MEMBACA HAJI ABDUL AZIS
Alhamdulillah kali ini saya bersua atau satu forum dengan Bapak H. Abdul Azis di sebuah forum di Jogjakarta. Acara yang berlangsung dua hari Sabtu-Ahad 8-9 Februari 2020 ini membincang masa depan Manggarai Barat atau Mabar, salah satunya soal Pilkada Mabar 2020.
Tema selengkapnya, "Silaturahim Tokoh Muslim Manggarai Barat Dalam Rangka Konsolidasi Umat Menuju Pilkada Manggarai Barat 2020", dan diselenggakan oleh Ikatan Keluarga Muslim Manggarai Barat Yogjakarta (IKMUMABAYO), menghadirkan tokoh muslim Mabar rantauan lintas profesi dan latar belakang.
Saya sendiri tak mengenal begitu dekat dengan H. Abdul Azis. Melihat wajah dan berjabat tangan secara langsung pun baru kali. Walau begitu, nama beliau saya kenal sejak belasan tahun lalu hingga kini. Karena memang beliau cukup populer. Di kampung-kampung di Mabar, namanya kerap disebut alias dikenal.
Walau dalam kompetisi Pilkada di Mabar sempat belum terpilih, bahkan 2 kali tak terpilih, saya melihat beliau punya keseriusan di jalur politik. Saya sangat salut dengan kesungguhannya dalam ranah politik, termasuk dalam Pilkada 2020 ini.
Pada forum kali ini saya dan beliau punya pandangan yang sedikit-banyak sama. Kecuali beberapa soal yang selama ini memang menjadi poin kritik saya kepada politisi dan tokoh muslim di Mabar. Tapi semangat dan diksinya dalam menyampaikan pendapat cukup bisa dimengerti.
Beliau sendiri membaca politik dari sisi beliau sebagai pelaku politik praktis. Karena beliau memang politisi tulen. Bahkan sudah bergulat selama belasan tahun lamanya. Sementara saya hanya pendengar yang kerap menelisik politik dari sudut non politisi. Dan saya sama sekali bukan politisi. Bukan pula konsultan politik. Titik bedanya tentu sangat jelas.
Tapi berbeda tak membuat kami lengah. Selera politik yang berbeda pun tak membuat kami terjebak debat. Karena setiap sikap dan selera punya basis argumentasinya. Tak ada ruang tertutup untuk berbeda di sini. Semuanya sangat mungkin untuk berbeda. Terbuka begitu lebar.
Saya melihat beliau cukup objektif dalam memahami sesuatu. Termasuk terkait dinamika dan femomena politik Mabar sejak awal terbentuk hingga kini. Terutama dalam kontestasi Pileg. Ditambah lagi dengan Pilkada Mabar 2020 ini.
Beliau sendiri telah berulangkali menyatakan kesungguhannya untuk menjaga kebersamaan lebih dari segalanya. Beliau tentu kerap dikritik oleh siapapun di luar sana. Bukan saja dari aspek perjalanan karirnya di jalur politik, tapi juga soal pola komunikasi dengan beberapa tokoh dan elemen lainnya.
Bagi saya ada yang menarik, bagi politisi yang pernah bergulat di PBB dan PAN ini, silaturahim itu segalanya. Karena nilai silaturahim lebih utama dari segalanya. Keragaman pandangan, termasuk soal dinamika dan fenomena politik adalah kekayaan. Tak terkecuali di Mabar.
Satu hal yang paling unik lagi, beliau menyebut nama saya dalam forum ini sebanyak 15 kali. Menyebut Pak Syamsudin Kadir sebanyak 8 kali, menyebut Pak Syamsudin sebanyak 3 kali dan menyebut Pak Kadir sebanyak 4 kali.
Sebagai pendengar dan penelisik tokoh politik, saya tak memahami maksud beliau. Tapi kalau meminjam nalar seorang Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI), Bang Efendi Gazali, penyebutan berulang-ulang secara positif menunjukan respek, kesenangan, keakraban dan objektifitas.
Dalam konteks pertemuan kali ini, semoga saja Pak H. Abdul Azis masuk kategori itu. Terutama lagi karena ternyata beliau termasuk politisi yang cukup rajin membaca tulisan-tulisan saya di berbagai media, terutama media online. Jadi mungkin ada wajarnya.
Saya tentu sangat berharap agar kritikan dan saran beliau kepada saya kelak datang juga. Saya butuh itu. Agar tulisan-tulisan saya ke depan lebih bergizi dan gurih untuk dinikmati oleh siapapun pembacanya, termasuk Pak. H. Abdul Azis.
Di atas segalanya, mohon maaf bila selama acara ini dan di lain kesempatan saya punya kata dan sikap yang tak pantas ya Pak Haji. Walau pun seingat saya, saya belum pernah menyatakan yang tidak-tidak kepada Pak Haji. Semoga saja begitu.
