MUHAMMAD ACHYAR HADIR UNTUK MEMIMPIN MABAR

Pemimpin artinya pelayan publik. Memimpin artinya melayani publik. Bila seseorang menjadi pemimpin itu artinya ia mesti memimpin untuk melayani publik. Fokus pemimpin adalah melayani publik, bukan dilayani publik.

Pemimpin mesti bermental transformatif. Ia selalu menginginkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan saja bagi rakyatnya tapi juga bagi daerahnya. Ia tak suka pada stagnasi. Ia selalu gelisah manakala rakyatnya belum sejahtera.

Pemimpin yang baik memang mesti berkarakter pelayan. Ia fokus melayani kebutuhan dan mewujudkan kehendak rakyatnya. Ia pun, lagi-lagi, mesti berani melakukan transformasi. Ia mesti berkomitmen total memberikan-mengabdikan diri kepada rakyat yang pimpinnya.

Bagi pemimpin yang punya karakter pelayan, politik adalah kerja bagi kebaikan dan kesejahteraan banyak orang. Baginya, sekali lagi, memimpin berarti melayani. Dan karena itu baginya politik merupakan sarana untuk bekerja melayani rakyat.

Berpolitik pun bermakna mendengar suara rakyat dan menemukan solusi masalah mereka serta melayani atau memenuhi kebutuhannya. Berpolitik berarti juga mendengar seluruh keluhan dan masukan dari manapun. 

Manggarai Barat atau Mabar membutuhkan sosok pemimpin berkarakter dan berjiwa pelayan. Ia mesti cerdas agar mampu memahami masalah dan kebutuhan rakyatnya. Ia mesti energik agar ia responsif dan progresif menyelesaikan masalah sekaligus mengaksikan pembangunan.

Selain itu, ia juga mesti punya jaringan yang luas agar ia tak gagap dengan kondisi yang ada. Ia selalu menemukan jalan keluar bagi terwujudnya perubahan. Ia bernyawa kreatif dan inovatif. Ia tak boleh kalah oleh masalah. Sebab ia mesti menuntaskan masalah-masalah.

Ia juga mesti siap dikritik. Baginya, mendengar kritik adalah kebutuhan kepemimpinan. Sebab suara kritik tak melulu soal benci pada pemimpin atau tindakan kepemimpinannya. Suara kritik malah kerap suara jujur dan tulus yang akan mengabarkan kelemahan yang perlu diperbaiki. Dan ini yang paling penting lagi, kritik adalah suara para pecinta sang pemimpin. Sebab mereka tak sudi pemimpinnya jatuh pada kegagalan, maka mereka pun mengkritiknya. 

Masih adakah pemimpin itu untuk Mabar? Apakah sosok semacam itu masih bisa ditemukan di Mabar? Apakah rahim partai politik masih bersedia melahirkan sosok langka semacam itu? Apakah kita tak berupaya untuk menemukannya? Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.

Pilkada adalah momentum memilih pemimpin. Ia adalah medan seleksi bagi rakyat Mabar akan pemimpinnya. Pak Muhammad Achyar atau kerap disapa Nana Achyar adalah sosok pembelajar. Ia memang bukan politisi kawakan. Tapi ia adalah sosok muda yang energik dan cerdas. Ia juga punya kemauan yang kuat dan memiliki jaringan yang luas. Ia juga pandai bergaul dengan semua kalangan lintas latar bekakang.

Modal seperti itu sudah ia miliki untuk memimpin Mabar ke depan. Bila kita menginginkan Mabar semakin maju, maka kuncinya adalah pemimpinnya. Nana Achyar memahami bahwa kunci pembangunan Mabar adalah Desanya. Bila Desanya dibenahi maka Mabar pun bakal terbenah. Nana Achyar datang dan mau ikut Pilkada Mabar karena punya mimpi besar: Membangun Mabar Dari Desa.

Pilkada ini adalah momentumnya. Salah menentukan pilihan akan membuat kita terus terjebak pada kesalahan itu. Sekali lagi, Nana Achyar hadir untuk kita, untuk kemajuan Desa sebagai model pembangunan daerah. Bila Desanya maju maka Mabar pun bakal semakin maju. Maju Desanya, maju Mabarnya! (*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Datang Dr. Mu'tashim, Pendekar Hadits Lulusan Sudan Asal NTT

Belajar Sukses Kepada Dr. Verdi Yasin

BIARKAN SURAT KABAR JADI SAKSI!