PAN DAN PDIP BAKAL BERKOALISI LAGI DI PILKADA MABAR?
Saya tak mau berteori panjang-lebar. Sebab saya bukan akademisi bidang ilmu politik dan bukan pemain politik. Bahkan bukan konsultan politik. Saya hanya warga biasa yang berasal dari kampung yang jauh dari sentuhan listrik, tak tersentuh aspal, dan tak punya air PDAM. Yaitu Kampung Cereng, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat atau Mabar.
Sebagai orang kampung saya hanya hendak berpendapat bahwa untuk Pilkada Manggarai Barat atau Mabar pada 23 September 2020 nanti saya menduga dengan kuat bahwa PAN dan PDIP tak bakal berani mencalonkan kadernya masing-masing dalam satu paket pencalonan.
Sebab risikonya besar dan bisa-bisa kalah telak. Sebab tak ada tokoh PAN Mabar yang benar-benar punya basis massa yang benar-benar mayoritas. PDIP juga begitu. Tak ada tokoh PDIP yang benar-benar punya basis massa yang benar-benar mayoritas.
Karenanya, saya kira PAN dan PDIP sangat berhati-hati dalam memenangkan Pilkada Mabar 2020 ini. Karena mereka pemenang Pilkada Mabar 2015 silam. Bahkan PAN sudah menjadi pemenang Pilkada 2 kali.
Tak mungkin PAN tak menyusun langkah dan strategi jitu. Ia pasti jeli membaca situasi dan dinamika serta peluang politik. PDIP juga begitu, tak mungkin PDIP gegabah dalam membaca dan melangkah dalam politik Mabar.
Lebih jauh, saya sangat percaya PAN bakal berkoalisi dengan partai lain. Termasuk berkoalisi dengan PDIP. PDIP juga begitu, ia bakal berkoalisi dengan partai lain. Termasuk dengan PAN. Bahkan dugaan saya, kedua partai ini bakal saling meminang tokoh atau kader.
Ya, PAN kemungkinan besar bakal berkoalisi dengan PDIP, dengan formula, misalnya, E1-nya PDIP dan E2-nya PAN. Atau bisa juga sebaliknya. Itu tergantung kesepakatan dan hasil telisikan mereka dalam membaca dinamika dan politik Mabar akhir-akhir ini.
Pertanyaannya sekarang dan tentu saja jawabannya ditunggu-tunggu oleh publik Mabar adalah siapa yang diusung oleh PAN dan siapa yang diusung oleh PDIP dalam Pilkada kali ini? Lalu, apakah PAN dan PDIP masih menggunakan formula lama atau segera merombak pola dengan menggunakan formula baru?
Sembari menanti jawaban atas pertanyaan tersebut, kita pun memang akhir-akhir ini masih dihantui oleh pertanyaan ini: apakah PAN dan PDIP kembali berkoalisi di Pilkada Mabar 2020? Ya, kita tunggu saja kejutannya. Sebab dalam kejutan itulah kita bakal menemukan pemantik untuk menjawab pertanyaan di atas dan serupanya secara kontekstual. Dan saya kira kejutan itu lebih seru.
Sekadar sebagai pemantik lanjutan telisikan ini, saya perlu sampaikan bahwa diantara titik temu dan titik potensial PAN dan PDIP yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
Pertama, keduanya merupakan partai yang memiliki tokoh panutan yang punya basis massa kultural yang kuat. Ibu Megawati dan Pak Amin Rais adalah dua tokoh yang masih punya pengaruh besar di masing-masing partai tersebut.
Kedua, keduanya punya basis massa kader yang solid, militan dan bisa digerakkan oleh mesin partai masing-masing. Massa partai ini cukup memiliki loyalitas terhadap partai. Konon keduanya punya sistem kaderisasi yang kuat selain Golkar dan PKS.
Ketiga, keduanya pernah berkoalisi pada Pilkada sebelumnya (2015) dan paket pasangan usungan keduanya menang. Pengalaman semacam ini tentu bakal menjadi modal sekaligus energi tersendiri.
Keempat, tokoh atau kader-kader kedua partai ini cukup relatif dikenal di Mabar. Bukan saja di kalangan elite tapi juga di basis massa juga warga masyarakat umumnya. Mungkin ada satu atau dua simpul yang tak kenal, itu biasa saja. Itu bisa diselesaikan nanti pasca disepakatinya pasangan usungan koalisi.
Kelima, selama ini, paling tidak sejauh telisikan saya, lagi-lagi yang hanya orang kampung, hanya PAN dan PDIP-lah yang belum terdengar adanya deklarasi pencalonan secara terbuka dalam paketan dan atau dalam formula paket pasangan bakal calon.
