GELOMBANG LITERASI DI PONDOK PESANTREN AL-MUQODDAS CIREBON
HARI ini Sabtu 16 Mei 2020 pukul 09.00-12.00 WIB saya didaulat menjadi fasilitator pada acara "Motivasi Kepenulisan" untuk kalangan Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Modern al-Muqoddas, Tukmudal, Cirebon-Jawa Barat.
Berita baiknya, pondok ini tidak meliburkan Santri dan Santriwatinya pada saat yang lain diliburkan. Walau begitu, siapapun tidak sembarangan bisa masuk ke pondok ini. Pintu gerbang dijaga ketat oleh satpam pondok. Sehingga lingkungan pondok bebas dari dugaan adanya Covid-19 yang bebberapa bulan ini menjadi momok yang menakutkan di seluruh dunia.
Pondok ini sendiri tergolong sangat baru. Berdiri sejak 2015 yang lalu. Walau begitu, namanya sudah tersebar ke mana-mana. Bukan saja di Cirebon dan Jawa Barat, tapi juga selainnya. Santri dan santriwatinya pun berasal dari berbagai kota atau daerah di Indonesia.
Tradisi berbahasa Arab dan Inggris merupakan tradisi unggulan di pondok yang diasuh oleh KH. Ahmad Aidin Tamim, S.Pd ini. Sehingga bisa dibilang santri dan santriwatinya lancar menggunakan kedua bahasa internasional tersebut. Hal ini akan dijadikan salah satu unggulan yang mesti diinternalisasi kepada para Santri dan Santriwati.
Saya sendiri baru pertama kali menginjakkan kaki di penjara suci, sebutan kalangan santri untuk pondok pesantren tempat mereka belajar, yang terletak di Tukmudal, Sumber, Cirebon-Jawa Barat ini. Padahal saya kerap lewat di jalan sekitaran pondok.
Walau begitu, Pondok al-Moqoddas, demikian ia akrab disebut oleh berbagai kalangan, sudah saya kenal sejak awal ia berdiri. Bagaimana pun pengasuhnya adalah tokoh yang tak asing bagi warga Cirebon bahkan Jawa Barat. Tradisi dan sistem pendidikan di dalamnya pun sama persis dengan yang berlaku di Pondok Pesantren Modern Darusalam Gontor, Ponorogo-Jawa Timur.
Beberapa waktu terakhir, para Santri dan Santriwati berikhtiar untuk membangun gelombang literasi dengan menekuni keterampilan menulis sebagai salah satu kompetensi strategis mereka dalam menghadapi berbagai kompleksitas masa depan, tentu dengan segala tantangan dan peluang yang ada di dalamnya.
"Para santri dan santriwati ini akan kita inspirasi dan motivasi agar menekuni dunia kepenulisan sebagai salah satu modal generasi terbaik untuk zamannya. Sebab mereka adalah generasi emas dan menjadi model bagi generasi setelah mereka. Ini pertaruhannya adalah nama dan harga diri al-Muqoddas", ungkap KH. Aidin dalam sambutannya.
"Bagaimana wajah al-Muqoddas ke depan sangat ditentukan generasi angkatan sekarang. Karena itu angkatan sekarang sangat spesial dan istimewa. Sehingga para Asatiz akan memperlakukan mereka sebagai generasi yang spesial dan istimewa pula", lanjutnya.
Pada acara yang dihadiri sekitar 75 santri dan santriwati ini saya dipandu oleh Ustaz Bagus, salah satu pembina santri di pondok. Diantara poin materi yang saya sampaikan yaitu spirit menulis, membangun mental menulis, modal menulis, teknik menemukan ide, teknik memperkaya gagasan, praktik menulis dan masih banyak lagi.
Menulis sendiri pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Apapun profesi dan latar sosial seseorang, pada dasarnya ia memiliki potensi tersendiri. Bahkan ia bisa menulis atau menghadirkan karya tulis yang layak dibaca oleh banyak orang, walaupun dia tidak berprofesi sebagai penulis.
