10 TAHUN MENULIS 23 BUKU

MENULIS adalah aktivitas yang cukup baru dalam perjalanan hidup saya. Keluarga saya juga tak ada yang jadi penulis dalam pengertian sebagai profesi. Tapi jangan salah, saya menulis bukan karena profesi. Bagi saya menulis ya menulis saja. 

Karena menulis bukan sebagai profesi, makanya saya menulis sebebasnya saja. Temanya pun beragam. Lagi-lagi sebebas atau sesukanya saya saja. Sehingga tidak ada buku saya yang membahas sesuatu secara utuh hingga tuntas. 

Hampir semua buku saya pun hanya antologi atau kumpulan berbagai tulisan pendek saya yang rerata pernah dimuat di berbagai surat kabar, online dan blog pripadi saya. Temanya pun sangat beragam. Dari sosial-politik, pendidikan, keislaman, motivasi, destinasi wisata, cinta, dan masih banyak lagi. 

Setelah tuntas menulis 23 buku, saya lumayan lelah. Tapi saya tak mau kalah oleh lelah. Saya sendiri sudah menulis buku selama 10 tahun. Kebetulan 8 Agustus 2020 nanti tepat 10 tahun saya menulis buku dan usia saya genap 37 tahun. Belum seberapa memang tapi ini sedikit bisa menghibur diri. 

Bersyukur kepada Allah atas semua kesempatan dan upaya serta karya yang tak seberapa ini. Terima kasih banyak kepada keluarga dan pembaca yang telah mendoakan dan membaca semua karya tulis terutama buku saya selama ini. 

Kalau Allah masih mengizinkan dan keluarga juga pembaca masih mendoakan sekaligus mendukung, saya ingin di setiap bulannya saya bisa menulis dan menerbitkan buku. Misalnya, setiap tanggal 1 buku saya terbit. 

Sebetulnya naskah buku saya sangat banyak. Sudah ada ratusan. Temanya pun cukup beragam. Dari yang agak serius sampai yang santai-santai saja. Dari yang bikin kening mengkerut hingga yang membuat tertawa berbahak-bahak. 

Kendalanya satu saja. Yaitu biaya cetak buku. Karena sebagian besar buku saya dicetak sendiri. Selain mengandalkan nama penerbitan buku sendiri, juga percetakan teman yang turut bekerjasama dengan saya selama ini. 

Jujur saja, kalau saya punya modal usaha yang cukup, buku saya mungkin sudah ratusan yang sudah terbit. Kalau saja ada modal usaha atau sekadar biaya cetak, misalnya, Rp 100 juta atau 150 juta saja, maka saya langsung fokus menerbitkan naskah saya menjadi buku. Minimal belasan buku baru. 

Kalau itu yang terjadi, saya yakin buku saya jauh lebih banyak dari sekarang. Tapi pelan-pelan saja. Saya sangat yakin, suatu saat pasti Allah membuka jalan terbaik. Dan, pasti ada yang bersedia bekerjasama dengan saya, termasuk investasi uang untuk minimal biaya cetak buku. Saya sangat optimis dan percaya itu. 

Salah satu prioritas saya bila buku-buku saya terbit dan ada keuntungan lebih adalah membiayai pengobatan Ayah (Pua) saya yang sudah mengalami sakit stroke selama 10 tahun lebih. Saya sangat yakin beliau bakal semakin sehat. Sebab dari dulu hingga sekarang sudah banyak perubahan. Intinya tinggal pemulihan saja. 

Di samping itu, tentu untuk melanjutkan pendidikan yang memang menjadi fokus saya selama ini. Bagi saya, pendidikan memang bukan soal jenjang. Namun menempuh jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga Doktoral (S3) itu keniscayaan. Allah Maha Kaya dan Maha Tahu. Biarkan Allah yang membimbing dan mewujudkan semuanya. Semoga! (*)


* Judul tulisan: 
10 TAHUN MENULIS 23 BUKU
"Butuh Modal Rp 100-150 juta untuk Menerbitkan Belasan Buku Baru" 

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis 23 buku selama 10 tahun dan warga kampung Cereng, Desa Golo Sengang, Kec. Sano Nggoang, Mabar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!