POLITIK JUGA ADA SENINYA

SEBUAH ungkapan bijak selalu terngiang dalam benak kita dan selalu mengingatkan kita, "Majulah tanpa menyingkirkan orang lain. Naiklah tinggi tanpa menjatuhkan orang lain. Berbahagialah tanpa menyakiti orang lain."

Ungkapan tersebut sangat relevan kita baca dan renungi berulang-ulang di era ini, era Pilkada Manggarai Barat atau Mabar yang tak lama lagi, 23 September 2020. Terutama lagi, biasanya pada momentum Pilkada, perbedaan pendapat dan selera politik kerap dijadikan biang untuk saling menegasikan bahkan saling menjatuhkan antar sesama warga Mabar.

Praktik dan perspektif politik yang sempit memang kerap menjadi penyakit yang mewabah banyak orang. Saling menyingkirkan dan menjatuhkan bagai obat penyakit yang menyembuhkan : diminum berkali-kali, padahal itu adalah racun berbahaya dan mematikan.

Saya sendiri memahami dan sangat percaya bahwa politik itu seni sekaligus ada seninya. Ada pola yang mesti dielaborasi secara apik sehingga aksi politik terlihat cantik dan apik. Perbedaan sebesar apapun, tak seberapa dan tak berarti apa-apa bila ada titik temu. Bila ada upaya mau bertemu, membincang hal-hal yang pantas dibincangkan. Sehingga politik tak sekadar janji-janji dan saling sikat, tapi lebih produktif : menghasilkan ide segar, kreatif, inovatif dan agenda strategis yang kompromistis bagi pembangunan dan kemajuan daerah.

Jadi, dalam konteks ini, jangan membenci atau mencintai politik secara berlebihan. Membenci atau mencinta politik terutama kepentingan politik seadanya dan seperlunya saja. Kalau belum apa-apa, tetiba langsung main kasar dan serang sana-sini, justru nantinya bakal memperpendek usia politik. Bahkan ini yang sangat naif juga berbahaya : hanya akan menjadi sampah politik!

Daripada mengurus hal-hal yang tak perlu alias tidak produktif, saya menyarankan kepada siapapun yang sedang atau mau terlibat dalam politik, silakan perkuat basis ekonomi agar tak terhina di tengah jalan. Lalu, silakan perluas jaringan agar tak sepi menyendiri. Tentu perlu perbanyak kerja sosial agar kelak dapat mengais berkah dari Tuhan.

Dan ini yang sangat penting : perbanyak senyuman sembari mengajak orang makan dan ngopi bareng di berbagai kesempatan dan tempat. Bukan untuk membeli suara, karena memang warga Mabar tak semurah itu, tapi sekadar menambah kepercayaan orang kalau "Anda" memang punya modal dan bisa akrab dengan semua orang, termasuk dengan mereka yang berbeda bahkan mereka yang kerap memusuhi aksi dan kehadiran Anda di ranah politik. 

Di atas segalanya, kepada mereka yang pernah gagal dalam kompetisi politik, baik Pilkada maupun Pileg, kita doakan semoga kembali terlibat meraih kesuksesan dengan pola dan aksi lebih kreatif. Semantara untuk mereka yang sedang mencoba dan atau segera berkompetisi, kita doakan agar sukses meraih mimpi terbaik mereka di jalur politik. 

Saya kira, itu sikap dan pilihan terbaik di saat dinamika politik terutama menjelang Pilkada Serentak yang kini auranya semakin hangat. Selebihnya, tak perlu mencaci dan menghina mereka yang berbeda selera dan latar belakang politik. Lakoni saja secara sadar, santai, dan penuh damai.

Saya sendiri bukan politisi dan bukan kader atau pengurus partai politik apapun. Tapi saya tertarik sekaligus tergoda dengan dinamika politik. Terutama bila dalam dinamika politik itu hadir anak-anak muda bertalenta. Mungkin kehandalan mereka perlu diuji waktu, tapi kehendak dan niat baik mereka untuk mengambil peran di jalur politik layak diapresiasi. Dalam konteks Mabar, mereka layak menghiasi panggung politik sekaligus sejarah baru perubahan Mabar.

Kita layak mengucapkan, Selamat berdinamika dan menempuh jalur politik bagi siapapun yang sedang dan akan berkompetisi di jalur politik, termasuk dalam konteks Pilkada Serentak Mabar yang segera menjelang! 

Saya berpesan, tunaikan aksi politik dengan tulus, berani, berakal sehat, dan bertanggungjawab. Sebar visi-misi dan program strategis, lalu jadikan "mendengar" suara sekaligus selera publik atau masyarakat Mabar sebagai rutinitas dan hoby. Ini mungkin sederhana dan sepele, tapi hal semacam ini di banyak tempat justru menjadi kunci sekaligus modal kemenangan.

Sekadar menegaskan, sekali lagi, politik itu seni sekaligus  ada seninya. Semoga ada satu atau dua hati yang tersentak, lalu terus melaju ke panggung kompetisi politik secara jantan dan terbuka. Lalu, akhirnya menikmati hasilnya sebagai pemenang pertarungan, tanpa darah dan air mata. Sebab berpolitik adalah upaya sekaligus wujud paling sederhana bahwa "Anda" masih punya rasa cinta kepada mereka yang "Anda" pimpin kelak. [*]


* Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Mencintai Politik" sekaligus Warga Cereng, Sano Nggoang-Mabar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Alasan Memilih Muhamad Salahudin Pada Pileg 2024

Mengenang Mama Tua, Ine Jebia

Jadilah Relawan Politik Tanpa Mahar!