Walau begitu, kedua partai, sekali lagi, sangat berpengalaman dalam berkoalisi untuk mengusung paket pasangan calon peserta Pilkada di Mabar. Dalam politik, memulai sesuatu yang baru bukan sesuatu yang salah. Melanjutkan yang sudah dan pernah dimulai pun justru lebih baik.
Kelima hal di atas adalah modal dan potensi penting yang dimiliki oleh kedua partai ini. Kalau PAN dan PDIP mampu mendayagunakannya secara cerdas dan kreatif, maka Pilkada Mabar yang segera menjelang bakal seru.
Sebab beberapa waktu terakhir, berbagai partai atau minimal tokoh partai beberapa partai sudah mulai memasangkan tokohnya dengan tokoh lain dengan dan dalam paket pasangan bakal calon masing-masing.
Walau sempat ada yang melakukan deklarasi berpasangan dan bersatu dalam paket usungan lalu belakangan cerai alias bubar, pada faktanya sudah ada beberapa bakal calon yang sudah mendeklarasikan pasangan paketannya.
Walau belakangan PDIP sudah mendeklarasikan pencalonan kadernya dalam satu paketan, saya sangat yakin itu hanya upaya PDIP dalam mengkonsolidasikan internal partainya. Mereka punya bacaan dan strategi politik yang cantik. Itu menurut bacaan saya yang bukan kader partai dan bukan konsultan politik.
Jadi, setelisikan saya yang bisa jadi sangat dangkal dan terkesan tak berdasar, bila partai lain sudah deklarasi pasangan bakal calon, sejatinya yang belum deklarasi pasangan bakal calon, sekali lagi, bisa dibilang hanya PAN dan PDIP.
Pembisik atau tim sukses masing-masing bakal calon atau tokoh masing-masing sangat berperan dalam konteks ini. Bila mereka mampu menjembatani formula ini maka saya yakin PAN dan PDIP bakal kembali memenangkan pertarungan politik di Mabar pada September nanti.
Jadi, apakah PAN dan PDIP kembali berkoalisi di Pilkada Mabar 2020 ini? Entahlah. Saya tak tahu kepastiannya. Saya hanya menduga keduanya bakal berloalisi. Tentu dugaan orang kampung ala saya ini jangan dibandingkan dengan nalar dan teori ilmiah atau survei politik. Saya hanya membaca sepintas. Jadi jangan dianggap benar-benar serius. Kalau tepat, ya bagus. Kalau tidak, tak mengapa. Namanya juga analisa orang kampung! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Mencintai Politik"
Sebagai orang kampung saya hanya hendak berpendapat bahwa untuk Pilkada Manggarai Barat atau Mabar pada 23 September 2020 nanti saya menduga dengan kuat bahwa PAN dan PDIP tak bakal berani mencalonkan kadernya masing-masing dalam satu paket pencalonan.
Sebab risikonya besar dan bisa-bisa kalah telak. Sebab tak ada tokoh PAN Mabar yang benar-benar punya basis massa yang benar-benar mayoritas. PDIP juga begitu. Tak ada tokoh PDIP yang benar-benar punya basis massa yang benar-benar mayoritas.
Karenanya, saya kira PAN dan PDIP sangat berhati-hati dalam memenangkan Pilkada Mabar 2020 ini. Karena mereka pemenang Pilkada Mabar 2015 silam. Bahkan PAN sudah menjadi pemenang Pilkada 2 kali.
Tak mungkin PAN tak menyusun langkah dan strategi jitu. Ia pasti jeli membaca situasi dan dinamika serta peluang politik. PDIP juga begitu, tak mungkin PDIP gegabah dalam membaca dan melangkah dalam politik Mabar.
Lebih jauh, saya sangat percaya PAN bakal berkoalisi dengan partai lain. Termasuk berkoalisi dengan PDIP. PDIP juga begitu, ia bakal berkoalisi dengan partai lain. Termasuk dengan PAN. Bahkan dugaan saya, kedua partai ini bakal saling meminang tokoh atau kader.
Ya, PAN kemungkinan besar bakal berkoalisi dengan PDIP, dengan formula, misalnya, E1-nya PDIP dan E2-nya PAN. Atau bisa juga sebaliknya. Itu tergantung kesepakatan dan hasil telisikan mereka dalam membaca dinamika dan politik Mabar akhir-akhir ini.
Pertanyaannya sekarang dan tentu saja jawabannya ditunggu-tunggu oleh publik Mabar adalah siapa yang diusung oleh PAN dan siapa yang diusung oleh PDIP dalam Pilkada kali ini? Lalu, apakah PAN dan PDIP masih menggunakan formula lama atau segera merombak pola dengan menggunakan formula baru?
