MENULIS ITU BUTUH LATIHAN, PERCAYA DIRI DAN TARGET

"Pertemuan sederhana namun penuh makna",  itulah ungkapan perdana yang layak saya sampaikan atas pertemuan saya dengan Pak Dede Taufikurohman hari ini di lantai dasar Graha Pena Radar Cirebon di Jl. Perjuangan, Kota Cirebon-Jawa Barat. 

Pak Dede, demikian saya menyapanya, adalah anggota Forum Penulis Radar Cirebon yang terbentuk beberapa waktu lalu. Hari ini Jumat 21 Agustus 2020, bertepatan dengan 2 Muharam 1442 H, saya dan Pak Dede janjian bertemu di Radar Cirebon sekitar pukul 10.00 WIB. 

Banyak hal yang dibincangkan, namun yang menjadi fokus utama adalah seputar baca dan tulis, dua tradisi yang belakangan ini akrab disebut dengan tradisi literasi. Kedua tradisi ini memang bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Bila menekuni salah satunya bakal tergoda untuk menekuni yang lain.  

Di sini kami berbagi pengalaman masing-masing tentang baca dan tulis. Seperti biasa, suasana begitu cair, akrab dan serba spontan.  Pak Dede yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat ini bercerita tentang hambatan yang kerap dialami pada saat membaca. Begitu juga hambatan yang kerap datang pada saat menulis. 

Bukan saja malas dan enggan, rasa cape atau lelah yang tiba-tiba datang, kadang membuat semangat membaca dan menulis menjadi hilang seketika. Begitu Pak Dede berbagi pengalamannya. Untuk membaca sehalaman saja perlu sekian waktu. Padahal yang dibaca hanya sedikit alias tak begitu banyak. 

Pada saat menulis juga begitu. Kadang rasa malas datang seketika. Bikin kesal dan kadang tulisan menjadi ambur adul tak menentu. Di samping itu kadang tidak percaya diri dengan tulisan sendiri. Bahkan kerap terjadi begini: sudah menulis satu paragraf, lalu tetiba mati langkah alias tak ada ide yang muncul. Seperti tak punya stok kosa kata lagi. 

Apa yang dialami oleh Pak Dede sebetulnya sering juga saya alami. Saya benar-benar mengalami hal semacam itu. Malah sering banget. Bahkan mungkin oleh mereka di luar sana yang menekuni atau yang baru belajar menekuni dunia literasi khususnya baca dan tulis. Jadi bisa dibilang semua orang mengalami hal semacam itu. 

Pada kesempatan ini saya sekadar berbagi pengalaman selama ini. Saya menulis bukan sebagai profesi tapi sekadar suka-suka saja. Makanya tulisan saya tidak fokus pada satu tema tertentu. Semua digarap. Bukan sok tahu, tapi memang belum memahami secara detail materi apa yang ditulis dan belum menemukan passion saya pada tema apa saja. 

Kalau menurut teman saya, menulis itu butuh tekad dan kesungguhan. Tidak bisa hanya mengandalkan maunya saja. Perlu ada pemaksaan diri bila ingin punya karya tulis. Lelah itu sudah pasti. Malas itu sudah dari sananya. Selalu ada alasan ini itu untuk tidak menulis. Padahal ada begitu banyak alasan untuk menulis juga membaca. 

Kata teman saya yang lain, menulis itu butuh latihan. Namanya latihan tentu mesti setiap hari. Tidak bisa sekadar menulis sekali lalu berhenti. Tapi perlu dibikin sering dan dibikin serius. Dalam pengertian, melatih diri untuk menulis itu perlu latihan yang terus menerus. Tak cukup satu tulisan, tapi perlu banyak latihan. 

Menulis dulu, menulis lagi dan menulis terus. Begitu kira-kira motivasinya. Bosan itu sudah pasti. Rasa malas dan kantuk juga sudah pasti datang menggoda. Tapi kalau sudah fokus menulis dan dibangun target lalu terus melatih maka selalu ada energi dari dalam diri untuk menulis. Pada intinya pemaksaan diri untuk punya karya tulis mesti dilakoni. Ya memaksa diri untuk menulis. 

