SEMOGA ABADI DALAM CINTA!  

AKHIRNYA menikah juga. Suatu kabar gembira yang menambah kebahagiaan keluarga besar juga para sahabatnya. Bagaimana pun menikah adalah ibadah suci yang menghalalkan hubungan seorang pria dan wanita atau antar suami-istri dalam bingkai rumah tangga.

Ya barakallahu laka wa barakallahu 'alaika wa jama'a bainakuma fil khior tuk adik sepupu saya Muhamad Suman, S.Pd (Suman) asal Manggarai Barat- NTT dan istrinya Olyvia Anandita Pasaribu, S.Pd (Olyvia) yang melangsungkan Akad Nikah hari ini Sabtu 11 Juli 2020 di Padang-Sumatra Barat.

Atas nama keluarga besar Cereng, Manggarai Barat-NTT dan Cirebon-Jawa Barat saya mendoakan semoga Allah memberkahi pernikahanya, membimbing pada jalan yang benar dan kelak menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Allahumma aamiin!

Sekadar bercerita, saya bertemu terakhir kali dengan adik ini pada tahun 1996, ketika menjelang saya masuk SMP. Tepatnya MTs di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat-NTB. Ketika itu dia hadir pada acara doa dan syukuran keluarga besar menjelang saya berangkat.

Sejak itu hingga saat ini saya belum pernah bertemu langsung dengannya lagi. Komunikasi langsung pun belum pernah. Komunikasi hanya lewat media sosial. Itu pun baru beberapa waktu lalu ketika saya meminta kepadanya agar berkenan membaca naskah buku saya "Selamat Datang Di Manggarai Barat" yang kelak dibedah pada Sabtu 2 November 2019 lalu di Labuan Bajo, Mabar.

Kemudian belakangan saya hanya berkomunikasi dengannya di laman facebook. Itu pun hanya beberapa kali. Beberapa kali saling bersaut komentar dan bertanya tentang kabar. Selebihnya tak ada komunikasi lanjutan dan yang lebih intens.

Ia sendiri adalah lulusan Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Makasar-Sulawesi Selatan. Kini mengabdi sebagai Guru di SMPN 3 Sano Nggoang, di Desa Matawae, Kecamatan Sano Nggoang, Mabar. Salah satu daerah yang tergolong terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kota.

Saya menyaksikan ia juga adalah penggerak literasi. Ia aktif menggerakan siswanya dalam menumbuh dan mengembangkan potensi dalam gerakan literasi sekolah. Hal ini saya pahami dari sebuah blog yang dikelolanya. Walau tulisannya hanya beberapa, tapi saya sangat mengapresiasi semangat dan mitivasinya untuk membangun tradisi literasi dan melahirkan generasi unggul bangsa.

Beberapa hari lalu, tepatnya pada Rabu 8 Juli 2020 saya mendapat kabar darinya bahwa dia sedang menuju Sumatra Barat. Awalnya saya tidak tahu apa gerangan dia ke tempat atau propinsi asal Mohammad Natsir, Agus Salim dan Buya Hamka itu. Saya pun bertanya lewat pesan masuk facebooknya. Namun rupanya ia belum membacanya hingga kini.

Setelah membaca beberapa status dan komentar beberapa teman dan keluarga di status facebooknya, saya pun mendapat kabar yang valid bahwa ternyata dia hendak melangsung pernikahan dengan seorang gadis dambaannya di Sumatra Barat. Suatu kabar yang tentu saja menyenangkan.

Ya saya pun turut senang dan gembira atas kabar baik ini. Walaupun belum sempat ikut nimbrung pada acara yang sangat sakral ini, namun saya benar-benar bergembira. Sebab salah satu dari keluarga besar kini sudah melangsungkan pernikahan. Suatu akad yang bukan saja sakral dan suci tapi juga punya makna mendalam.

Saya semakin gembira karena ia menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah yang sangat jauh dari kampung halaman. Konon mereka mengenal pertama kali pada momentum menjalankan tugas mengajar di daerah terpencil yang diprogramkan oleh pemerintah. Tepatnya PPG SM3T Angkatan VI di pedalaman Kalimantan.

Rupanya pertemuan mereka selama sekian waktu di tempat mengajar atau mendidik generasi penerus bangsa di pedalaman Kalimantan menimbulkan rasa cinta dan hendak berlanjut ke pelaminan. Cinta memang begitu. Mendorong sesiapapun tuk tak sekadar menyapa yang kadang palsu. Tapi mesti mewujud dalam akad yang halal.

Dan, mereka sepertinya mencintai lebih dari sekadar kata. Keakraban tak sekadar dekat. Bersama tak hanya sesaat. Kata, keakraban dan kebersamaan yang mereka alami selama sekian waktu memang layak dilanjutkan dan mesti mengabadi. Sebab itu adalah wujud cinta yang asli dan lebih sejati.

Di atas segalanya, sekali lagi, walau tak sempat menghadiri acara akadnya yang sangat sakral itu, saya turut bergembira. Sembari itu saya memohon kepada Allah agar akadnya berkah dan cintanya abadi. Jangan lupa, makan nasi dan rendang Padang yang banyak. Sekalian bawa pulang kampung untuk keluarga besar di Mabar. Semoga abadi dalam cinta! (*)


* Judul tulisan
SEMOGA ABADI DALAM CINTA!

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Melahirkan Generasi Unggul"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!