Sembari menanti jawaban atas pertanyaan tersebut, kita pun memang akhir-akhir ini masih dihantui oleh pertanyaan ini: apakah PAN dan PDIP kembali berkoalisi di Pilkada Mabar 2020? Ya, kita tunggu saja kejutannya. Sebab dalam kejutan itulah kita bakal menemukan pemantik untuk menjawab pertanyaan di atas dan serupanya secara kontekstual. Dan saya kira kejutan itu lebih seru.
Sekadar sebagai pemantik lanjutan telisikan ini, saya perlu sampaikan bahwa diantara titik temu dan titik potensial PAN dan PDIP yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
Pertama, keduanya merupakan partai yang memiliki tokoh panutan yang punya basis massa kultural yang kuat. Ibu Megawati dan Pak Amin Rais adalah dua tokoh yang masih punya pengaruh besar di masing-masing partai tersebut.
Kedua, keduanya punya basis massa kader yang solid, militan dan bisa digerakkan oleh mesin partai masing-masing. Massa partai ini cukup memiliki loyalitas terhadap partai. Konon keduanya punya sistem kaderisasi yang kuat selain Golkar dan PKS.
Ketiga, keduanya pernah berkoalisi pada Pilkada sebelumnya (2015) dan paket pasangan usungan keduanya menang. Pengalaman semacam ini tentu bakal menjadi modal sekaligus energi tersendiri.
Keempat, tokoh atau kader-kader kedua partai ini cukup relatif dikenal di Mabar. Bukan saja di kalangan elite tapi juga di basis massa juga warga masyarakat umumnya. Mungkin ada satu atau dua simpul yang tak kenal, itu biasa saja. Itu bisa diselesaikan nanti pasca disepakatinya pasangan usungan koalisi.
Kelima, selama ini, paling tidak sejauh telisikan saya, lagi-lagi yang hanya orang kampung, hanya PAN dan PDIP-lah yang belum terdengar adanya deklarasi pencalonan secara terbuka dalam paketan dan atau dalam formula paket pasangan bakal calon.
Walau begitu, kedua partai, sekali lagi, sangat berpengalaman dalam berkoalisi untuk mengusung paket pasangan calon peserta Pilkada di Mabar. Dalam politik, memulai sesuatu yang baru bukan sesuatu yang salah. Melanjutkan yang sudah dan pernah dimulai pun justru lebih baik.
Kelima hal di atas adalah modal dan potensi penting yang dimiliki oleh kedua partai ini. Kalau PAN dan PDIP mampu mendayagunakannya secara cerdas dan kreatif, maka Pilkada Mabar yang segera menjelang bakal seru.
Sebab beberapa waktu terakhir, berbagai partai atau minimal tokoh partai beberapa partai sudah mulai memasangkan tokohnya dengan tokoh lain dengan dan dalam paket pasangan bakal calon masing-masing.
Walau sempat ada yang melakukan deklarasi berpasangan dan bersatu dalam paket usungan lalu belakangan cerai alias bubar, pada faktanya sudah ada beberapa bakal calon yang sudah mendeklarasikan pasangan paketannya.
Walau belakangan PDIP sudah mendeklarasikan pencalonan kadernya dalam satu paketan, saya sangat yakin itu hanya upaya PDIP dalam mengkonsolidasikan internal partainya. Mereka punya bacaan dan strategi politik yang cantik. Itu menurut bacaan saya yang bukan kader partai dan bukan konsultan politik.
Jadi, setelisikan saya yang bisa jadi sangat dangkal dan terkesan tak berdasar, bila partai lain sudah deklarasi pasangan bakal calon, sejatinya yang belum deklarasi pasangan bakal calon, sekali lagi, bisa dibilang hanya PAN dan PDIP.
Pembisik atau tim sukses masing-masing bakal calon atau tokoh masing-masing sangat berperan dalam konteks ini. Bila mereka mampu menjembatani formula ini maka saya yakin PAN dan PDIP bakal kembali memenangkan pertarungan politik di Mabar pada September nanti.
Jadi, apakah PAN dan PDIP kembali berkoalisi di Pilkada Mabar 2020 ini? Entahlah. Saya tak tahu kepastiannya. Saya hanya menduga keduanya bakal berloalisi. Tentu dugaan orang kampung ala saya ini jangan dibandingkan dengan nalar dan teori ilmiah atau survei politik. Saya hanya membaca sepintas. Jadi jangan dianggap benar-benar serius. Kalau tepat, ya bagus. Kalau tidak, tak mengapa. Namanya juga analisa orang kampung! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Mencintai Politik"

Komentar
Posting Komentar