CINTA atau DUSTA?

Putus cinta? Tak usah terluka. Sebab itu pertanda kamu masih punya dia. Ya dia yang bukan dia. Bahkan lebih dari dia. Sebab kamu masih punya Dia. Dia yang menciptakan dia. Jadi, lupakan saja. 

Lagian, cinta yang membuatmu luka itu bukan cinta. Tapi itu sejatinya dusta. Maka tak ada yang salah dengan cinta. Yang salah adalah dutsa yang kamu tampung karena sekadar suka. Walau kamu balut dengan kata cinta, itu tetaplah dusta. Sekali lagi, tetaplah dusta. 

Cinta itu saling menumbuhkan rasa: mencintai tanpa melukai. Memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri tanpa menebar benci yang membuat semua tersakiti. Menyediakan ruang baginya dan bagimu untuk menyadari bahwa setiap jejak pasti tak selalu terang tapi juga ada gelap yang menemani. 

Cinta itu menyadar dan memberi asa pada kebaikan. Karena hati nurani dan Tuhan menyertainya. Nurani itu baik. Karena Tuhan menjaganya. Sementara dusta itu terlihat menumbuhkan, tapi sejatinya membuatmu buta. Cinta dan dusta tak bisa bersua. Sebab keduanya memang beda. 

Sekadar kamu tahu. Semoga bisa memahami. Kalau cinta itu cinta indah nanti tunggu akad atau cerita indah terbingkai akad, sementara dusta itu duaan selalu tanpa akad atau di ujungnya sampai tak ada akad. 

Cinta membuat kamu tergoda untuk saling mendoakan pada jalan kebaikan, sementara dusta memaksa kamu untuk mengatakan sesuatu yang palsu yang sejatinya kamu tak aman dan tak nyaman karena memang kamu tak punya rasa. 

Maka cinta mestinya ditempatkan pada aras itu. Bahwa ia adalah rasa yang tak tercampur dusta. Kalau pun terlihat tercampur, maka itu adalah momentum bagimu untuk membenahi diri. Bukan saja tentang cinta yang kamu punya, tapi juga tentang diri kamu yang bisa jadi keliru dan suka melukai diri: hati dan perasaan kamu sendiri.  

Sudahlah. Tak perlu menangis pilu. Apalagi membenci dia sambil mendayu-dayu. Cukup menjaga diri dan memantaskan diri, biar Dia kelak mengirimkan dia yang bukan saja layak kamu cinta, tapi juga yang layak kamu ajak mewujudkan berbagai cita. 

Ya, terus memantaskan diri agar tak saja dicintai tapi juga dikasihi secara penuh dan punya arti. Oleh dia yang tak saja meniupkan rindu tapi juga kecupan manis di pipimu yang lucu. Walaupun di saat itu kamu tergoda rasa malu. Kalau dia mau, kamu mestinya juga mau. Dan rindu selalu.  

Tapi itu nanti. Di saat sudah kamu sudah halal dengannya. Sekarang kamu tunggu saja dia datang melamar. Ta'arufan. Mengenal lebih dekat. Tanpa basa-basi. Bukan saja kamu tapi juga Wali dan keluarga kamu. Dengan begitu kamu semakin paham siapa dia. Lalu menyepakati untuk ke KUA. Dan menikahlah. Sah dan halal. Ini cinta. Asli. Bukan dusta. Begitu saja. (*)


* Judul aslinya: CINTA atau DUSTA? 
"Sudahlah, Pantaskan Diri saja!"

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Saatnya Menjemput Jodoh" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!