktu semakin berkualitas. 

Saya mesti tahu diri tentang keterbatasan saya dalam menulis termasuk kemampuan saya dalam memahami tema tertentu. Karena itu saya mesti banyak mendengar. Bagi saya, pembaca adalah raja. Mereka adalah penentu yang membuat tulisan saya bermanfaat atau tidak. Makanya saya selalu berupaya agar sebelum dipublikasi, saya selalu berupaya meminta komentar dan masukan dari beberapa pembaca. 

Kelima, banyak mempublikasi. Selama ini saya sering mempublikasi tulisan di akun facebook dan beberapa group. Selain di akun media sosial, saya juga menulis untuk pribadi saya yang hingga kini masih aktif saya isi dengan berbagai tulisan atau artikel lepas. Tema dan fokusnya beragam, tak hanya satu tema tertentu. Pokoknya saya sudah mengupayakan agar setiap hari saya menulis untuk beberapa blog saya yang masih aktif hingga kini. 

Tentu selain itu, saya juga menulis artikel untuk beberapa koran, baik di Cirebon maupun di luar Cirebon  Belakangan, saya juga menulis artikel untuk beberapa media online yang akhir-akhir ini muncul menjamur bagai jamur di musim hujan. Berita baiknya, saya menulis bertema apa saja, bisa dipastikan dimuat. Saya tentu saja merasa diuntungkan atau dibantu oleh media semacam ini. 

Syahdan, saya merasakan selalu ada ide menulis bila saya berinteraksi dengan Radar Cirebon Group. Baik dengan Radar Cirebon dana Rakyat Cirebon maupun dengan Radar Cirebon TV. Termasuk dengan Warung Kopi Waw yang beberapa bulan terakhir menjadi tempat saya menuntaskan beberapa artikel dan buku yang kini sudah terbit. 

Terima kasih banyak kepada semua media massa dan media online, terutama kepada keluarga besar Radar Cirebon Group yang selama ini sudah "memanjakan" saya untuk terus berkarya dan menekuni dunia literasi. Kolaborasi semacam ini menjadi modal penting bagi kita untuk membangun dan memajukan fokus kita masing-masing. 

Insyaa Allah dalam waktu dekat, buku saya yang berjudul "Percakapan Di Udara" segera terbit juga. Judul ini saya culik dari teman saya, Mas Afif Rivai. Naskah bukunya masih dalam tahap finalitas. Saya upayakan agar pada HUT Radar Cirebon pada Desember 2020 nanti buku ini akan menjadi salah satu apresiasi yang spesial bagi saya kepada Radar Cirebon bahkan Radar Cirebon Group. Mohon doa dan dukungan pembaca di Cirebon dan di seluruh Indonesia. Akhirnya, salam literasi! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Sekretaris Forum Penulis Radar Cirebon, Pendiri Komunitas Cereng Mebulis dan Penukis buku "Membaca Politik Dari Titik Nol".  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!