NANA ACHYAR, MILLENIAL YANG SIAP MAJU DI PILKADA MABAR 2020

PILKADA Serentak 23 September 2020 terhitung tak lama lagi, sekitar 7 bulan lagi. Ini adalah momentum bagi seluruh warga negara atau pemilih di 270 daerah (propinsi, kabupaten dan kota) yang mengikuti Pilkada Serentak di seluruh Indonesia untuk menentukan siapa yang akan memimpin daerahnya masing-masing untuk periode 2020-2024 mendatang.  

Manggarai Barat (Mabar) merupakan salah satu daerah dari sembilan daerah di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan melaksanakan Pilkada Serentak kali ini. Sebagaimana lumrahnya di momentum politik seperti Pilkada, para politisi teruatama mereka yang punya hasrat atau keinginan untuk mengambil bagian dalam proses ini muncul dengan berbagai polanya. 

Berbagai media praga pengenalan dan rencana program unggulan pun ditebar di mana-mana. Media massa, baik surat kabar maupun online pun turut memberitakan perihal fenomena ini, sehingga publik mendapatkan informasi yang minimal bisa mengenal siapa saja bakal calon pemimpin yang akan memimpin mereka kelak. Media sosial yang belakangan menjamur pun turut meramaikan, sehingga suasana menjelang Pilkada semakin ramai. 

Sebagai warga Mabar di tanah rantauan saya banyak catatan bila membincang perihal fenomena dan dinamika Pilkada Mabar kali ini. Namun salah satu yang cukup menggelitik adalah munculnya tokoh muda atau yang tergolong masih millenial dalam konfigurasi pencalonan Pilkada Mabar. Walau masih dalam posisi bakal calon, bagi saya munculnya tokoh muda yang tentu saja masih millenial dalam kompetisi politik, terutama Pilkada, adalah sesuatu yang layak diapresasi. 

Sebagai pemantik, saya perlu menjelaskan bahwa generasi millenial adalah istilah yang semakin “nge-tren” belakangan ini. Milenial sendiri dikenal sebagai Generasi Y. Gen-Y atau Generasi Langgas adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Memang banyak pendapat perihal batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. 

Sebagian berpendapat bahwa mereka adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1980 hingga 2004 yang kemudian diikuti oleh generasi Z yang lahir pasca tahun 2004 hingga saat ini. Pada periode ini, teknologi informasi mengalami perkembangan pesat dan ekspresi kebebasan, kreasi juga inovasi cenderung meningkat. 

PEW Research Center mendeskripsikan generasi millenial ini sebagai kelompok yang confident (percaya diri), conncted (terhubung), dan open to change (terbuka terhadap tantangan dan perubahan). Pendapat lain menjelaskan bahwa generasi ini juga akrab dengan sebutan sebagai generasi yang kreatif, sangat memperhatikan citra diri, haus perhatian, toleran dan mudah beradaptasi. Walau tak sepenuhnya demikian, namun secara umum generasi ini memiliki ciri semacam itu.  

Dalam perspektif PEW Research Center, millenial adalah istilah untuk generasi yang kelahiran kisaran tahun 1980-2000-an. Karakter generasi millenial sebagai “The Me Me Me Generation” bersifat individualistik, bergantung pada teknologi, bebas dalam bersikap, merdeka dalam menentukan pilihan, peduli, empati, dan familiar dengan media sosial. 

Para ahli dan peneliti lainnya biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran mereka. 

Dalam konteks Pilkada Mabar, utamanya dalam pemunculan tokoh yang digadang-gadang sebagai bakal calon yang ikut dalam Pilkada Mabar salah satu yang cukup menarik adalah Muhammad Achyar, yang oleh banyak kalangan akrab disapa Nana Achyar. 

Suami dari Agustine Davinta Rotua Sibrani (Vienta) dan Ayah dari Achta Shaquille Rahman (Acta) ini sendiri adalah tokoh muda asli Manggarai yang lahir di Ruteng pada 01 November 1981 dan kini berkarir sebagai pengacara dengan kantor pusat di ibukota Jakarta, di samping membangun unit usaha sebagai wujud ril bahwa dirinya adalah entrepreneur muda.  

Masa kecilnya ia habiskan di Reo dan Ruteng bersama Bapak, Mama dan keluarganya. Sementara masa remaja hingga dewasanya ia bergulat di ibukota Jakarta dan sekitarnya. Walau begitu, ia termasuk yang tetap bahkan sering pulang kampung halaman. Baik di Reo dan Ruteng, maupun di Labuan Bajo tempat keluarga besarnya berasal atau berdomisili. 

Dari sisi pendidikan formal, ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDI Cunca Lawir (lulus 1994), Sekolah Menengah Pertama di MTsN Reok (lulus 1997), Sekolah Menengah Atas di SMK Asisi Jakarta (lulus 2000) dan Perguruan Tinggi di STIH Jakarta (lulus 2004). 

Latar keluarganya beragam. Selain beragam profesi juga latar sosial. Ada yang menjadi pengacara dan pengusaha, ada juga yang jadi politisi dan pegawai di berbagai perkantoran. Kondisi dan latar belakang semacam ini membuat Nana Achyar mendapatkan pengalaman hidup yang kompleks. 

Pengalaman hidup yang kompleks semacam itu, terutama juga karena berpengalaman hidup di beberapa kota seperti Reo, Ruteng, Labuan Bajo, Semarang, Bogor dan Jakarta, membuat tokoh muda yang akrab dan pandai bergaul dengan semua kalangan ini semakin memiliki modal besar dalam berkarir.

Karena itu saya tak kaget bila namanya dikenal dan diperbincangkan banyak orang. Bukan saja di Labuan Bajo tapi juga di Desa atau Kampung-kampung di Mabar. Bahkan di tanah rantauan pun nama ini menjadi objek perbincangan. 

Niat baiknya untuk maju di Pilkada Mabar termasuk pilihan berani dan tentu layak kita apresiasi. Bukan saja karena ia sosok pengacara sukses dan entrepreneur muda yang juga sukses, tapi juga karena ia adalah satu-satunya kalangan millenial yang berani maju dalam pencalonan Pilkada Mabar kali ini. Usianya 39 tahun, memang asli atau benar-benar millenial. Spirit to your success my brother! (*)


* Judul Tulisan
NANA ACHYAR, MILLENIAL YANG SIAP MAJU DI PILKADA MABAR 2020 

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Mencintai Politik" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!