Akhirnya, terima kasih banyak Pak H. Abdul Azis atas semua sepak terjangnya selama ini di jalur politik. Termasuk berbagai informasi perihal dinamika dan fenomena politik, lebih khusus Pilkada Mabar 2020 ini. Semoga komunikasi dan silaturahim kita tetap terjaga, abadi atau selamanya! (*)
Jogjakarta,
Ahad 9 Februari 2020
Judul asli:
MEMBACA HAJI ABDUL AZIS
"Sekadar Catatan Kecil"
Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis 23 Buku dan ratusan opini di berbagai media massa
Tema selengkapnya, "Silaturahim Tokoh Muslim Manggarai Barat Dalam Rangka Konsolidasi Umat Menuju Pilkada Manggarai Barat 2020", dan diselenggakan oleh Ikatan Keluarga Muslim Manggarai Barat Yogjakarta (IKMUMABAYO), menghadirkan tokoh muslim Mabar rantauan lintas profesi dan latar belakang.
Saya sendiri tak mengenal begitu dekat dengan H. Abdul Azis. Melihat wajah dan berjabat tangan secara langsung pun baru kali. Walau begitu, nama beliau saya kenal sejak belasan tahun lalu hingga kini. Karena memang beliau cukup populer. Di kampung-kampung di Mabar, namanya kerap disebut alias dikenal.
Walau dalam kompetisi Pilkada di Mabar sempat belum terpilih, bahkan 2 kali tak terpilih, saya melihat beliau punya keseriusan di jalur politik. Saya sangat salut dengan kesungguhannya dalam ranah politik, termasuk dalam Pilkada 2020 ini.
Pada forum kali ini saya dan beliau punya pandangan yang sedikit-banyak sama. Kecuali beberapa soal yang selama ini memang menjadi poin kritik saya kepada politisi dan tokoh muslim di Mabar. Tapi semangat dan diksinya dalam menyampaikan pendapat cukup bisa dimengerti.
Beliau sendiri membaca politik dari sisi beliau sebagai pelaku politik praktis. Karena beliau memang politisi tulen. Bahkan sudah bergulat selama belasan tahun lamanya. Sementara saya hanya pendengar yang kerap menelisik politik dari sudut non politisi. Dan saya sama sekali bukan politisi. Bukan pula konsultan politik. Titik bedanya tentu sangat jelas.
Tapi berbeda tak membuat kami lengah. Selera politik yang berbeda pun tak membuat kami terjebak debat. Karena setiap sikap dan selera punya basis argumentasinya. Tak ada ruang tertutup untuk berbeda di sini. Semuanya sangat mungkin untuk berbeda. Terbuka begitu lebar.
Saya melihat beliau cukup objektif dalam memahami sesuatu. Termasuk terkait dinamika dan femomena politik Mabar sejak awal terbentuk hingga kini. Terutama dalam kontestasi Pileg. Ditambah lagi dengan Pilkada Mabar 2020 ini.
Beliau sendiri telah berulangkali menyatakan kesungguhannya untuk menjaga kebersamaan lebih dari segalanya. Beliau tentu kerap dikritik oleh siapapun di luar sana. Bukan saja dari aspek perjalanan karirnya di jalur politik, tapi juga soal pola komunikasi dengan beberapa tokoh dan elemen lainnya.
Bagi saya ada yang menarik, bagi politisi yang pernah bergulat di PBB dan PAN ini, silaturahim itu segalanya. Karena nilai silaturahim lebih utama dari segalanya. Keragaman pandangan, termasuk soal dinamika dan fenomena politik adalah kekayaan. Tak terkecuali di Mabar.
Satu hal yang paling unik lagi, beliau menyebut nama saya dalam forum ini sebanyak 15 kali. Menyebut Pak Syamsudin Kadir sebanyak 8 kali, menyebut Pak Syamsudin sebanyak 3 kali dan menyebut Pak Kadir sebanyak 4 kali.
Sebagai pendengar dan penelisik tokoh politik, saya tak memahami maksud beliau. Tapi kalau meminjam nalar seorang Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI), Bang Efendi Gazali, penyebutan berulang-ulang secara positif menunjukan respek, kesenangan, keakraban dan objektifitas.
Dalam konteks pertemuan kali ini, semoga saja Pak H. Abdul Azis masuk kategori itu. Terutama lagi karena ternyata beliau termasuk politisi yang cukup rajin membaca tulisan-tulisan saya di berbagai media, terutama media online. Jadi mungkin ada wajarnya.
Saya tentu sangat berharap agar kritikan dan saran beliau kepada saya kelak datang juga. Saya butuh itu. Agar tulisan-tulisan saya ke depan lebih bergizi dan gurih untuk dinikmati oleh siapapun pembacanya, termasuk Pak. H. Abdul Azis.
Di atas segalanya, mohon maaf bila selama acara ini dan di lain kesempatan saya punya kata dan sikap yang tak pantas ya Pak Haji. Walau pun seingat saya, saya belum pernah menyatakan yang tidak-tidak kepada Pak Haji. Semoga saja begitu.
Akhirnya, terima kasih banyak Pak H. Abdul Azis atas semua sepak terjangnya selama ini di jalur politik. Termasuk berbagai informasi perihal dinamika dan fenomena politik, lebih khusus Pilkada Mabar 2020 ini. Semoga komunikasi dan silaturahim kita tetap terjaga, abadi atau selamanya! (*)
Jogjakarta,
Ahad 9 Februari 2020
Judul asli:
MEMBACA HAJI ABDUL AZIS
"Sekadar Catatan Kecil"
Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis 23 Buku dan ratusan opini di berbagai media massa

Komentar
Posting Komentar