MEMAJUKAN TRADISI LITERASI


Jumat 11 September 2020 pukul 15.00 hingga 17.30 WIB digelar Talkshow Ngobras bertema "Kebangkitan Literasi Kreatif" bertempat di Graha Pena Radar Cirebon. Hadir tiga pembicara sebagai narasumber, yaitu Hj. Eti Herawati selaku Bunda Literasi yang juga Wakil Walikota Cirebon, Drs. H. Jaja Sulaeman, M.Pd selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Cirebon, dan Yanto S Utomo selaku CEO Radar Cirebon Group.

Literasi menurut Bunda Literasi, bukan saja tentang baca dan tulis, tapi juga hal lain yang berdampak pada penguatan sumber daya manusia. Sehingga masa pandemi tak boleh melemahkan kita, malah mesti dijadikan sebagai momentum untuk terus meningkatkan kreatifitas yang menguatkan sumber daya manusia. 

Kota Cirebon yang kini terdampak bencana non alam: Covid-19, tak boleh kalah oleh kenyataan. Produktifitas mesti terjaga tentu dengan tetap menjaga protokol kesehatan, aturan pemerintah dan menghindar dari hal-hal yang memungkinkan untuk terkena virus berbahaya ini. 

Pada forum ini Pak Jaja selaku narasumber kedua menjelaskan bahwa minat baca masyarakat kita masih jauh dari harapan. Kalau mau jujur, angka baca Indonesia masih berada di posisi yang menggemaskan. Diantara 1000 orang warga hanya 1 yang aktif membaca. Itu pun belum seideal yang diharapan. 

Membaca tidak saja membaca buku atau literatur tapi juga membaca lingkungan dan fenomena sosial. Fenomena hoax bisa dibereskan bila tradisi literasi berjalan dengan baik. Sebab hoax itu adalah wujud nyata dari kosongnya pengetahuan. Dan kuncinya adalah membaca, membaca dalam maknanya yang luas. 

Selanjutnya pada pemaparannya Pak Yanto dari Radar Cirebon Group menjelaskan bahwa Radar Group akan selalu siap sedia menjadi mitra konstruktif bagi setiap elemen yang punya konsen dalam gerakan literasi. Hal ini bisa dipahami dari berbagai kegiatan yang diapresiasi oleh Radar dalam bentuk kerjasama, pemberitaan, informasi dan sebagainya. 

Literasi menurutnya mesti digalakkan dalam segala aspek. Dari tradisi baca dan tradisi tulis, juga peningkatkan produktifitas juga pemberdayaan. Di sini yang dibutuhkan adalah kreatifitas. Koneksi antar potensi berupa kekayaan alam bisa menjadi sesuatu yang wah manakala dielaborasi dalam bentuk karya tulis yang terbaca. Termasuk mengeksplorasi destinasi wisata di Kota Cirebon dalam bentuk karya tulis. 

Kegiatan literasi sendiri ini diharapkan berdampak bagi kemajuan literasi dan kemajuan Kota Cirebon terutama dari sektor ekonomi. Literasi tak melulu tentang baca membaca dan tulis menulis tapi juga literasi mesti berdampak pada geliatnya kreatifitas yang memberi dampak pada aspek ekonomi warga.

Saya sendiri sebagai warga yang baru 10 tahun menjadi warga Kota Cirebon sedang menulis atau menuntaskan naskah buku saya yang ke-32 seputar destinasi wisata Kota Cirebon yang berjudul "Yuk Ke Cirebon". Buku ini terinspirasi dan terdorong oleh apa yang saya saksikan selama 10 tahun menjadi warga baru di Kota Cirebon. Saya menyaksikan Kota Cirebon ini kaya berbagai potensi terutama destinasi wisata.

Ya, kita memang perlu menjadi juru bicara bagi Kota Cirebon, tentang keunikan dan keunggulannya dalam beragam aspek. Skala dan aksi rilnya beragam, sesuai dengan kompetensi dan potensi kita masing-masing. Termasuk dalam aspek literasi terutama karya tulis. Kalau kita punya tekad dan kemauan yang kuat maka Kota Cirebon bakal semakin maju dan menjadi kebanggaan yang mengabadi bagi kemanusiaan dan sejarah. (*)


* Tulisan ini dimuat dan dapat dibaca pada Kolom GELEMACA halaman 14 Koran Radar Cirebon edisi hari ini Kamis 17 September 2020. Judul tulisan "MEMAJUKAN TRADISI LITERASI". Oleh: Syamsudin Kadir, Sekretaris Forum Penulis Radar Cirebon dan Pendiri Komunitas Cereng Menulis.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!