MENULIS MESTI JALAN TERUS!  

Bismillah. Ya, saya mesti mulai dengan Bismillah. Karena saya kelamaan mencari kata untuk memulai. Daripada bingung dan bengong, langsung aja menulis Bismillah. Karena dengan Bismillah semua hal diharapkan semakin mudah dilakukan dan tentu saja mendapatkan berkah dari-Nya.

Oke, sampai saat ini saya sadar betul bahwa saya belum menulis ide-ide besar atau konsep-konsep besar. Karena memang bukan pemilik ide besar dan bukan penulis besar. Bahkan memang bukan berprofesi sebagai penulis. Sebab saya sadar betul betapa banyak hal yang mesti dibaca, dipahami dan ditekuni secara sungguh-sungguh. Dan saya belum pada maqom itu.

Sementara ini saya masih menulis hal-hal sederhana alias remeh temeh. Sesuatu yang mungkin oleh kebanyakan orang dianggap tak penting. Saya menulis seputar hal-hal unik dan inspiratif di saat mengantar anak ke sekolah, di saat ke toko buku, di saat ke rumah keluarga, di saat bertemu tokoh, di saat menjadi narasumber talkshow dan di saat keluar kota.

Selain itu, di saat saya naik pesawat, di saat naik kreta api, di saat ada peristiwa sosial, di saat ada pertemuan banyak orang, di saat seorang tokoh meninggal dan hal lain yang memang saya anggap perlu dishare. Harapannya, ada manfaat yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan dan intinya bermanfaat bagi diri saya juga pembaca. Itu saja.

Namanya belajar menulis, tentu saja ada yang kurang tepat bahkan bisa jadi tak layak dipublikasi. Karena itu sangat terbuka ruang bagi kritik, saran dan nasehat dari siapapun di luar sana. Satu hal yang penting: saya terus tersemangati untuk menulis. Belajar dan belajar sampai titik darah penghabisan. Mantap dan ini yang bikin tambah heboh!

Adapun bila ada buku yang saya tulis atau yang sudah diterbitkan oleh penerbit, ribuan artikel yang dimuat di berbagai Koran, Majalah dan Media Online itu bonus sekaligus menjadi saksi gratis betapa saya sudah menulis. Bahwa saya telah dan akan terus menulis sesuatu yang saya suka. Hitung-hitung menambah motivasi, semangat dan percaya diri saya juga.

Ya, memang ada sekitar 25 buku yang pernah ditulis, termasuk yang terbaru buku: Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab (2016), Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa (2018), Merawat Mimpi Meraih Sukses (2018), Selamat Datang Di Manggarai Barat (2019), dan masih banyak lagi.

Kalau yang "Merawat Mimpi Meraih Sukses" itu merupakan kumpulan tulisan saya di blog khusus yang bertema how to atau motivasi dan sebagaianya, sementara kedua buku seputar pendidikan merupakan kumpulan tulisan saya di Koran Radar, Fajar, Kabar dan Rakyat Cirebon khususnya yang bertema pendidikan dan hal lain yang terkait. Kemudian yang "Selamat Datang Di Manggarai Barat" merupakan tulisanku bersama sahabat baik saya Pak Muhammad Achyar yang terbit dan dilaunching pada awal November 2019 lalu.

Salah satu buku yang dalam finalitas naskah adalah buku "Mencintai Politik". Buku ini merupakan kumpulan tulisan saya dan sahabat baik saya Pak Muhammad Achyar seputar sosial-politik, terutama dinamika sosial-politik menjelang Pilkada Serentak di Manggarai Barat atau Mabar yang menurut rencana KPU dan KPUD Mabar akan diselenggarakan pada 23 September 2020 mendatang. Semoga saja terlaksana sesuai rencana!

Tentu sebagai pemula dalam dunia kepenulisan, saya masih jauh dari mereka yang sudah melalang buana di dunia kepenulisan. Selain latar belakang yang memang bukan penulis, saya juga memang menulis sebagai proses belajar. Bagi saya, lebih baik memulai dan punya karya daripada saya berdiam diri sehingga tak punya karya.

Selain itu, meminjam ungkapan seorang teman, saya menulis hanya karena suka-suka. Kalau menurut seorang teman saya yang lain, saya menulis itu iseng aja. Dan semua itu benar. Apapun pandangan mereka, bagi saya yang penting saya menulis dan menulis. Bagaimanapun saya tak fokus pada komentar orang, saya hanya fokus pada karya saya. Ya pada produk tulisan yang layak dibaca, minimal oleh diri saya sendiri.

Niat besarnya sih Jihad Bil Qolam atau Jihad Bil Kitabah. Melawan keangkuhan dan kesombongan diri dengan tulisan sendiri. Itu ideal banget kan? Minimal jihad untuk menyadarkan diri betapa begitu banyak potensi diri yang Allah berikan, yang mesti dikelola dengan baik dan dimanfaatkan dengan baik pula.

Kemudian, selain pertanda syukur, ini juga akan mematangkan minat dan bakat dalam diri saya yang beberapa tahun terakhir sepertinya semakin tergila-gila dengan dunia kepenulisan. Tapi ini gilanya berbeda dari biasanya. Ini gila dalam bentuk lain. Gila dengan sebuah impian bahwa kelak karya tulis saya banyak dan bermanfaat bagi diri saya dan banyak orang.

Intinya sih saya baru belajar menulis. Di dunia kepenulisan saya masih pemula bahkan sangat mula. Baru mulai banget. Walau begitu, saya berikhtiar dan bakal terus belajar agar kelak saya sukses menghadirkan karya monumental dalam sejarah, minimal sejarahku sendiri.

Sebagai pemantik, saya berupaya agar setiap hari saya mesti menulis beberapa tulisan lepas saja. Kata seorang teman sih artikel lepas. Di mana dan kapan saja, saya berupaya untuk menulis. Engga kenal waktu khusus. Kalau lagi bete pun saya berupaya untuk menulis. Termasuk di saat menunggu badai Covid-19 seperti ini berlalu, saya berusaha untuk menulis.

Sembari menanti kritik, saran dan nasehat dari siapapun di luar sana, saya berharap semoga apa yang saya lakukan ini bisa menambah semangat saya dalam menulis dan sesekali menebar semangat juga kepada siapapun di luar sana untuk terus menulis dan menulis. Termasuk sebagai penulis pemula. Tulisan sederhana juga, itu tak soal. Asal semangat menulis terus menggebu. Dan ini yang penting: setiap waktu terisi aktivitas baik atau kebaikan.

Bagi yang penasaran dan ikutan gila seperti saya, saya sampaikan: selamat mencoba! Sebab mencoba atau memulai menulis itu bakal menjadi pemantik paling ampuh bagi hadirnya karya tulis yang layak dibaca. Minimal oleh mereka yang kita cinta. Istri, orangtua, adik, kakak, anak-anak dan semua yang mencintai Allah tanpa tapi. Atau bahkan oleh diri kita sendiri.

Untuk istri saya Eni Suhaeni dan ketiga anak saya: Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan Aisyah Humaira, semoga saja kalian ikutan gila dan tergoda untuk menulis. Belajar menulis dengan baik sekaligus belajar menulis kebaikan. Ya semoga setiap karya tulis merupakan bagian dari ikhtiar kebaikan yang Allah bimbing dan berkahi. Karena apapun kondisinya, termasuk di saat Covid-19 masih mewabah seperti ini, menulis mesti jalan terus! (*)

Gebang Udik,
Ahad 12 April 2020

* Judul tulisan
MENULIS MESTI JALAN TERUS!

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis 25 Buku dan Ribuan Artikel-Essay

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!