TERIMA KASIH ALLAH, TERIMA KASIH ORANG-ORANG HEBAT! 

Terima kasih banyak kepada sahabat baikku Pak  Achyar Abdurrahman atau Nana Achyar yang begitu perhatian dan peduli kepadaku. Di tengah berbagai kesibukannya ia masih sempat mendengar dan membantu aku yang mendadak sakit.

Terima kasih banyak juga kepada sahabat baikku Mr. Asral yang dalam kondisi sibuk tapi masih bisa membantu banyak. Dari aku dalam kondisi yang mengkhawatirkan hingga saya bisa balik ke rumah lagi.

Tak lupa juga terima kasih banyak kepada Pak Sapari sang sopir grab yang telah bersabar dan tulus menghantar aku ke Puskesmas Talun, Klinik, Rumah Sakit Medi Mas dan ke Rumah Sakit Ceremai Kota Cirebon.

Terima kasih banyak pula kepada Para Dokter dan Perawat yang telah membantu aku. Aku semakin tersadarkan bahwa disiplin waktu dan pola hidup yang terjaga itu sangat penting dan mahal. Salah atau keliru dalam menjaga hal ini dampaknya bisa fatal alias nyawa melayang.

Dan terima kasih banyak kepada yang aku sayangi dan banggakan yaitu istriku Eni Suhaeni dan kedua anakku Azka Syakira juga Bukhari Muhtadin yang begitu telaten membantuku. Reaksi cepat dan tulus dari ketiganya membuat nyawaku masih bisa terjaga. Aku pun semakin tersadarkan bahwa mereka benar-benar pahlawan dalam kehidupanku.

Ya hari ini Sabtu 4 April 2020 sekitar pukul 12.15 WIB aku benar-benar menjadi bertambah yakin bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Kasih dan Maha Sayang. Tak disangka, tetiba aku mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Badan terasa melayang, tatapan mata gelap, dan serasa hendak dijemput ajal kematian.

Istri dan kedua anakku pun memijit kepala, kaki, tangan dan badanku. Mereka juga memberiku air minum yang cukup. Uniknya, aku seperti setengah sadar melihat dan merasakan apa yang mereka lakukan. Seperti aku benar-benar dijemput ajal.

Khawatir gimana-gimana istriku pun menghubungi Bang Muhamad Husen (Bang Uje), Pak Nana Achyar, Mr. Asral dan beberapa teman lainnya yang kira-kira bisa membantu. Termasuk menghubungi sopir grab, Pak Sapri, yang baru dikenal.

Dengan sikap sigap, mereka terutama sang sopir, Mr Asral, istri dan kedua anakku pun mengantar aku ke Puskesmas Talun. Karena sudah tutup, aku pun diantar ke Klinik terdekat. Di sini Dokter sudah pulang. Akhirnya aku diantar ke Rumah Sakit Medi Mas. Karena alat medis tak memungkinkan, aku pun langsung diantar ke Rumah Sakit Ciremai Kota Cirebon.

Di Ciremai aku diperiksa secara maraton oleh Para Dokter dan Perawat. Pada awalnya aku mengira kalau aku sudah kena Virus Corona atqu Covid-19. Bagaimana pun pada 21-26 Maret 2020 lalu aku ke Labuan Bajo, Manggarai Barat melalui Bandar Udara Soekarno Hatta. Mungkin saja selama perjalanan aku kena Virus ini.

Para Dokter dan Perawat pun memeriksa aku secara maraton dengan mengecek suhu tubuh, detak jantung, tensi darah, mata, leher, dada, perut, berat badan dan pokoknya hampir semua dicek. Mereka tentu lebih paham tentang kondisi aku.

Tak lama kemudian Dokter mendatangi aku dan mengajak aku bicara. Sang Dokter mengabarkan bahwa aku kelelahan. Karena aku memang tidak muntah, suhu tubuh normal, tensi darah juga normal, nafsu makan dan minum dalam kondisi normal. Bahkan kali ini aku bisa minum air 4 liter lebih.

Perawat pun memberi aku beberapa obat yang pada intinya untuk membantu daya tahan tubuh aku. Sembari itu Dokter dan Perawat meminta aku untuk beberapa waktu istirahat yang cukup dan tidak porsir tenaga dengan aktivitas yang menghabiskan banyak tenaga.

Memang belakangan ini aku banyak membaca buku, mendalami berbagai berita, nongkrong di depan laptop dan masih banyak lagi. Walau pun semuanya dilakukan di rumah, semuanya lumayan butuh tenaga banyak. Sebagaimana yang dikatakan istriku bahwa aku belum bisa menjaga jadwal istirahat.

Apapun itu, aku bersyukur kepada Allah, sebab ternyata tidak kenapa-kenapa. Tidak terkena Covid-19, tidak ada penyakit ini itu. Ternyata aku hanya kelelahan saja. Dan memang aku merasakan itu. 2 hari ini, tepatnya Jumat dan Sabtu ini aku full depan laptop dan handphon alias HP. Aku hanya tidur sekitar 2 jam lebih.

Terima kasih ya Allah, Engkau masih menyayangi dan memberi aku kesempatan untuk hidup. Padahal tadi aku sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Benar-benar serasa aku sudah tak hidup lagi. Sampai-sampai aku sudah memberi wejangan untuk istri dan kedua anakku.

Terima kasih juga kepada beberapa orang yang aku sebutkan di atas. Bagiku, mereka adalah orang-orang hebat. Semoga Allah membalas seluruh kebaikan dan memberkahi kehidupan mereka. Sungguh, Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Allah juga Maha Tahu dan Maha Melihat. Ia pasti membalas semua kebaikan itu dengan balasan terbaik.

Secara khusus, aku memohon maaf ke Bang Uje karena tadi istriku menghubungi Abang. Kebetulan HP-ku lagi tidak aktif. Jadi aku meminta istri untuk menghubungi Abang pakai HP-nya. Maaf Bang, tadi benar-benar darurat. Kebetulan istri dalam kondisi hamil tua atau menjelang 9 bulan, kemudian kedua anakku masih kecil. Khawatir gimana-gimana dengan kondisiku, istripun mengontak Abang. Karena keluargaku juga tinggalnya jauh dari rumah.

Tulisan ini sengaja aku buat, biar aku semakin tahu dan sadar diri. Kebetulan tadi setelah makan bubur, minum obat, shalat Magrib dan berbincang dengan istri dan kedua anakku, aku langsung tidur. Dan kini aku bangun tidur. Kebetulan istri dan kedua anakku lagi tidur kelelahan membantu dan mengurus aku sejak siang tadi. Daripada membangunkan atau mengganggu mereka, lebih baik aku menulis. Karena aku percaya bahwa menulis juga adalah obat. Minimal obat kesepian di tengah malam begini.

Di atas segalanya, aku memohon semoga Allah terus memberiku petunjuk agar terus menerus melakoni kehidupan ini dalam bingkai ridho dan berkah dari-Nya. Subhanallah, Alhamdulillah, Wallahu Akbar adalah kata yang layak aku dawamkan. Sehingga ke depan aku semakin menyadari bahwa kehidupan dunia ini adalah ladang amal dan hanya kehidupan sesaat, sementara akhirat adalah tempat memetik hasil juga kehidupan yang kekal. (*)

Sabtu, 4 April 2020
Pukul 22.55 WIB

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!