MENULIS ITU MENIKMATI KERAMAIAN! 

SEMUA tulisan saya terbuka untuk dibaca, dikritik dan dibantai sekalipun. Oleh siapapun tanpa batasan ras, agama, kelamin, profesi dan latar sosial apapun. Pejabat negara, politisi, akademisi dan preman pun boleh baca. 

Maklar anggaran juga boleh membaca tulisan saya. Termasuk bila ada wartawan palsu, kaki tangan pejabat, dan siapapun itu, boleh membaca tulisan saya. Tak ada larangan dan batasan. Justru bagus bila rajin membaca. Menambah kosa kata dan perspektif.  

Bahkan saya secara pribadi dihina dan dicaci maki pun karena tulisan saya atau setelah membaca tulisan saya, bagi saya itu sesuatu yang saya anggap biasa saja. Tak marah dan tak tersinggung sedikitpun. Malah bahagia. Tambah bahagia! 

Sebab saya percaya bahwa saya tak bertambah mulia karena dipuji orang, dan tak menjadi terhina karena dihina orang. Kemuliaan dan kehinaan itu tak bisa diukur oleh stigma satu kelompok orang, atau bahkan oleh seseorang yang punya sikap dan jiwa angkuh sekalipun.  

Di depan dan di belakang saya bersikap sama. Saya bukan tipe manusia hipokrit dan bermuka ganda. Tegas dalam bersikap dan tanpa sedikitpun ragu dan takut. Bagi saya itu adalah indikasi kewarasan. Saya tak sedikit berubah sikap. 

Tentu ada saja yang tersinggung, emosional, marah dan bisa jadi ada yang jadi sakit jantung karena tulisan saya. Bisa jadi. Itu sih urusan pembaca. Terserah. Itu selera masing-masing. Kalau tak mau begitu, untuk apa membaca tulisan saya? 

Ya bagi saya itu biasa saja, pembaca punya selera.  Justru teks itu akan teruji di ruang publik. Tapi teks punya makna tersendiri yang konteksnya beragam. Walau begitu, saya juga percaya bahwa pembaca adalah hakim sekaligus pembangkang terbaik dalam soal ini. 

Sekali lagi, fokus saya adalah hadir di ruang publik dengan tulisan apa adanya. Kalau sekadar anggota group (WhatsApp), misalnya, itu hanya ratusan orang. Sementara di luar sana ada banyak orang. Apakah gegara satu orang atau sekelompok orang tidak suka tulisan saya, lalu banyak orang di luar sana jadi ikutan tidak suka? 

Pembaca tulisan saya ada banyak. Latarnya beragam. Gelarnya beragam. Tulisan saya bukan saja buku tapi juga opini lepas. Dan tentu saja status facebook. Begitu juga di surat kabar, media online dan blog pribadi saya. Dan selainnya.  

Hari kemarin yang menelpon saya ada 4 orang. Pagi ini ada 3 orang. Semuanya seputar tulisan saya di facebook. Ada yang marah, ada yang bercanda. Dan malah ada juga yang ujung-ujungnya minta dikirimin buku. Ya bakal saya kirim. Orang mau membaca ya dikasih toh?  

Sikap saya tegas dan tidak akan berubah. Saya bukan tipe orang yang mudah diintervensi oleh siapapun dalam menulis. Itu dari dulu hingga detik ini. Bagi saya ini sikap dan pilihan hidup. Entah bagaimana nanti, yang pasti sampai detik ini sikap saya tetap seperti ini. Karena saya paham batasan. Bukan saja hukum tapi juga aspek lainnya. 

Sikap saya terukur, tulisan saya dalam batasan yang juga terukur. Semua bisa dinikmati bahkan dinilai pembaca. Tentu dalam bingkai seleranya masing-masing. Pemabuk sekalipun bisa membaca dan menilai tulisan saya. Ya mungkin jadinya terus mabuk-mabukan kali ya? 

Bagi pembaca yang mudah tersinggung, cepat emosi dan suka marah-marah, bagi saya itu sih urusan pembaca. Nikmati saja. Saya cuma bilang: Selamat membaca dan terima kasih banyak atas kesediaannya untuk menelisik satu persatu tulisan saya. 

Ada yang sampai baca detail per kata. Sampai tidak tidur malam. Sampai rela beli qouta lagi. Sampai menelisik teks dan konteksnya. Dibingkai framing tertentu. Dan semuanya luar biasa. Melakukannya secara serius. Hebat! 

Di atas segalanya, menulis itu adalah menikmati keramaian. Sesederhana itu. Akhirnya terima kasih untuk semua pembaca, termasuk bagi mereka yang tak suka dengan saya dan tulisan saya. Semuanya saya suka. Ya suka. Tulus dan apa adanya. (*)

* Judul tulisan 
MENULIS ITU MENIKMATI KERAMAIAN! 

Oleh: Syamsudin Kadir 
Penulis 25 Buku dan Ribuan Artikel Di Berbagai Media Massa dan Online 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Dr. Mu'tashim, Pendekar Hadits Lulusan Sudan Asal NTT

Belajar Sukses Kepada Dr. Verdi Yasin

BIARKAN SURAT KABAR JADI SAKSI!