Kuncinya adalah banyak membaca karya orang lain, banyak menulis dan banyak publikasi. Banyak membaca bakal menambah stok kosa kata dalam memori kita. Bila banyak menulis, maka kita bakal terbiasa menulis. Kalau sudah biasa bakal ketagihan. Lalu satu hal yang sangat penting adalah banyak publikasi. Publikasi adalah medan terbuka bagi kita untuk mendapat evaluasi, saran, kritik dan bimbingan dari banyak pembaca.
Dengan begitu, setiap kita mestinya memiliki media publikasi. Apapun jenisnya, itu bebas saja. Bisa Website dan Blog, bisa juga Instagram, Facebook juga WhatsApp. Atau bisa juga memanfaatkan media massa dan media online yang belakangan menjamur bagai jamur di musim hujan.
Di sela-sela penyampaian materi saya juga meminta para Santri dan Santriwati untuk langsung menulis alias praktik menulis. Dengan rumusan sarang laba-laba, mereka pun membuat tulisan sesuka mereka. Pokoknya mereka diminta menulis bebas dan merdeka.
Dari tulisan yang mereka buat seketika, sekitar 10 menit, saya berkesimpulan bahwa mereka sangat potensial menjadi penulis hebat dan membanggakan. Bukan saja bagi diri dan keluarga mereka, tapi juga bagi pondok dan masyarakat luas.
Dari tulisan-tulisan tersebut saya bisa mengklasifikasi tulisan mereka ke dalam bentuk atau jenis: opini, berita, cerita pendek atau cerpen, puisi, novel, renungan, kisah inspiratif, motivasi dan sebagainya.
Tapi ini baru pertemuan awal dan memang baru perkenalan awal dengan saya, bahkan dengan metode saya dalam menghadirkan tulisan yang layak dibaca dan dipublikasi ke khalayak luas. Ke depan, saya memohon agar acara serupa perlu dilanjutkan, sehingga materi saya bisa ditindaklanjut dalam praktik menulis secara langsung sesuai selera dan karakter atau kecenderungan para Santri dan Santriwati.
"Dengan menulis kita bisa mengatakan secara apa adanya bahwa Santri dan Santriwati juga bisa menulis hingga punya karya tulis yang bisa dibaca jutaan pembaca. Itu bisa jadi saksi bahwa al-Muqoddas hadir dengan cara yang berbeda namun bukan asal beda. Maka menulislah, nanti manfaatnya luar biasa. Mari hadirkan gelombang literasi di al-Muqoddas yang sama-sama kita banggakan ini", ungkap saya di sela-sela menyampaikan materi.
"Saya sangat percaya dan optimis bahwa di sini, di pondok ini, bakal terlahir para penulis hebat yang terkenal dan karyanya mendunia. Al-Muqoddas bakal menjadi laboratorium para penggiat pena atau literasi yang bermental pejuang. Gelombang literasi bakal mengisi setiap sudut al-Muqqodas di samping keunggulan bahasa Arab dan Inggrisnya", lanjut saya.
Mudah-mudahan acara semacam ini oleh pondok diprogram secara terjadwal. Sehingga materinya terpadu dan punya dampak jangka panjang. Minat dan bakat para santri dan santriwati pun mampu mewujud dalam bentuk karya tulis yang menggemakan dunia pelajar dan santri di Indonesia.
Di atas segalanya, menulis itu pada dasarnya bukan sekadar teori. Ia pada intinya adalah praktik. Setiap motivasi dan pengalaman siapapun yang kita dapatkan dari mereka yang menekuni dunia kepenulisan akan menjadi sesuatu dan bermakna bagi kita manakala kita praktikan. Ya manakala kita langsung praktik, lebih dari sekadar mendengar materi alias teori. Menulis dulu, menulis lagi dan menulis terus. Itu baru top dan luar biasa! (*)
* Judul Tulisan
GELOMBANG LITERASI DI PONDOK PESANTREN AL-MUQODDAS CIREBON
Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Merawat Mimpi, Meraih Sukses"


Komentar
Posting Komentar