Bila perlu waktunya ditentukan, tempatnya juga begitu perlu ditentukan. Dibuat jadwal khusus untuk itu. Pagi, siang, sore, atau malam, itu terserah seleranya masing-masing. Kita maunya kapan dan di mana, ya terserah saja. Suka-suka saja, asal terjadwal. Rutinkan dan jaga jadwal dengan baik. Jangan sampai melanggar aturan. Bila melanggar, jangan makan malam! Itu sekadar contoh. 

Hal lain, menulis juga butuh percaya diri. Kita yang memiliki tulisan mesti percaya dengan diri kita sendiri. Bahwa apa yang ditulis layak dibaca dan perlu dipublikasi. Maka menulislah tentang hal-hal yang penting atau perlu, sehingga kita merasa dan ada dorongan dari dalam untuk menulis dan menuntaskannya. 

Percaya diri dalam menulis bisa dibangun dengan cara banyak membaca tulisan orang lain, apapun jenis atau bentuknya. Membaca buku juga termasuk kebiasaan orang kren dan oke punya lho. Sebab dengan banyak membaca maka stok kata dan informasi juga pengetahuan kita bakal meningkat. Saldo cara mengungkapkan pendapat pun semakin banyak juga. 

Percaya diri juga perlu dikembangkan dari sisi keberanian untuk menulis sesuai selera dan kemampuan diri. Sebaik atau seburuk apapun tulisan kita, kalau sudah dalam bentuk tulisan yang dibaca orang maka itu suatu kebangaan tersendiri. Sebab tak semua orang bisa melakukannya. Dan kita bisa melakukannya. Jadi, tunggu apa lagi? Menulis saja... 

Pada kesempatan kali ini saya juga "menantang" Pak Dede agar dalam waktu dekat bisa menulis artikel bahkan buku. Sekadar contoh buku yang saya usulkan adalah buku seputar destinasi pariwisata Kabupaten Majalengka. Kalau Pak Dede tidak berkenan, maka saya yang akan melakoninya. Dan kabar baiknya saya sudah mengumpulkan sebagian data atau bahan bakunya.

Sebetulnya ini juga tantangan bagi diri saya sendiru. Sebab saya memang sedang menggarap desrinasi wisata di beberapa daerah atau kota di beberapa propinsi di seluruh Indonesia. Jadi, sejatinya saya sedang "tonjokin" diri saya sendiri. Ini yang saya sebut dengan target yang jelas.  

Ah banyak hal sebetulnya yang diobrolin pada kesempatan yang sangat spesial ini. Namun kemampuan saya untuk menangkap pesan memang agak tak bersahabat. Sehingga sekitar pada pukul 12.00 WIB pertemuan pun disudahi. Mungkin pada kesempatan lain saya berusaha untuk mengingatnya kembali, sehingga pertemuan kali ini benar-benar tetap terdokumentasi dengan baik terutama dalam bentuk tulisan.  

Menjelang akhir, saya pun berkesempatan untuk memberi kenang-kenangan kepada Pak Dede berupa buku saya yang terbaru yaitu "Selamat Datang Di Manggarai Barat" dan "Merawat Mimpi Meraih Sukses". Termasuk mengiklankan buku saya yang benar-benar terbaru yang berjudul "Melahirkan Generasi Unggul".  

Terima kasih banyak kepada Pak Dede atas kesediaannya untuk bersua dan untuk ngobrolin banyak hal. Pertemuan kali ini benar-benar bermanfaat dan membuat semangat saya untuk menulis semakin tak terbendung lagi. Insyaa Allah buku saya yang siap terbit ada beberapa. Semoga dalam waktu dekat segera naik cetak alias terbit. Judulnya apa saja? Ah nanti saja, biar tambah penasaran. (*)


* Judul tulisan "Menulis itu Butuh Latihan, Percaya Diri dan Target" oleh Syamsudin Kadir, penulis buku "Melahirkan Generasi Unggul". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!