TERIMA KASIH SDK CERENG

Saya mesti mulai dari mana ya? Karena ini bukan tentang teori pendidikan. Atau apalah-apalah di dunia kampus yang butuh banyak buku bacaan yang berisi sejuta teori.

Ini soal sederhana tapi punya dampak jangka panjang. Tentang kenangan indah pada sebuah sekolah yang layak saya kenang. Bukan untuk satu episode, tapi lintas juga banyak episode.

Langsung saja deh. Begini. SDK Cereng itu berjasa besar bagi kehidupan saya. Dari mengenal abjad, kata dan kalimat. Nilai dan prinsip juga pola hidup. Pokoknya ada banyak hal yang saya dapatkan selama di SDK Cereng.

Saya seperti saat ini karena para guru di SDK Cereng dulu. Di saat saya bersekolah SD. Bahkan saya menjadi agak gila membaca dan menulis buku itu karena para guru saya di saat SD. Gila bicara juga gegara para guru itu.

Mereka begitu telaten dalam mengajar dan mendidik saya dan teman-teman. Mereka hidup sederhana, tak banyak gaya, tidak berharap uang dan balas jasa dari para orangtua murid.

Bagaimana mungkin mereka berharap uang, kalau SPP zaman itu hanya Rp 50 sampai Rp 250. Tapi kondisi itu tak membuat mereka mengeluh. Malah aura wajah mereka selalu menularkan semangat membara.

Bangunan sekolah juga sangat jauh dari kelayakan. Ruangan kelas cuma tiga. Itupun setiap musim hujan pasti bocor. Di musim kemarau yang banyak angin pasti atap sink pada jatuh.

Tak ada kantor guru seperti di zaman sekarang yang setiap guru kelas punya meja khusus bahkan di sebagian sekolah ada ruang khusus guru kelas. Apalagi ruang BK, engga ada sama sekali. Lagian mana ada BK ketika itu. Kalau nakal, semua guru yang menghukum. Mantap!

Seingat saya, kantor guru adalah ruang tamu rumah guru. Itu pun rumah mereka sangat sederhana. Sangat jauh dari kelayakan bila dibandingkan dengan rumah guru di sekolah lain. Awalnya cuma "wancang" asli bambu. Belakangan di saat kelas 2 baru saya lihat ada tempat tidur kayu. Entah saat ini, saya kurang tahu.

Kerja keras, disiplin, rajin, ulet, semangat, berkorban, bersahaja, hemat, gotong royong, kekeluargaan dan nilai-nilai baik lainnya kerap dicontohkan oleh para guru kepada saya dan teman-teman.

Hukuman bagi yang melanggar aturan sekolah pun lumayan keras juga tegas. Ketika itu, kalau di sekolah dihukum, lalu saya lapor ke orangtua di rumah, orangtua malah menghukum lagi. Sering lapor ke rumah bukan dibela, malah dihukum lebih keras. Luar biasa! 

Kini, suasana semacam itu sangat bermanfaat. Benar-benar nermanfaat. Apalagi di saat saya merantau untuk melanjutkan ke Tsanawiyah dan Aliyah di Kediri, Lombok Barat-NTB (1996-2002).

Begitu juga di saat kelak saya kuliah di Bandung (2002-2007, 2007-2010), kuliah di Cirebon (2014-2019) dan kini bekerja atau melalui aktivitas sehari-hari. Termasuk di saat mengajar di lembaga pendidikan hingga kini.

Intinya, jadi rindu ketegasan dan cubitan mautnya Pak Martinus Tjama, kecerdasan dan pukulan kerasnya Pak Pius Sarto, pukulan keras dan puisi sastranya Pak Jhon Ngantak dan sebagainya.

Termasuk semangat belajarnya Bu Vin dan Bu Neldis juga semangat olahraganya Pak Abdul Hamid serta jago nyanyinya Pak Frans Napang.

Kapan ya saya dicubit dan dipukul lagi? Kapan ya dipukul lagi? Kapan ya bisa bersua lagi?

