CORONA DAN CINTA KELUARGA

Beberapa bulan ini virus Corona atau Covid-19 menjadi sebuah nama yang heboh dan bikin momok semua orang. Virus yang pertama kali hadir dan menyebar di Wuhan, China ini bukan saja dinilai ganas tapi memang faktanya ganas. 

Sudah banyak yang menjadi korban. Ada yang sakit lalu sembuh. Ada juga yang sakit lalu meninggal dunia. Mereka yang terkena virus ini berasal dari beragam latar belakang. Dari warga biasa hingga orang yang punya jabatan penting. Bahkan pejabat negara, tokoh berpengaruh dan dokter pun menjadi korban. 

Di banyak negara, salah satu solusi pemerintah agar virus ini tidak menyebar adalah mengharuskan warganya untuk berdiam di rumah. Di Indonesia, karena tak biasa, solusi semacam ini dianggap oleh sebagian kalangan sebagai penghambat terlaksananya berbagai aktivitas. Bahkan tak sedikit yang bandel sehingga menolak solusi semacam ini.   

Sebagian kalangan lagi beranggapan bahwa berdiam di rumah mesti dilihat dari sisi yang positif. Ia jangan dianggap sebagai hukuman atau hinaan. Berdiam di rumah bisa dimanfaatkan untuk meneguhkan hubungan baik dengan sesama anggota keluarga. 

Bahkan ada yang berpendapat bahwa bisa jadi Allah memerintahkan Corona sebagai makhluk yang bikin polemik dalam kehidupan kita agar kita semakin akrab dan cinta dengan keluarga kita, terutama keluarga kecil kita. 

Apapun itu, setiap makhluk atau virus pun pasti punya tugas sendiri-sendiri. Corona yang kini yang namanya kerap disebut di berbagai momentum di banyak negara, termasuk di Indonesia, pasti punya tugas sendiri. Allah punya Kuasa tersendiri untuk menggerakkan makhluk-Nya termasuk Corona.  

Tugas kita sekarang adalah meyakini bahwa Corona adalah makhluk Allah. Ia bukan Allah tapi dicipta oleh Allah. Allah Maha Besar, Corona sangat kecil. Bila keganasan Corona membuat kita khawatir dengan keselamatan nyawa kita, itu sangat manusiawi. 

Tapi kita tak boleh kehilangan keyakinan awal bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Besar. Seganas apapun Corona, ia tetap makhluk Allah dengan tugasnya yang kepastiannya tidak kita ketahui. Itu biarkan menjadi urusan para ahli dan Corona itu sendiri. 

Nah adapun upaya antisipasi agar terhindar dari Corona dengan berdiam di rumah adalah upaya jenial. Selain untuk menghindar dari keganasan Corona, berdiam di rumah juga merupakan momentum bagi kita untuk semakin akrab dan mencintai keluarga kita. 

Dengan berdiam di rumah, membuat kita semakin mencintai antar sesama anggota keluarga kita. Suami kepada istrinya, istri kepada suaminya, orangtua kepada anaknya, dan begitu seeterusnya. Atau mungkin juga dengan orangtua kita sendiri. 

Bisa jadi selama ini kita tidak perhatian dengan anggota keluarga kita di rumah. Bisa jadi selama ini kita tak simpati dengan tetangga dekat rumah kita. Kini, ada momentumnya untuk perhatian dan peduli juga empati kepada sesama. Terutama kepada anggota keluarga kita di rumah. 

Jadi, mari manfaatkan momentum terbaik ini dengan cara terbaik. Mendugalah dengan dugaan positif. Mungkin sepintas, seruan untuk berdiam di rumah oleh pemerintah terasa berat. Namun percayalah hal ini ada manfaatnya. Termasuk dan terutama untuk melanggengkan cinta di keluarga kita. Semoga saja begitu! (*) 

30 Maret 2020


* Judul tulisan
CORONA DAN CINTA KELUARGA
"Melihat Corona dari Sisi yang lain"  

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Merawat Mimpi, Meraih Sukses" 

* Tulisan ini bisa dibaca juga di: 
https://arlisakadepolicnews.com/2020/03/30/opini-corona-dan-cinta-keluarga-melihat-corona-dari-sisi-yang-lain/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!