Rasa rindu untuk bersua kembali sangat terasa. Terutama di saat bersua mahasiswa di kampus atau siswa di sekolah. Jadi teringat masa-masa dulu di saat masih menjadi murid yang diajar oleh para guru. 

Kadang untuk menjadi hebat itu butuh ketegasan dan kecerdasan para guru. Butuh orang yang mau meluruskan dan membimbing kita dengan cinta. Walau terlihat galak, percayalah, itulah yang membuat kita menjadi lebih baik dan bisa dalam banyak hal.

Inilah mereka yang berjasa itu. Para guru kebanggaan dulu, kini dan nanti. Saya sebutkan lagi: Pak Martinus Tjama, Pak Pius Sarto, Pak Jhon Ngantak, Pak Frans Napang, Pak Abdul Hamid, Bu Vin dan Bu Neldis.

Terima kasih banyak tuk semua Pak dan Bu guru, juga keluarga atau anak-anak mereka yang waktu saya SD mereka masih bayi bahkan belum lahir. Sekali lagi, terima kasih banyak.

Mungkin anak-anak mereka ada di sini. Ya di group ini. Saya sampaikan terima kasih banyak. Ingat, para guru itu adalah orang hebat. Jangan sia-siakan jasa baik mereka. Lanjutkan. Wariskan. Dan abadikan.

Saya sangat sadar bahwa semua jasa tak mungkin terbalas. Ya jasa para guru itu takkan bisa ditebus dengan apapun. Uang, harta dan atau apapun itu. Tak akan terbalas. Dan itu untuk selamanya.

Terima kasih hanyalah sedikit ungkapan bahwa saya dan siapapun murid mereka masih punya akal sehat dan hati. Minimal untuk mengenang kebaikan mereka yang lagi-lagi selamanya tak terbalas.

Semoga suatu saat saya bisa menulis novel atau semacam kisah inspiratif seputar pengalaman era 1990-1996. Saya benar-benar ingin menuliskan semuanya. Semoga ada dukungan data dan cerita dari teman-teman seangkatan dan adik-adik kelas hingga era ini.

Tentang para guru juga teman-teman saya. Tentang cinta, rindu, air mata, dan keringat perjuangan selama masa belajar di saat sekokah di SDK Cereng. Suatu momentum indah tak terlupakan.

Oh iya teman-teman saya yang sekelas hingga lulus tahun 1996:

Murid laki-laki: Nurdin, Abdul Mantap, Syafarudin Jemadil, Theodurus Widiantono, Agustinus Man, dan Yosep Harapan

Murid Perempuan: Semina, Erna, Rin, Nikmat, Del, Uni, Erni dan Nas.

Maaf bila ada yang terlupakan. Seingat saya itu. Atau siapa lagi ya? Yang jelas, diantara mereka ada juga yang anak dise to'a laing kole si. Hehehe....

Tapi akhirnya bukan jodoh saya. Saya menikah dengan gadis Sunda-Jawa. Kalau mereka entah dapat jodoh di mana dan dengan siapa. Mungkin sudah punya anak banyak. Dan anak-anaknya sudah besar. Mungkin.

Yang jelas, kalau suatu saat bisa ngumpul atau ada acara reunian, pasti seru. Bisa mengenang masa-masa indah dan seru di masa sekolah dulu. Mungkin ada yang malu. Namun canda ceria bakal menambah seru rasa rindu. Rame sudah...

Ayo kita adain reunian alumni SDK Cereng lintas generasi. Saya siap ikutan. Kali aja bisa nimbrung bareng. Seru, bukan? 

Oke, akhirnya, sekali lagi, terima kasih SDK Cereng. Taman paling indah yang pernah saya saksikan di muka bumi. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir
Murid SDK Cereng 1990-1996
Penulis buku "Saatnya Menjemput Jodoh" dan "Selamat Datang Di Manggarai Barat"
Nomor WhatsApp 085797644300

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!